Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Tiga laga El Clasico akan digelar dalam 30 hari ke depan. Ini bukan yang pertama, delapan tahun yang lalu peristiwa serupa terjadi dengan dibumbui berbagai intrik.
Penikmat sepak bola akan dihibur dengan laga penuh gengsi antara Real Madrid dan FC Barcelona yang akan berlangsung tiga kali selama satu bulan ke depan sejak Kamis (7/2/2019) besok.
Real Madrid dan Barcelona akan berjumpa sebanyak tiga kali hingga awal Maret mendatang di mana satu laga untuk ajang Liga Spanyol, sementara dua lainnya di kompetisi Copa del Rey.
Baca Juga : Jadwal Live 6-7 Februari 2019, Everton Vs Man City, Barcelona Vs Real Madrid
Tarik mundur delapan tahun ke belakang, tepatnya pada musim 2010-2011, deretan laga El Clasico secara beruntun juga pernah terjadi, bahkan dalam kondisi lebih ekstrem.
Saat itu ada empat laga Real Madrid versus Barcelona dalam rentang waktu 18 hari. Panggung pertandingannya pun bergengsi, yaitu Liga Spanyol, semifinal Liga Champions, dan final Copa del Rey.
Selain kompetisi antara Cristiano Ronaldo dengan Lionel Messi, perseteruan antara kedua pelatih, Jose Mourinho dan Josep "Pep" Guardiola menjadi kisah bersejarah sepanjang periode tersebut.
MOURINHO PEMIMPIN BR****EK!
Perselisihan kedua pelatih bermula pada pertemuan kedua kesebelasan dalam pertandingan final Copa del Rey di Stadion Mestalla, 20 April 2011.
Setelah empat hari sebelumnya hanya bermain imbang 1-1 dan harus merelakan gelar Liga Spanyol kepada Barca, kubu Los Blancos akhirnya meraih trofi penghiburan.
Dalam pertandingan yang berlangsung hingga babak perpanjangan waktu itu, Real Madrid memetik kemenangan berkat gol sundulan Cristiano Ronaldo pada menit ke-102.
Barcelona sebenarnya bisa mengakhiri laga lebih cepat andai gol dari Pedro Rodriguez pada babak kedua tidak dianulir lantaran terjebak offside.
Dianulirnya gol Pedro membuat Guardiola bersungut-sungut. Menurutnya, "asisten wasit pasti punya penglihatan tajam sehingga tahu Pedro offside sejauh dua sentimeter."
Oleh Mourinho—yang senang memainkan emosi lawannya itu, komentar Guardiola lantas dijadikan bahan untuk melontarkan ejekan.
"Sampai detik ini, ada segelintir pelatih yang tidak berkomentar soal keputusan wasit dan banyak pelatih, termasuk saya, yang [gemar] mengkritik keputusan wasit," ujar Mourinho.
"Sekarang, dengan komentar Pep, kita telah memulai era baru dengan kelompok pelatih ketiga, di mana cuma ada dia, yang mengkritik wasit saat keputusan itu benar.
"Ini benar-benar sebuah hal yang baru bagi saya," seloroh Mourinho.
Baca Juga : Hasil Kualifikasi Liga Champions Asia, Persija dan Yangon United Lolos
Guardiola tentunya mendengar pernyataan Mourinho itu. Kendati menegaskan tak mau terseret dalam perang mental, sebuah makian keluar dari mulutnya jelang laga ketiga.
"Di ruangan ini [ruang pers Santiago Bernabeu], Mourinho adalah pemimpin br****knya, bosnya," kata Pep menanggapi pernyataan mantan asisten pelatihnya di Barcelona itu.
"Dia kenal saya dan saya kenal dia. Saya mencoba untuk belajar dari Jose di atas lapangan, tetapi saya lebih memilih untuk belajar sedikit mungkin dari kelakuannya di luar lapangan," tegasnya.
SKANDAL BERNABEU
Kendati emosinya sempat terpancing jelang laga leg pertama semifinal Liga Champions yang dihelat beberapa hari setelahnya, justru Pep Guardiola yang pada akhirnya tersenyum lebar.
27 April 2011, dalam duel yang penuh intrik—kedua tim saling berusaha mempengaruhi keputusan wasit—Blaugrana sukses mempermalukan tuan rumah Real Madrid dengan skor 2-0.
Jika sebelumnya Pep yang mengeluhkan keputusan wasit, kali ini giliran Mourinho yang memberikan kritiknya kepada sang pengadil lapangan.
Baca Juga : Tanpa Giorgio Chiellini, Juventus Harus Cetak Minimal 2 Gol untuk Menang
Kritik Mourinho tersebut utamanya soal kartu merah yang diterima pemainnya, Pepe, saat skor masih sama kuat 0-0.
Pada menit ke-61, Pepe beradu kaki dengan Dani Alves dalam perebutan bola liar. Alves terjatuh dan kesakitan, pemain Barca lainnya kemudian beramai-ramai melakukan protes kepada wasit.
Wasit Wolfgang Stark pun akhirnya mengusir Pepe keluar. Mourinho terlihat tidak percaya. Sebagai tanggapan, dia memberi sindiran "kerja bagus" kepada hakim garis di dekatnya.
Kekesalan Mourinho cukup beralasan. Pasalnya, itu menjadi kali keempat secara beruntun tim Real Madrid-nya kehilangan satu pemain saat melawan Barcelona.
Mourinho—yang akhirnya ikut diusir akibat protes berlebihan—menyebut pertandingan tersebut sebagai Skandal Bernabeu.
"Saya akan merasa malu jika saya dulu berada di Barca, bagaimana cara mereka memenangi Liga Champions pada 2009," komentar pelatih asal Portugal tersebut.
"[Leg kedua semifinal Liga Champions 2009, Barcelona vs Chelsea] adalah skandal Stamford Bridge. Sekarang adalah skandal Santiago Bernabeu.
Baca Juga : Pelajaran Pertama Thierry Henry Setelah Dipecat AS Monacot: Mengubah Mentalnya
"Saya tidak mengerti kenapa Barcelona selalu menerima bantuan dari wasit. Kenapa lawan Barcelona selalu kehilangan satu pemain? Dari mana kekuatan ini berasal?
"Mungkin untuk memberikan promosi lebih kepada UNICEF, mungkin karena pengaruh [Presiden Federasi Sepak Bola Spanyol Jose Angel] Villar di UEFA," ujar Mourinho memungkasi.
Akibat pernyataan kontroversialnya tersebut, Jose Mourinho terkena hukuman larangan mendampingi timnya dalam lima pertandingan.
Sementara Pep Guardiola bersama Lionel Messi dkk melaju ke babak final Liga Champions untuk mengalahkan Manchester United di Stadion Wembley dengan skor 3-1.