Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Suasana ceria penuh kehangatan menghiasi arena latihan tim nasional (timnas) voli putri Indonesia di Padepokan Voli, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Rabu (1/8/2018).
Para pevoli putri yang akan turun pada Asian Games 2018 itu tak bisa menahan tawa dari kisah-kisah La Paene, eks petinju nasional Indonesia yang pernah turun pada Olimpiade Atlanta 1996.
Cara La Paene membagikan ceritanya memang lucu tetapi sarat makna.
Dia bercerita, pernah bertemu petinju asing berbadan besar dan ciut seketika ketika melihat otot-ototnya.
(Baca juga: Palembang, Ini Harga Tiket Nonton Voli Pantai Asian Games 2018)
“Saya hanya bertanya kepada orang-orang, siapa petinju berbadan besar itu? Orang lain jawab, kalau itu lawan saya,” kata La Paene, dengan ekspresi terkejut.
Sontak semua pevoli putri tertawa.
Ia tak bercerita di mana peristiwa itu dialaminya.
Namun, singkat cerita, yang lebih penting dari pada itu adalah ia berhasil mengalahkan lawannya yang berbadan kekar karena punya tekad yang kuat.
“Memang, kita enggak boleh menganggap enteng lawan. Namun, bukan berarti kita harus takut pada mereka. Ketika lawan terlihat lebih hebat, cukup tanamkan pada diri sendiri bahwa kita bisa mengalahkannya,” ujar petinju asal Maluku ini.
Kisah tersebut sesuai dengan keadaan timnas voli putri saat ini yang masih kerap merasa minder ketika bertemu negara-negara unggulan seperti China dan Jepang.
(Baca juga: Bakal Bertemu Kamura/Sonoda Lagi, Begini Persiapan Fajar/Rian)
Selain La Paene, pelari gawang yang pernah turun pada Olimpiade Beijing 2008, Dedeh Erawati, pun membagikan kisahnya selama berjuang mengikuti Olimpiade.
Olimpiade adalah tujuan akhir semua olahragawan di dunia.
Maka, wajar jika awalnya ia tak pernah berpikir bisa turun di sana mengingat persaingan yang ketat pada disiplin lari gawang.
“Hasil itu selalu dimulai dari mimpi. Dan, mimpi saja tanpa usaha tak akan jadi apa-apa. Jadi, percayalah bahwa keajaiban itu selalu ada. Tinggal tanyakan pada diri kita masing-masing, apakah mau usaha 100 persen?” tutur Dedeh kepada para pevoli timnas putri.
Menurut juara dunia Masters ini, dengan berusaha tampil di Olimpiade, otomatis seorang atlet akan melalui proses yang juga membuahkan prestasi.
“Secara enggak langsung event-event dengan tingkat di bawah Olimpiade bisa juga dilewati,” ujar dia.
(Baca juga: Inilah Atlet Tolak Peluru Putri Andalan Indonesia di Asian Games 2018 yang Sempat Gemparkan SEA Games 2017)
Tak hanya kedua Olimpian tersebut, Shenny Ratna Amelia, peloncat indah Olimpiade Sydney 2000, tak ketinggalan membagikan kisah guna membangkitkan semangat bertanding pevoli timnas putri.
Sama seperti La Paene, dia mengajari cara agar tak takut menghadapi lawan meski berada di level berbeda.
“Saya mengerti bahwa lawan-lawan kita dari negara lain punya jam terbang lebih banyak. Sementara kita, harus berjuang padahal jarang diikutsertakan di kejuaraan internasional,” tutur Shenny.
Menurut Shenny, atlet memang hanya bisa pasrah dalam keadaan tersebut.
“Makanya, lebih baik kita tampilkan yang terbaik saja. Sebelum menghadapi lawan, cobalah mevisualisasikan mereka dalam pertandingan. Bayangkan apa yang akan mereka lakukan, dan cobalah melawannya dalam pikiran,” kata dia.
Dengan cara itu, Shenny yakin para pevoli putri lebih mudah mengalahkan lawan-lawannya pada Asian Games 2018 nanti.
Kapten tim nasional voli putri, Amalia Fajrina Nabila, mengaku tergugah dengan kisah-kisah ketiga Olimpian.
“Saya jadi kembali optimistis, bahwa Olimpiade atau kejuaraan-kejuaraan voli bergengsi itu bisa dikejar karena kesempatan terbuka lebar, asal kami mau berusaha,” ujar Amalia.
Ketiga olimpian tersebut adalah utusan Asosiasi Olimpian Indonesia (IOA) yang tengah bertugas membangkitkan semangat bertanding pevoli putri.
Keberangkatan mereka merupakan buah kerjasama antara IOA dan Kementerian Pemuda dan Olahraga.