Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Beberapa negara kontestan Asian Games 2018 berlatar belakang kondisi negeri yang kurang kondusif akibat perang. Salah satunya ialah Afghanistan.
Sejak 2001, Afghanistan diinvasi oleh Amerika Serikat yang ingin menggulingkan kekuasaan Taliban.
Perang yang tak kunjung berhenti tentunya membuat warga sipil waswas, termasuk para atlet yang mempersiapkan diri untuk membela negara pada ajang Asian Games 2018.
(Baca juga: Judo Asian Games 2018 - Judoka Indonesia Kurang Jam Terbang)
Pada Rabu (29/8/18), BolaSport,com mendapat kesempatan untuk mewawancarai Presiden Federasi Kurash, Sambo, dan Belt Wrestling Afghanistan, Sayed Mahmood Zia Dashti, di sela-sela berlangsungnya pertandingan kurash di Assembly Hall, Jakarta Convention Center, Senayan.
"Peperangan yang terjadi di Afghanistan jelas memengaruhi pikiran para atlet. Banyak atlet yang cedera atau bahkan terbunuh akibat ledakan dan sebagainya. Meski begitu, terlepas dari bom, tembakan, apapun itu, Asian Games adalah kesempatan yang baik buat atlet kami," kata Dashti.
"Mereka mempersiapkan diri dengan semangat dan keberanian. Pada dasarnya, kami tidak siap untuk turnamen ini sebab Asian Games berada di level atas. Namun, kami bertekad dapat meraih hasil yang positif," ujar Dashti yang optimistis Afghanistan mampu menambah medali lagi hingga akhir gelaran Asian Games 2018.
Tahun ini, Afghanistan mengirim 89 atlet ke Jakarta dan Palembang, Sumatra Selatan.
Dari 89 wakil tersebut, sebanyak 10 atlet berkompetisi di cabang olahraga (cabor) kurash.
Kurash, olahraga beladiri yang berasal dari Turki dan populer di Uzbekistan, juga merupakan salah satu cabor tradisional di Afghanistan.
Hebatnya, salah satu dari dua medali perunggu yang Afghanistan sabet hingga Kamis (30/8/2018) datang dari kurash melalui aksi Mansoor Sarwari di kelas 91 kg putra.
A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on