Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Tanpa Penghormatan, Benarkah FA Lakukan Sikap Standar Ganda kepada Teror Christchurch

By Bagas Reza Murti - Senin, 18 Maret 2019 | 14:53 WIB
Masyarakat Selandia Baru menaruh bunga di sekitar lokasi aksi teror penembakan masjid di Christchurch. (Instagram / newzealandpolice)

Tentu saja kita masih ingat saat Teror kota Paris 13 November 2015 yang menewaskan 130 orang. Saat itu, pertandingan antara Prancis Vs Jerman diserang oleh 3 aksi bom bunuh diri di luar stadion.

Pada laga sleanjutnya antara Inggris dan Prancis dilakukan penghormatan untuk korban.

Juga pada serangan di Nice, Prancis pada 2016, 86 orang tewas akibat serangan bus yang menabrak orang-orang di keramaian. Stadion Wembley membentuk tiga warna bendera Prancis dan mencuit "Kami menunjukkan solidaritas untuk orang-orang Prancis."

Selain itu, yang masih ada dalam ingatan kita tentu adalah tragsedi Emiliano Sala dan tewasnya Vichai Srivaddhanaprabha yang meninggal dunia akibta kecelakaan pesawat.

Baca Juga : Malaysia Tahan Imbang Australia Jelang Kualifikasi Piala Asia U-23

Premier League dan FA selalu melakukan penghormatan dengan aksi 'a minute of silence' atau 'a minute of applause' sebelum pertandingan berlangsung.

Lunat menyatakan hal ini terjadi karena kurangnya petinggi yang mengerti hal-hal seperti ini.

"Alasan ini terjadi adalah karena kurangnya model senior di tubuh FA dan tidak banyaknya keragaman yang bisa mengidentifikasi masalah seperti ini," ujar Lunat.

"Kurang adanya pemimpin muslim di bidang olahraga, khususnya sepak bola, meski mereka cukup kompeten di bidang pekerjaannya," tambahnya.

Pada laga Premier League antara Fulham Vs Liverpool memang ada aksi 'a minute of applause', namun itu ditujukan kepada seorang staf Fulham yang meninggal dunia pada bulan lalu.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P