Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

EKSKLUSIF BolaSport - Marc Klok Mendobrak Budaya Naturalisasi di Indonesia

By Irfa Ulwan - Sabtu, 9 Maret 2019 | 20:25 WIB
Pemain Asing PSM Makassar, Marc Anthony Klok saat Diwawancarai Secara Eksklusif oleh BolaSport.com dan Kompas.com di Hotel Sahid Rich, Yogyakarta, Kamis (7/3/2019) Malam. (DIMAS KEN HUDAYANTO/BOLASPORT.COM)

BOLASPORT.COM - Marc Klok merupakan satu dari sekian banyak pemain asing yang beredar di persepakbolaan Indonesia. Saat ini, Klok akan menjalani musim ketiganya bersama PSM Makassar.

Pemain dengan nama lengkap Marc Anthony Klok ini mengaku nyaman berada di PSM Makassar.

Apalagi Klok baru saja menandatangani kontrak jangka panjang untuk lima tahun ke depan.

Pemain yang mengaku nyaman menjalankan peran sebagai gelandang box-to-box ini bisa saja menjadi andalan timnas Indonesia pada waktu-waktu ke depan.

Pasalnya, pemain kelahiran Amsterdam, Belanda, 25 tahun yang lalu ini tengah dalam proses naturalisasi menjadi Warga Negara Indonesia.

Kamis (7/3/2019) malam, tim BolaSport.com dan Kompas.com berkesempatan mewawancarai Klok secara eksklusif di Hotel Sahid Rich, Yogyakarta.

Di tengah-tengah kesibukannya bersama PSM di Piala Presiden 2019 dan Piala AFC 2019, Klok berbicara banyak soal kondisi persepakbolaan di Indonesia.

Dalam kesempatan itu, beberapa di antara penuturannya adalah soal alasannya mau dinaturalisasi menjadi WNI di usia yang masih terbilang muda.

Termasuk mengapa memilih Bali sebagai tempat hunian idamannya saat nanti telah resmi menyandang status sebagai orang Indonesia.

Berikut hasil lengkap penuturan Marc Klok:

1. PSM Makassar kalah saat menghadapi Kalteng Putra. Menurut Anda, bagaimana pertandingan tersebut?  

Saya pikir itu match yang keras, Kalteng Putra juga bermain bagus. Meski PSM pada 45 menit pertama bermain lebih baik, tetapi Kalteng Putra akhirnya berhasil cetak gol sedangkan PSM tidak. Walau kami terus menyerang, tetapi mereka berhasil memanfaatkan satu peluang untuk mencetak gol ke gawang PSM. Namun, ini adalah sepak bola, kami bisa menang, tetapi kami juga bisa kalah.

Piala Presiden 2019 bukan fokus kami. Turnamen ini cenderung untuk menilai sistem serta bahan evaluasi bagi pelatih dan pemain baru. Dan Piala AFC adalah fokus kami yang sesungguhnya. Kami harus menang karena kami mau lolos sebagai juara grup.

 2. Kultur sepak bola di Indonesia terkenal keras. Apakah Anda pernah punya pengalaman buruk tentang itu?

Saya justru suka permainan yang seperti itu. Saya suka jika ada permainan yang “keras” atau main fisik. Menurut saya ini yang bagus. Akan tetapi kami tetap harus profesional, kami tetap harus menjaga sportivitas. Meski main keras, main ngotot, tidak apa-apa, itu bagus. Namun, setiap pertandingan pemain harus tetap saling respek dan menjaga sportivitas.

3. Kemarin saat melawan Kalteng Putra Anda banyak berhadapan dengan I Gede Sukadana, bagaimana tanggapannya?

Saya tidak apa-apa. Saat di luar lapangan, saya dengan dia berbicara, saat ini tidak ada apa-apa. Di dalam lapangan kami bersinggungan karena sama-sama fokus dan semua mau menang. Konflik di atas lapangan tidak apa-apa, tetapi seperti yang sudah saya katakan sebelumnya; bahwa semua pemain harus berpegang pada sportivitas dan harus tetap memiliki sikap respek. Konflik-konflik ini sebenarnya bagus karena ini sepak bola profesional, semua mau menang. Jadi tidak ada masalah pribadi.

4. Apakah pernah ada perasaan traumatik yang diakibatkan permainan keras itu, misalnya, tekel yang terlalu membahayakan?

Tidak ada, ini permainan bola. Permainan keras akan selalu ada, jadi biasa aja.

5. Saat ini, PSM ‘kan mengikuti banyak turnamen, apa rahasia Anda untuk tetap prima pada setiap pertandingan?

Saat ini kami punya banyak pemain dan semua punya kesempatan untuk bermain. Rotasi dari pelatih penting. Mungkin saat melawan Persipura di Piala Presiden 2019, PSM akan menurunkan 11 pemain baru. Jadi sisanya bisa fokus terhadap lawan tim Laos (Lao Toyota, red) di Piala AFC nanti.

6. Sekarang PSM ditangani oleh pelatih baru. Apa perbedaan antara Robert Rene Alberts dan Darije Kalezic dalam hal strategi atau kepribadian mereka?

Pelatih baru ini memiliki strategi yang beda dengan Robert. Darije punya banyak strategi, taktik, dan kami lebih banyak latihan. Darije fokus kepada passing dan posisi, menurut saya berlatih di bawah arahannya bagus sekali. Semua pemain suka sekali dengan dia, meski masih harus beradaptasi. Sebab ini yang baru di indonesia. Namun, saya pikir dengan teknis latihan seperti ini kami 100 persen akan jadi juara. Adapun Robert juga merupakan pelatih bagus. Dua musim ini bagus sekali, tetapi, ya, ini sepak bola, mungkin pada momen ini kami memang harus ganti (pelatih, red). Jadi biasa saja. Semua tim di Eropa juga ganti pelatih. Namun, saat ini, atmosfer di dalam tim bagus sekali.

7. Kabarnya Anda saat ini sedang dalam proses naturaliasi, sudah sejauh mana perkembangannya?

Saya sih mau prosesnya selesai dengan cepat, tetapi sekarang saya tidak tahu (sudah sejauh mana, red). Sebulan, dua bulan, atau enam bulan lagi (selesainya, red) saya tidak tahu. Semoga proses selesai dengan cepat dan saya bisa segera menjadi Warga Negara Indonesia.

taufikbatubara
Marc Klok meneken perpanjang kontrak empat tahun di PSM Makassar. Gelandang bertahan asal Belanda be

8. Biasanya ‘kan pemain naturalisasi itu berusia 30 tahun ke atas. Apa sih alasan Anda ingin dinaturalisasi pada umur yang terbilang masih muda ini?

Ya, saat ini saya masih muda, 25 tahun. Alasannya jangka waktu saya untuk bisa bermain di sini masih panjang, termasuk bermain untuk timnas juga. Saya pikir, saat saya dinaturalisasi sekarang masih ada banyak waktu untuk bermain dengan timnas. Dengan itu pula saya bisa menunjukkan loyalitas saya terhadap aktivitas di sini. Andai saya dinaturalisasi ketika sudah tua, 32 tahun misalnya, mending tidak usah. Sebab bagi saya di usia sekarang saya masih dapat memberi nilai untuk orang lain, untuk memberi sesuatu kepada negara ini.

Saat saya masih muda, banyak yang bisa saya berikan kepada orang-orang di sini, jadi mereka bisa memanfaatkan apa yang saya punya untuk kepentingan dan kebaikan Indonesia. Jika saya sudah tua, saya paling hanya bisa bermain 2-3 tahun untuk negara ini, setelah itu habis—selesai. Sekarang saya masih memiliki setidaknya 10, 12, atau 14 tahun lagi.

Saya ingin memberikan sesuatu kepada orang-orang di sini, tidak terbatas pada kenyataan bahwa saya merupakan pemain naturalisasi, lebih dari itu saya ingin menjadi contoh untuk pemain muda soal bagaimana caranya untuk berkembang. Dengan begitu mereka bisa melihat bagaimana mewujudkan mimpinya. Itulah alasan saya ingin dinaturalisasi pada usia muda.

9. Apakah benar saat ini Anda sudah memiliki hunian di Bali?

Iya, benar. Saya sudah membeli rumah di Bali. Rumah itu akan selesai dibangun pada bulan Juni. Saya beli untuk keluarga saya, untuk tempat tinggal di sini, untuk masa-masa saat saya telah menjadi WNI nanti dan saya ingin membangun masa depan di Indonesia. Oleh karenanya, saya harus punya rumah di sini.

10. Lalu, apa alasan Anda memilih Bali?

Istri saya suka Bali, saya juga suka sekali di Bali. Suasananya, makanannya, dan di sana juga banyak bule. Meski nantinya telah menjadi WNI, tetapi saya harus tetap berinteraksi (dengan orang Barat, red). Ohya, kami, khususnya orang Belanda, merasa sesuai dengan gaya hidup di Bali.

11. Kalau begitu, apakah ada kemungkinan Anda pindah ke Bali United?

Sekarang saya merupakan pemain PSM, apalagi saya baru saja meneken kontrak yang baru untuk lima tahun ke depan.

12. Jika sedang bertanding, apa posisi favorit Anda?

Posisi favorit saya gelandang. Khususnya mendapat peran untuk menyerang sekaligus bertahan. Saya suka bermain sebagai gelandang box-to-box.

13. Nah, siapa pemain idola Anda di posisi itu?

Itu pertanyaan sulit, karena banyak sekali. Steven Gerrard mungkin adalah contoh yang sangat baik.

14. Kalau pemain Belanda di posisi gelandang, siapa yang jadi favorit anda?

Bagi saya, sih, Edgar Davids.

15. Banyaknya pemain keturunan, khususnya Belanda, yang bermain di Indonesia apakah punya dampak baik bagi atmosfer sepak bola di Indonesia?

Setiap pemain pastinya memiliki perbedaan tersendiri. Setiap situasi tentunya punya baik dan buruknya. Saya pikir, setiap pemain (keturunan) Belanda tidak harus menjadi dinaturalisasi menjadi WNI. Saya pikir harus diliat dahulu situasinya. Penilaian yang matang terkait itu harus dijalankan. Sebab, semuanya akan kembali kepada kepentingan negara dan sepak bola Indonesia.

Jika contohnya Stefano Lilipaly dan Irfan Harrys Bachdim, keduanya merupakan pemain yang bagus untuk sepak bola Indonesia. Namun, ada juga pemain yang tidak bagus untuk sepak bola Indonesia.

Saksikan video wawancara eksklusif tim BolaSport.com dan Kompas.com dengan Marc Klok di kanal Youtube kami.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P