Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Hasil Lengkap Semifinal Korea Masters 2018 - Wakil Indonesia Habis, Tim Tuan Rumah Mendominasi

By Diya Farida Purnawangsuni - Sabtu, 1 Desember 2018 | 18:12 WIB
Pasangan ganda campuran nasional Indonesia, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti, saat menjalani laga melawan Wang Yilyu/Huang Dongping (China) pada babak perempat final Hong Kong Open 2018 di Hong Kong Coliseum, Kowloon, Jumat (16/11/2018). (BADMINTON INDONESIA)

Turnamen Korea Masters 2018 yang berlangsung di Gwangju Women's University Stadium menjadi salah satu turnamen pada kalender kompetisi tahun ini yang gagal membuahkan gelar juara bagi para wakil Indonesia.

Tercatat, wakil-wakil Merah Putih sudah habis pada babak semifinal.

Artinya, tidak ada satu pun wakil Indonesia yang mampu menembus putaran akhir turnamen BWF World Tour 300 tersebut.

Dua wakil Indonesia terakhir yang melakoni laga semifinal, Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti (ganda campuran) dan Yulfira Barkah/Jauza Fadhila Sugiarto (ganda putri), sama-sama kalah dari pemain-pemain tuan rumah.

Praveen/Melati yang menjadi unggulan kesatu ditundukkan Choi Solgyu/Shin Seung-chan dengan skor 20-22, 21-18 17-21, sementara Yulfira/Jauza keok di tangan Chang Ye-na/Jung Kyung-eun dengan skor telak 10-21, 16-21.

Hasil ini bertolak belakang dengan rapor barisan pemain tuan rumah.

Dari sembilan wakil yang berlaga pada semifinal, enam wakil berhasil tampil sebagai pemenang.

Jumlah wakil Korea pada final merupakan yang terbanyak dibanding negara-negara lain.

Selain tim tuan rumah, negara-negara yang menjadi finalis Korea Masters 2018 ialah China dengan dua wakil, Malaysia (1), dan Taiwan (1).

Baca juga:

Bahkan, skuat Negeri Ginseng dipastikan meraih dua gelar juara setelah nomor ganda putri dan ganda campuran sukses menciptakan perang saudara.

Hal serupa juga didapat tim China. Hanya, skuat Negeri Tirai Bambu itu akan mendapatkan titel kampiun dari nomor tunggal putri.

Berikut hasil lengkap semifinal Korea Masters 2018.

Lapangan 1

XD: Choi Solgyu/Shin Seung-chan (KOR) vs Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti (1/INA) 22-20, 18-21, 21-17

MS: Son Wan-ho (1/KOR) vs Lee Cheuk Yiu (HKG) 21-19, 21-14

WD: Chang Ye-na/Jung Kyung-eun (3/KOR) vs Yulfira Barkah/Jauza Fadhila Sugiarto (INA) 21-10, 21-16

WS: Li Xuerui (CHN) vs Goh Jin Wei (7/MAS) 23-21, 10-21, 21-14

MD: Choi Solgyu/Seo Seung-jae (KOR) vs Lu Ching Yao/Yang Po Han (7/TPE) 14-21, 21-11, 21-14

MD: Po Li-Wei/Wang Chi-Lin (8/TPE) vs Kim Sa-rang/Tan Boon Heong (KOR/MAS) 21-18, 12-21, 21-17

Lapangan 2

MS: Lee Zii Jia (MAS) vs Sitthikom Thammasin (THA) 4-1 retired

XD: Ko Sung-hyun/Eom Hye-won (KOR) vs Mak Hee Chun/Chau Hoi Wah (HKG) 20-22, 21-11, 21-10

WS: Han Yue (8/CHN) vs Kim Hyo Min (KOR) 19-21, 21-13, 21-9

WD: Lee So-hee/Shin Seung-chan (2/KOR) vs Baek Ha-na/Kim Hye-rin (5/KOR) 21-4, 22-24, 21-7

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Jurnalis olahraga senior, Weshley Hutagalung, mempertanyakan peran media dalam mengungkap dugaan pengaturan skor pada sepak bola Indonesia. Kurang aktifnya media dalam melakukan investigasi mendalam dinilai Weshley Hutagalung sebagai salah satu penyebab sulitnya pengungkapan praktik kotor ini. Pria yang akrab disapa Bung Wesh itu menilai pemberitaan media saat ini kerap luput untuk menyajikan 'why' dan 'how' terhadap suatu topik. "Saya jadi wartawan sejak 1996, pernah bertemu dengan beberapa orang pelaku sepak bola sampai wasit. Kasihan dari tahun ke tahun, federasi (PSSI) mewarisi citra buruk," kata Weshley Hutagalung dalam diskusi PSSI Pers di Waroeng Aceh, Jumat (30/11/2018). "Pertanyaannya, wartawan sekarang itu ingin mendengar yang saya mau atau yang saya perlukan? Kemudian muncul karya kita. Lalu masyarakat juga memilih (informasi)," ujarnya. Ditambahkannya, fenomena ini terjadi karena perubahan zaman terhadap gaya pemberitaan media akibat permintaan dan tuntutan redaksi yang kini mengutamakan kuantitas dan kecepatan. Pria yang wajahnya sudah akrab muncul sebagai pundit sepak bola pada tayangan sepak bola nasional ini sedikit memahami perubahan zaman, meski tetap mempertanyakan peran media. "Dulu kami punya waktu untuk investigasi dan analisis, sekarang tidak. Kemana aspek 'why' dan 'how' atas peristiwa ini?" tuturnya mempertanyakan. "Sekarang malah adu cepat. Ditambah lagi sekarang ada media sosial, sehingga media massa bukan lagi menjadi sumber utama informasi terpercaya," ucapnya miris. #pssi #journalist #sportjournalist #matchfixing

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P