Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Pro dan Kontra eSports, Ini Keuntungannya untuk Kesehatan

By Dwi Widijatmiko - Jumat, 31 Agustus 2018 | 14:28 WIB
Tim Indonesia berlaga di turnamen eSports yang menjadi cabang ekshibisi dari Asian Games 2018 di Jakarta. (FRED DUFOUR/AFP)

Tidak bisa dibantah bahwa permainan game online memiliki reputasi yang buruk.

Seringkali game online memiliki grafik dan cerita yang dipenuhi kekerasan atau konten yang tidak cocok terutama untuk gamer berusia muda.

Tidak heran banyak orang tua yang merasa game online berbahaya untuk kelangsungan studi, kehidupan sosial, serta kesehatan fisik dan mental anak-anak mereka.

Karena game online merupakan sumber dari eSports atau electronic sports yang sekarang sedang marak dilakukan generasi muda, reputasi buruk ini tak terelakkan juga berimbas ke eSports.

Akan tetapi, apa pendapat ahli tentang hal ini, terutama dilihat dari sisi kesehatan fisik dan mental?


Ridel Yesaya Sumarandak (tengah) sukses meraih medali emas pertama untuk Indonesia di cabang olahraga eSports setelah mengalahkan China 3-1 di gim Clash Royale, Senin (27/8/2018).(Asiangames2018.id)

(Baca Juga: Hasil Undian Liga Champions - Cristiano Ronaldo Balik ke Manchester, Grup B Neraka)

Seperti dikutip Bolasport.com dari American Psychological Association, memainkan game online ternyata memiliki lebih banyak keuntungan daripada kerugian.

Berlawanan dari reputasinya, banyak game memiliki keuntungan edukasi, fisik, dan psikologis bagi para pemainnya.

Game yang menggunakan aksi repetitif, seperti mengayunkan tongkat pemukul atau menarget objek bergerak, melatih otak dan otot untuk memberikan performa lebih baik dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.

“Kami sebetulnya tidak melakukan penelitian apakah bermain game bisa meningkatkan kemampuan motorik anak. Tetapi, hasil yang didapatkan sangat menarik,” ujar Dokter Lisa Barnett, kepala penelitian di Universitas Deakin Australia.

“Anak-anak yang memiliki kemampuan mengontrol objek lebih tinggi mungkin disebabkan karena mereka bermain game. Aktivitas itu mungkin juga bisa membantu koordinasi mata dan tangan,” lanjutnya.

Keuntungan yang terkait kesehatan tidak berhenti sampai di situ.


Turnamen eSports "Arena of Valor" yang menjadi bagian dari Asian Games 2018 di Jakarta. ( GOH CHAI HIN/AFP )

(Baca juga: Asian Games 2018 - Menpora Akan Cairkan Bonus bagi Peraih Medali Pekan Depan Tanpa Pajak)

Walaupun sebagian besar memiliki visualisasi kekerasan, video game juga bisa menjadi semacam kursus akademis dalam meningkatkan kemampuan navigasi spasial, daya ingat, dan pemikiran serta pengambilan keputusan.

Kemudian keuntungan terbesar dari video game yang memang sering digunakan orang sebagai alasan paling jamak untuk melakukannya adalah manajemen mood atau perasaan.

Bermain game mungkin termasuk dalam cara yang paling efektif dan efisien di mana anak-anak dan generasi muda bisa mendapatkan atau mengembalikan perasaan positif.

Di saat stres dengan aktivitas sehari-hari, bermain game bisa membuat pikiran menjadi rileks dan kembali tenang untuk memulai aktivitas lagi.

Video game juga bisa digunakan untuk membantu mengembangkan kemampuan orang untuk bangkit dari kegagalan.

Studi dilakukan dari situasi trial-and-error dalam game yang ternyata membantu pemain pulih lebih cepat sehingga bisa menemukan solusi yang membuatnya tidak mengulangi kesalahan yang sama dalam kehidupan nyata.


Seorang pemuda sedang asyik memainkan eSports di High Grounds Icafe, Jakarta Utara, Selasa (24/7/2018). ( SEPTIAN TAMBUNAN/BOLASPORT.COM )

(Baca Juga: Tencent Beri Dukungan Penuh untuk Perkembangan eSports AOV Indonesia)

Beberapa keuntungan lain yang bisa diberikan video game di sisi kesehatan adalah meningkatkan daya ingat, konsentrasi dan atensi, kecepatan daya kerja otak, serta kemampuan melakukan pekerjaan multitasking.

Dengan banyaknya keuntungan tersebut, orang seharusnya memiliki cukup alasan untuk semakin sering memainkan video game, mungkin dalam durasi harian.

Bermain game bagus untuk orang, tapi hanya jika dilakukan secara tidak berlebihan. Misalnya secara rutin menghabiskan waktu 20-30 menit per hari bermain game setelah aktivitas atau pekerjaan utama selesai.

Dengan begitu, anak-anak juga bisa dibiarkan bermain game karena mereka masih bisa bersosialisasi dengan tetap memiliki waktu untuk bermain di luar rumah.

Orang tua jadi tidak dalam posisi melarang anak-anak bermain, tapi mengenalkan cara lain dalam beraktivitas dan melakukan sosialisasi kepada anak-anak.

Pada akhirnya anak-anak bisa tumbuh menjadi individual yang lebih lengkap.

Sebagai catatan, melarang secara total anak-anak untuk bermain game adalalah pekerjaan yang sangat sulit mengingat maraknya game online dan eSports belakangan ini.

Daripada melawan perkembangan yang sudah pasti terjadi, mungkin lebih baik adalah memberikan arahan supaya perkembangan itu bisa disikapi dengan tepat.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P