Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Sosok yang dikalahkan mantan pebulu tangkis tunggal putri Indonesia, Maria Kristin Yulianti, pada perebutan medali perunggu Olimpiade Beijing 2008, Lu Lan (China) menjalani profesi baru dengan berkarier sebagai wasit.
Pada China Open 2018 yang berlangsung di Changzhou, September lalu, para pecinta bulu tangkis disuguhi pemandangan yang tidak biasa.
Penyebabnya, Juara Dunia 2009 itu menjalani tugas sebagai wasit utama dalam pertandingan World Tour Super 1000 atau Premier of Premier.
Ini adalah contoh pertama dari seorang juara dunia yang berperan sebagai wasit di turnamen internasional level atas.
Lu Lan adalah salah satu pemain tunggal putri terbaik dunia pada 2006-2012.
Selain menjadi juara dunia, dia merupakan bagian dari tim bulu tangkis China yang memenangi Piala Uber, Piala Sudirman, dan medali emas kategori beregu Asian Games dalam kurun waktu tersebut.
"Saya mulai berpikir menjadi wasit pertandingan pada awal tahun ini. Ini dunia yang berbeda dan saya ingin mencobanya. Saya ingin mengalami tantangan dari pekerjaan ini," kata Lu seperti dilansir BolaSport.com dari situs resmi BWF.
"Menjadi wasit sangat berarti bagi saya. Tidak ada pemain yang melakukannya sebelumnya. Saya memiliki banyak pengalaman saat bermain di lapangan, tetapi menjadi wasit adalah pengalaman yang berbeda," ucap perempuan berusia 31 tahun ini.
Sebelum resmi terjun sebagai wasit bulu tangkis, Lu Lan belajar di Beijing Sports University setelah resmi pensiun sebagai pemain.
Baca juga:
Setelah lulus, Lu Lan menjadi guru bulu tangkis di Shanghai Jiao Tong University selama tiga tahun atau tepatnya sejak 2015.
Dengan menjadi wasit, Lu Lan mendapat hal baru yang tidak dia peroleh saat masih menjadi pemain.
"Sebagai wasit, Anda harus fokus 100 persen memusatkan perhatian di lapangan. Anda harus mengendalikan semua kemungkinan situasi di lapangan. Menjaga keseimbangan setiap saat, itu penting. Anda harus berhati-hati dengan setiap keputusan," tutur Lu Lan.
Lu Lan menjalani debut sebagai wasit pada Mei. Namun, China Open 2018 menjadi turnamen internasional pertama yang dia wasiti.
"Saya sedikit gugup, tetapi secara keseluruhan menjadi wasit itu menarik. Saya senang menjadi wasit," aku Lu Lan.
Lu Lan mengatakan bahwa pengalaman sebagai pemain level atas dunia membantu pekerjaannya sebagai wasit karena dia dapat memahami beberapa situasi pertandingan dengan sangat baik.
"Saya pernah mengalami beberapa situasi yang sama ketika saya menjadi pemain. Saya menikmatinya, itu menyenangkan. Rasanya seperti kembali ke keluarga. Saya melihat banyak teman, pemain dan pelatih yang saya kenal sebelumnya," ucap Lu Lan.
"Anda dapat bekerja dengan wasit lain, berkomunikasi, hingga belajar hal-hal yang berbeda dari orang lain. Ini bukan hanya tentang bekerja di lapangan, tetapi juga di luar lapangan," tutur Lu Lan.
Lu Lan juga menceritakan reaksi dari beberapa orang yang melihat dia saat bertugas sebagai wasit.
"Para pemain terkejut melihat saya sebagai wasit. Beberapa dari mereka mengenal saya, tetapi beberapa pemain muda tidak tahu. Banyak pemain top saat ini yang masih kecil ketika saya masih menjadi pemain. Pelatih mereka memberi tahu mereka tentang saya dan mereka terkejut," tutur Lu Lan.
Sebagai wasit, Lu Lan menjalani peran yang tidak mudah karena dia perlu mengingat banyak hal. Namun, dia tetap menikmati momen tersebut.
Terkait perkembangan tunggal putri dunia saat ini, Lu Lan menilai pemain muda sangat cepat dan lebih fleksibel dari sebelumnya.
"Saya pikir mereka memiliki kemampuan luar biasa untuk belajar dan memahami tentang cara bermain," ujar Lu Lan.
Menurut Lu Lan, pemain China harus mengubah harapan mereka, mencoba menemukan cara baru untuk berlatih, belajar strategi baru, dan keterampilan teknis demi mempertahankan posisi mereka di level atas dunia.