Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Pebulu tangkis tunggal putra, Dheva Anrimusthi menjadi penentu raihan medali emas perdana bagi kontingen Indonesia pada Asian Para Games 2018 yang digelar 6-13 Oktober.
Dheva Anrimusthi yang tampil pada partai ketiga, mampu menunaikan tugas dengan baik saat menjadi penentu kemenangan tim para bulu tangkis putra Indonesia melawan Malaysia pada babak final, Minggu (7/10/2018).
Dheva menang atas Mohammad Faris Ahmad Azri, dengan skor 21-6, 21-12.
Pada dua partai sebelumnya, tunggal putra Fredy Setiawan menang, 21-6, 21-2 atas Muhammad Norhilme.
Namun, Indonesia kehilangan poin pada partai kedua setelah pasangan ganda putra Hafizh Briliansyah/Hary Susanto kalah dari Cheah Liek Hou/Hairul Fozi Saaba.
"Tadi saya agak tegang sedikit, tetapi sudah pernah bertemu sebelumnya dengan lawan sehingga sudah tahu bagaimana menghadapinya," ucap Dheva kepada media, termasuk BolaSport.com.
"Saat bermain di laga penentu, saya tidak memikirkan apa-apa. Yang terpenting, saya bisa menyumbang poin untuk meraih emas. Nothing to lose karena saya baru latihan tahun lalu," ujar Dheva.
(Baca juga: Asian Para Games 2018 - Sumbang Emas, Mella Windasari Lampau Target Pribadi)
Perjalanan Dheva tampil pada Asian Para Games 2018, bermula dari kecelakaan yang dialami pada 2013.
"Sebelumnya, saya sudah bermain bulu tangkis dan bergabung dengan Candra Wijaya International Badminton Center (CWIBC) pada 2011 di Serpong, Banten," ucap sulung dari empat bersaudara ini.
Dalam kurun waktu 2011-2013, Dheva sempat mengikuti sirkuit nasional (sirnas) di nomor tunggal remaja dan ganda.
"Saya tertabrak motor di kampung halaman saya di Kuningan, Jawa Barat saat sedang berjalan kaki. Setelah tertabrak, saya jatuh dan dibawa ke rumah sakit," tutur Dheva.
Menurut Dheva, pihak rumah sakit mengatakan bahwa dia tidak mengalami masalah saat diperiksa. Tetapi, secara perlahan salah satu tangan Dheva tidak bisa digerakkan seperti semula.
"Jadi, tangan saya terlambat ditangani," aku Dheva.
(Baca Juga: Asian Para Games 2018 - Pembukaan Tenpin Bowling Dimeriahkan Tari Tradisional)
Setelah kecelakaan tersebut, pria kelahiran Kuningan 5 Desember 1998 ini sempat vakum dari bulu tangkis selama 3 tahun untuk melanjutkan pendidikan.
"Setelah berhenti, saya mendapat panggilan dari SGS Elektrik pada Maret 2016 untuk mengikuti Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) pada Oktober 2016. Hasilnya, saya dapat medali emas," tutur Dheva.
"Orangtua semula tidak setuju saya kembali bermain para bulu tangkis karena sebelumnya saya seperti orang pada umumnya.Tetapi, saya tidak mau merepotkan orangtua dan mencoba kembali berlatih. Barangkali saya bisa menjadi juara," ujar Dheva.
Setelah itu, 2017 putra dari pasanga Aan Suparman dan Rita Rusliana ini mulai menyiapkan diri pada ASEAN Para Games 2017 Malaysia dan lolos kualifikasi.
"Awalnya, saya sempat kesulitan menyesuaikan diri bermain bulu tangkis ke para bulu tangkis. Adaptasinya meliputi feeling, footwork, dan pukulan. Lama kelamaan, saya mulai terbiasa," tutur Dheva.
Pada ASEAN Para Games 2017, Dheva mempersembahkan medali emas dari nomor ganda putra bersama Hafizh Briliansyah dan medali perunggu saat turun di nomor tunggal putra.
"Dari kecil, saya pengin menjadi juara, bagaimana caranya. Hal itu yang membuat saya bangkit setelah mengalami kecelakaan Mungkin sudah jalannya saya di sini," kata Dheva.
"Saya tinggal memberi yang terbaik bagi orangtua, Indonesia, dan National Paralympic Committee (NPC)," ujar Dheva.
Atas medali emas yang didapat dari kategori tim, Dheva akan mendapat bonus sebesar Rp 750 juta dari pemerintah. Dheva berencana memberangkatkan kedua orangtuanya menunaikan ibadah umroh dari bonus tersebut.