Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Petinju Kanada Kritis Setelah Dipukul KO Lawannya pada Ronde Ke-11

By Samsul Ngarifin - Senin, 3 Desember 2018 | 19:42 WIB
Adonis Stevenson (kanan) kritis setelah dipukul KO oleh Oleksander Gvozdyk dalam pertarungan perebutan gelar juara dunia kelas berat ringan WBC di Centre Videotron, Kanada, Sabtu (1/12/2018) waktu setempat. (BBC)

Petinju kelas berat ringan, Adonis Stevenson, dikabarkan sedang kritis selepas pertarungan.

Adonis Stevenson harus kehilangan gelar juara dunia kelas berat ringan versi WBC setelah dikalahkan petinju Ukraina, Oleksander Gvozdyk.

Dalam duel di Centre Videotron, Kanada, Sabtu (1/12/2018) waktu setempat, Oleksander Gvozdyk berhasil memukul KO Adonis Stevensen pada ronde ke-11.

(Baca Juga: Hasil Imbang Kontra Tyson Fury Berdampak Buruk bagi Deontay Wilder)

Selepas pertarungan, petinju berusia 41 tahun itu turun dari ring tinju dengan ditandu dan langsung dilarikan ke rumah sakit.

Promotor tinju Yvon Michel menjelaskan jika Stevenson berada dalam kondisi kritis dan sedang mendapatkan perawatan intensif.

Belum diketahui cedera apa yang dialami oleh Stevenson hingga membuatnya dilarikan ke rumah sakit.

Pihak keluarga Stevenson juga memilih untuk diam dan menginginkan privasi untuk saat ini.

Kekalahan dari Gvozdyk tersebut menjadi kekalahan kedua bagi Stevenson sepanjang kariernya.

Sejak melakoni debut tinju profesional pada 2006, Stevenson tercatat sudah 32 kali bertarung dengan catatan 29 kemenangan (24 KO), 2 kekalahan (2 KO), dan 1 imbang.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Jurnalis olahraga senior, Weshley Hutagalung, mempertanyakan peran media dalam mengungkap dugaan pengaturan skor pada sepak bola Indonesia. Kurang aktifnya media dalam melakukan investigasi mendalam dinilai Weshley Hutagalung sebagai salah satu penyebab sulitnya pengungkapan praktik kotor ini. Pria yang akrab disapa Bung Wesh itu menilai pemberitaan media saat ini kerap luput untuk menyajikan 'why' dan 'how' terhadap suatu topik. "Saya jadi wartawan sejak 1996, pernah bertemu dengan beberapa orang pelaku sepak bola sampai wasit. Kasihan dari tahun ke tahun, federasi (PSSI) mewarisi citra buruk," kata Weshley Hutagalung dalam diskusi PSSI Pers di Waroeng Aceh, Jumat (30/11/2018). "Pertanyaannya, wartawan sekarang itu ingin mendengar yang saya mau atau yang saya perlukan? Kemudian muncul karya kita. Lalu masyarakat juga memilih (informasi)," ujarnya. Ditambahkannya, fenomena ini terjadi karena perubahan zaman terhadap gaya pemberitaan media akibat permintaan dan tuntutan redaksi yang kini mengutamakan kuantitas dan kecepatan. Pria yang wajahnya sudah akrab muncul sebagai pundit sepak bola pada tayangan sepak bola nasional ini sedikit memahami perubahan zaman, meski tetap mempertanyakan peran media. "Dulu kami punya waktu untuk investigasi dan analisis, sekarang tidak. Kemana aspek 'why' dan 'how' atas peristiwa ini?" tuturnya mempertanyakan. "Sekarang malah adu cepat. Ditambah lagi sekarang ada media sosial, sehingga media massa bukan lagi menjadi sumber utama informasi terpercaya," ucapnya miris. #pssi #journalist #sportjournalist #matchfixing

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on