Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Asosiasi tenis puteri (WTA) tampaknya akan bersikap lebih lunak terhadap kesempatan pemain pindah kelamin (trans gender) menyusul kecaman dari pemain legendaris Martina Navratilova.
Steve Simon, CEO dari WTA mengatakan kebijakan lembaganya akan sejalan dengan standar olimpik yang menyebut seorang pemain transgender atau pemain pria yang beralih menjadi wanita dapat bermain tanpa memerlukan keharusan mengikuti test standar testosterone.
"WTA selalu menjadi lembaga yang berdasar pada penerimaan persamaan kesempatan kepada setiap orang,"kata Simon melalui telepon dari Shenzhen, China, dikutip BolaSport.com dari Kompas.com.
"Saat ini kebijakan kami berkaitan dengan penyamaan terhadap pemain transgender," tambahnya.
Baca Juga : Rp9 Triliun untuk Jadikan Neymar Pengganti Cristiano Ronaldo di Real Madrid
Baca Juga : ARRC 2019 - Trio Pembalap AHRT Dapat Modal Berharga pada Sesi Latihan
"Mereka ini tidak sama dengan posisi Martina (Navratilova), namun kami menghargai semua pendapat yang berbeda," kata Simon.
"Martina menginginkan perdebatan mengenai masalah ini dan saya kira ini biasa saja."
Navratilova yang merupakan peraih gelar juara 18 turnamen grand slam antara 1970-1990-an, dikecam sebagai seorang yang anti dengan transgender.
Hal ini setelah ia menulis opini yang menyebut membiarkan seorang pria yang berganti kelamin menjadi wanita untuk bertanding adalah hal yang curang dan memalukan.
Namun, Naratilova kemudian meminta maaf atas opininya tersebut.
Pekan ini, mantan juara renang Olimpik asal Inggris, Sharron Davies juga menyuarakan penentangannya terhadap hal serupa.
"Ada perbedaan mendasar antara seorang yang terlahir sebagai perempuan dengan mereka yang memperolehnya setelah itu," kata Sharron
"Untuk melindungi olahraga puteri, seharusnya mereka yang beralih kelamin dari pria ke wanita tak diijinkan bertanding di kategori ini." katanya lagi.