Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Direktur Utama Persija Jakarta, Gede Widiade, mengatakan bahwa timnya merupakan klub miskin di Indonesia.
Status itu yang membuat Persija Jakarta kini selalu difitnah oleh suporter-suporter lainnya.
Menurut Gede, miskinnya Persija karena tidak punya stadion yang bisa dipakai di Jakarta dan sekitarnya.
Meskipun ada beberapa stadion seperti Stadion Utama Gelora Bung Karno (Senayan), Stadion Patriot (Bekasi), Stadion Pakansari (Kabupaten Bogor), dan Stadion Wibawa Mukti (Cikarang), Persija jarang sekali bermain di venue tersebut.
Persija bahkan harus memakai Stadion Sultan Agung, Bantul, Yogyakarta, untuk menjadi kandangnya.
Perpindahan venue itu menjadi rasa duka Gede Widiade bersama Persija selama dua tahun bergabung dengan Macan Kemayoran.
“Kalau dukanya biasa, diusir biasa karena tim miskin, diusir, difitnah, dicaci maki gitu,” kata Gede Widiade di Kantor Persija, Duren Tiga, Jakarta Selatan, Rabu (28/11/2018).
“Jadi seolah-olah apa yang dikerjakan Persija, apa yang dikerjakan oleh The Jak Mania selalu minus. Tapi itu merupakan tantangan,” kata Gede menambahkan.
Gede sangat yakin kalau Persija punya stadion pasti banyak yang bilang klub kaya.
Baca Juga:
Hinaan dan caci maki tidak akan pernah datang ke pasukan Ibukota.
“Kami mungkin tidak akan dihina seperti ini kalau punya stadion, tapi karena kami memang tidak mempunyai semuanya jadi kami harus mawas diri bahwa kami tidak punya lapangan latihan, lapangan untuk bermain, kantor tidak punya, mess tidak punya, alat transportasi tidak punya, uang kami tidak punya. Jadi kami harus berupaya,” kata Gede.
“Di luar yang tadi saya katakan tidak punya, kami hanya punya satu, punya pride, punya kebanggaan, punya kesatuan, persatuan antara Persija badan usaha dengan suporternya The Jak Mania,” ucap Gede menambahkan.
Gede pun mengucapkan rasa terima kasih kepada The Jak Mania yang selalu setia mendukung Persija sampai saat ini.
Tak bisa dipungkiri, kehadiran The Jak Mania yang membuat Persija bisa terus hidup.
“Jadi sekali lagi saya katakan, kami bisa hidup bukan karena yang lain-lain, tapi hanya karena The Jak Mania,” kata Gede.
“Kalau sukanya di Persija itu banyak saudara dan saya juga semakin mengerti sifat manusia,” tutup Gede.