Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Bagaimana Cara Hapus Stigma Negatif E-Sports?

By Lariza Oky Adisty - Jumat, 12 Oktober 2018 | 22:41 WIB
(ki-ka) Perwakilan PG Barracx, Dennis Putra dan Jhonny Lim, serta perwakilan EVOS eSports, Yansen Wijaya, hadir pada bincang eSPorts, New Side of Sports, di Yello Hotel, Jakarta, Jumat (12/10/2018). (LARIZA OKY ADISTY/BOLASPORT.COM )

Meski e-sports tengah populer di Indonesia, masih ada stigma negatif menyelimuti cabang olahraga satu ini. Bagaimana cara mengikisnya?

E-sports mulai naik daun selama hampir dua tahun terakhir, terbukti dengan menjamurnya.

Namun, masih ada stigma negatif bahwa e-sports identik dengan hal negatif, seperti membuat malas belajar dan bersosialisasi.

(Baca juga: Asian Para Games 2018 - Syuci Indriani Kembali Raih Emas)

Topik tersebut menjadi salah satu pembahasan di acara bincang-bincang eSports, New Side of Sports yang diadakan di Yello Hotel, Jakarta, Jumat (12/10/2018) yang dihadiri dua tim e-sports asal Indonesia, PG Barrackx dan EVOS eSports.

PG Barracx diwakili oleh Dennis Putra dan Jhonny Lim, sementara EVOS diwakili oleh Yansen Wijaya.

Yansen Wijaya mengatakan e-sports sudah seharusnya dipandng sebagai olahraga pada umumnya,

"E-sports sudah mulai diakui pemerintah, terbukti dengan mereka mau mendukung sejumlah turnamen. Belum lagi di Asian Games 2018, e-sports masuk pertandingan eksibisi. Harusnya memang masyarakat sudah bisa melihat e-sports sebagai olahraga dan bukan sekadar mainan iseng," ujarnya.

Namun, para praktisi e-sports ini pun mengakui stigma negatif masih ada.

(Baca Juga: Jadwal Uji Coba Internasional - Pentas Italia, Prancis, dan Spanyol)

Jhonny Lim dari PG Barracx mengatakan dia tidak jarang harus membujuk orangtua dari pemain yang dia rekrut agar mau mengizinkan anak mereka terjun di olahraga ini.

"Banyak orangtua yag menentang, dan itu bisa dipahami. Kalau sudah begitu kami yang akan mengunjungi mereka dan berdiskusi dan menjelaskan soal perekrutan pemain e-sports di tim kami," kata Jhonny.

Salah satu strategi yang digunakan Jhonny adalah memberi contoh pemain-pemain e-sports yang sukses berprestasi.

"Mungkin orangtua khawatir karena e-sports membuat anak mereka bisa bertahan di depan komputer sampai pagi, atau cemas ada unsur judi dan sebagainya. Kalau sudah begitu, saya biasa jelaskan bahwa ada pemain e-sports misalnya yang bisa bertahan hidup dari bermain gim dan menang turnamen bergengsi," kata Jhonny.

Jhonny berharap bisa mengonter stigma negatif yang telanjur menempel.

(Baca juga: Asian Para Games 2018 - Leani/Sadiyah Persembahkan Emas untuk Indonesia)

Namun, dia menambahkan bahwa para pemain yang berniat menekuni e-sports secara serius pun harus berusaha menunjukkan aspek positif olahraga ini.

"Kalau misalnya memang orangtua melarang atau tidak setuju, kalian bisa coba tunjukkan efek positif. Katakanlah kalau menang turnamen dan dapat hadiah, tunjukkan piala dan hadiahnya. Lempengkan dulu jalan kalian, baru bisa serius," tuturnya melanjutkan.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P