Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Tunggal putri Spanyol, Carolina Marin, ingin menjadi pemain terbaik dalam sejarah bulu tangkis dunia.
Keinginan tersebut muncul seiring dengan perjalanan panjang yang telah Marin tempuh untuk meraih medali emas Olimpiade dan Kejuaraan Dunia.
Marin masih ingin menambah koleksi gelarnya pada Olimpiade Tokyo 2020 dan sederet titel lain dalam perjalanan kariernya.
Pada Agustus lalu, Marin menjadi tunggal putri pertama yang memenangkan tiga gelar Kejuaraan Dunia ketika dia mengalahkan Pusarla Venkata Sindhu (India). Sebelumnya, Marin menjadi juara dunia pada 2014 dan 2015.
"Yah saya ingin menjadi pemain terbaik dalam sejarah bulu tangkis. Sangat mudah untuk mengatakannya, tetapi saya tahu itu akan sangat, sangat sulit. Saya siap melakukan apa saja untuk mendapatkannya," kata Marin.
"Saya ingin memenangkan satu lagi medali emas Olimpiade dan minimal dua titel dari kejuaraan dunia lagi," ujar Marin seperti dilansir BolaSport.com dari The Star.
Saat ini, tunggal putra China, Lin Dan, tercatat sebagai pemain terbesar saat ini dengan raihan dua keping medali emas dan lima titel juara dunia.
Marin mendapat julukan Rafael Nadal dari Bulu Tangkis di Spanyol atas kegigihan dan permainan dari tangan kirinya yang sengit.
Pemain berusia 25 tahun ini mengakhiri hegemoni Asia pada Olimpiade ketika dia mengalahkan Sindhu di Olimpiade Rio 2016.
Kemenangannya pada Kejuaraan Eropa pertama dalam usia 20 tahun sejak debut cabang olahraga tersebut pada Olimpiade 1992 adalah sesuatu yang tidak pernah dibayangkan Marin ketika dia mulai bermain.
Baca juga:
"Bulu tangkis tidak begitu populer di Spanyol. Saya hanya bermain bulu tangkis seperti hobi dan tidak terlalu berpikir untuk menjadi juara dunia," kata Marin.
"Ketika saya pindah ke pusat bulu tangkis nasional saat berusia 14 tahun, saya mulai berpikir tentang apa yang saya inginkan yakni menjadi pemain bulu tangkis. Saya hanya ingin menjadi yang terbaik di dunia," aku Marin.
Marin mengakui bahwa dia akan berusaha keras untuk mewujudkan mimpinya.
"Saya harus banyak melakukan pengorbanan. Itu benar-benar sangat sulit," ujar Marin.
Setelah meraih medali emas Olimpiade Rio 2016, Marin mengalami cedera. Kali terakhir, dia berkutat dengan cedera di kaki kanannya yang membuatnya absen dari BWF World Tour Finals 2018.
Marin menemukan aturan Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) yang mengharuskan 15 pebulu tangkis teratas untuk mengikuti setidaknya 12 turnamen per musim.
Aturan tersebut dinilai Marin terlalu melelahkan dan dia menginginkan federasi bulu tangkis di setiap negara berbuat lebih banyak untuk melindungi para pemain dari cedera.
"Saya pikir mungkin mereka (BWF) harus berpikir lebih banyak tentang para pemain karena para pemain adalah hal utama bagi federasi dunia atau federasi Spanyol atau federasi apa pun," katanya.
"Ketika mereka memaksa para pemain untuk memainkan begitu banyak turnamen dalam setahun, kami tidak bisa melakukan itu. Kami adalah manusia, kami bukan robot, jadi kadang-kadang kami cedera karena kami dipaksa untuk memainkan begitu banyak turnamen. Jika kami tidak bermain karena kami cedera kami harus membayar denda."
Datang dari negara yang tidak memiliki tradisi bulu tangkis yang nyata, Marin percaya bahwa ia dapat mempopulerkan olahraga ini kepada anak-anak setelah keberhasilannya pada Olimpiade.
"Tidak mudah untuk menghasilkan Carolina Marin lain. Mungkin karena Carolina Marin memiliki sesuatu yang istimewa dan mungkin tidak dimiliki atau sulit diciptakan oleh gadis lain," ujar Marin
"Saya memiliki karakter khusus yang membuat saya merasa istimewa dalam upaya memperjuangkan mimpi saya," ucap Marin.
Marin saat ini sedang mewakili tim Pune 7 Aces dalam liga bulu tangkis bertajuk Premier Badminton League yang sedang berlangsung di India.