Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Pekan Olahraga Nasional pertama yang digelar di Solo mempunyai dampak tersendiri bagi prestasi atlet di Asian Games 2018.
Prestasi tim Indonesia pada Asian Games 2018 tidak lepas dari perjuangan rakyat Indonesia ketika menggelar PON pertama kali di Solo.
Semangat ditunjukkan para atlet yang sukses mempersembahkan medali hingga membuat Indonesia menduduki posisi 4 klasemen.
Hal itu juga dibenarkan oleh Dr. Susanto M.Hum, salah satu dosen Ilmu Sejarah di Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta.
Beliau membenarkan bahwa prestasi atlet pada Asian Games 2018 adalah cerminan misi PON pertama tahun 1948.
(Baca juga: Kisah Menarik Pebulu Tangkis Hong Kong, Vincent Wong Wing Ki, dan Pulau Jawa)
"Kalau dalam skala nasional saya kira iya, tetapi kalau dalam konteks lainnya, mungkin tidak karena telah mengalami proses yang panjang," kata Dr. Susanto.
"Saya kira para atlet Indonesia patut diapresiasi karena prestasi mereka di Asian Games 2018, terutama pada cabang olahraga tenis dan bulu tangkis," ujar dia.
Seperti yang diketahui bahwa selama cabang olahraga tenis sukses mengakhiri paceklik medali setelah 28 tahun.
Selain itu Kepala Museum UNS itu juga menyoroti perkembangan bulu tangkis Indonesia di kancah internasional.
(Baca juga: James Milner Ungkapkan Alasan Baru Memiliki Akun Media Sosial)
"Pada tahun '70-an, negara seperti India, Thailand, dan Denmark itu nggak ada apa-apanya bagi Indonesia, pasti menang," kata Dr. Susanto.
"Namun, kini negara-negara tersebut dapat menyusahkan Indonesia, itu menunjukkan ada hal yang hilang dari Indonesia," imbuhnya.
Ajang multievent, Pekan Olahraga Nasional pertama kali digelar tahun 1948 di Kota Solo.
Setelah kemerdekaan Republik Indonesia di tahun 1945, semangat para pejuang tidak padam, bahkan makin berkobar.
(Baca juga: Tingginya Kebangetan, Yao Ming Harus Menunduk saat Melewati Pintu Hall Basket Senayan)
Sudah lebih dari setengah abad, PON pertama kalinya digelar meski pada saat itu wilayah yang mutlhak dikuasai Republik Indonesia baru segelintir.
Suasana konflik yang tidak nyaman kala itu di Solo mempengaruhi berlangsungnya PON I itu berbuntut lahirnya perjanjian Renville pada 17 Januari 1948.
Selain itu konflik yang terjadi antara kekuatan militer dan oposisi mengakibatkan terbunuhnya kolonel Sutarto.
Tajamnya konflik di Solo semakin nyata setelah aksi penculikan Dr. Muwardi, seorang pemimpin gerakan revolusioner pada 13 September 1948.
PON merupakan sebuah misi yang merepresentasikan perjuangan bangsa Indonesia yang kala itu tidak dapat mengikuti olimpiade London pada 1984 karena dianggap belum merdeka dan belum terlepas dari Belanda.
(Baca juga: Lihat Aksi Lucu Pevoli Cantik Tim Putri Indonesia Ini Ketika Menerima Hukuman dari Pelatih)