Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Seorang bocah tinggi dan kurus berlari kencang di lintasan atletik Stadion Soemantri Brodjonegoro. Sosok tersebut bernama Dewangga Kanahaya Iskandar.
Kaka, demikian sapaan Dewangga Kanahaya Iskandar, mewakili Indonesia dalam ASEAN Autism Games 2018 yang berlangsung Sabtu (20/10/2018).
Anak berumur 13 tahun itu berhasil merebut medali emas di cabang olahraga lari 50 meter dan 100 meter untuk kategori putra usia 11-15 tahun.
Kaka memang menderita autisme. Namun, dari kemampuan olahraga, ia tidak berbeda dengan lainnya.
(Baca juga: ASEAN Autism Games 2018 Pakai Jasa Wasit Asian Games dan Asian Para Games)
"Dia pernah jadi runner-up di kejuaraan daerah dan mengalahkan peserta umur 19 tahun. Dia ini pelari pelapis kedua di Jawa Barat," kata ibu Kaka, Lia Juwita.
Diakui sang bunda, bukanlah hal yang mudah untuk menerima kenyataan bahwa anaknya menderita autisme. Olok-olokan dari orang sekitar pun bak jadi makanan sehari-hari.
Akan tetapi, seiring waktu berjalan dan disertai kesabaran, rasa itu justru berubah menjadi sebuah kebangaan karena prestasi sang buah hati.
"Kali pertama anak saya divonis autisme oleh dokter, rasanya seperti kiamat. Namun, setelah banyak bersabar, sekarang saya bangga. Ini menjadi pembuktian kepada orang-orang yang sering mencela Kaka," tutur Lia.
(Baca juga: Indonesia Siap Gelar ASEAN Autism Games 2018)
Meski dililit keterbatasan, bukan berarti Kaka tak punya cita-cita tinggi.
Pemuda asal Cimahi itu punya harapan untuk berprestasi di level dunia seperti sprinter legendaris Jamaika, Usain Bolt.
"Kalau jadi juara dunia, dia katanya mau beli mobil Pajero hitam," ucap Lia.
Dalam bukunya yang berjudul Kau, Aku, dan Sepucuk Angpao Merah, Tere Liye berkata: "Terkadang dalam banyak keterbatasan, kita harus bersabar menunggu rencana terbaik datang, sambil terus melakukan apa yang bisa dilakukan."
Kutipan tersebut mungkin cocok untuk menggambarkan Kaka dan keluarganya yang kini mulai menuai buah dari kesabaran.