Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Merasa Dizalimi Juri, Promotor Tyson Fury Mengadu ke WBC

By Samsul Ngarifin - Senin, 3 Desember 2018 | 15:08 WIB
Momen ketika Tyson Fury melakukan aksi provokasi saat bertanding melawan Deontay Wilder di laga tinju kelas berat, Minggu (2/12/2018). (Twitter.com/Sporf)

Promotor Tyson Fury, Frank Warren, akan mengajukan komplain kepada World Boxing Council (WBC) perihal pertarungan Tyson Fury vs Deontay Wilder pada Minggu (2/12/2018) WIB.

Pertarungan yang berlangsung di Staples Center, Los Angeles, AS, tersebut berakhir draw.

Dari tiga juri yang bertugas, Alejandro Rochin memberikan skor 115-111 (Deontay Wilder), Robert Tapper memberikan skor 114-112 (Tyson Fury), sedangkan Phil Edwards memberikan skor 113-113.

(Baca Juga: Indikasi Tyson Fury yang Tak Terima Keputusan Juri Saat Lawan Deontay Wilder)

Hasil tersebut kemudian menuai kontroversi karena selama 12 ronde, Fury dianggap lebih unggul, meskipun sempat terjatuh dua kali.

Frank Warren dan British Boxing Board of Control (BBBoC) lantas meminta WBC melakukan investigasi.

"Saya sudah berbicara dengan Charilie Giles, Presiden BBBoC dan mereka bersama kami akan menulis kepada WBC meminta agar meninjau kembali apa yang terjadi untuk meminta pertarungan ulang," kata Frank Warren dikutip BolaSport.com dari BoxingScene.

Menurut Frank Warren, juri asal Meksiko, Alejandro Rochin, telah melakukan kesalahan fatal.

"Juri dari Meksiko salah. Saya benar-benar merasa kasihan kepada Tyson. Dia telah dirampok dan itu tidak benar," lanjutnya.

Memang selepas ronde 12 berakhir, banyak yang memprediksi jika petinju berkebangsaan Inggris keluar sebagai pemenang.

Di luar dari keberhasilan Wilder berhasil memukul jatuh Fury dalam dua ronde.

Sementara itu, banyak yang menilai jika pertarungan kemarin lebih menghibur daripada saat Fury mengalahkan Wladimir Klitschko.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Jurnalis olahraga senior, Weshley Hutagalung, mempertanyakan peran media dalam mengungkap dugaan pengaturan skor pada sepak bola Indonesia. Kurang aktifnya media dalam melakukan investigasi mendalam dinilai Weshley Hutagalung sebagai salah satu penyebab sulitnya pengungkapan praktik kotor ini. Pria yang akrab disapa Bung Wesh itu menilai pemberitaan media saat ini kerap luput untuk menyajikan 'why' dan 'how' terhadap suatu topik. "Saya jadi wartawan sejak 1996, pernah bertemu dengan beberapa orang pelaku sepak bola sampai wasit. Kasihan dari tahun ke tahun, federasi (PSSI) mewarisi citra buruk," kata Weshley Hutagalung dalam diskusi PSSI Pers di Waroeng Aceh, Jumat (30/11/2018). "Pertanyaannya, wartawan sekarang itu ingin mendengar yang saya mau atau yang saya perlukan? Kemudian muncul karya kita. Lalu masyarakat juga memilih (informasi)," ujarnya. Ditambahkannya, fenomena ini terjadi karena perubahan zaman terhadap gaya pemberitaan media akibat permintaan dan tuntutan redaksi yang kini mengutamakan kuantitas dan kecepatan. Pria yang wajahnya sudah akrab muncul sebagai pundit sepak bola pada tayangan sepak bola nasional ini sedikit memahami perubahan zaman, meski tetap mempertanyakan peran media. "Dulu kami punya waktu untuk investigasi dan analisis, sekarang tidak. Kemana aspek 'why' dan 'how' atas peristiwa ini?" tuturnya mempertanyakan. "Sekarang malah adu cepat. Ditambah lagi sekarang ada media sosial, sehingga media massa bukan lagi menjadi sumber utama informasi terpercaya," ucapnya miris. #pssi #journalist #sportjournalist #matchfixing

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P