Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Tanpa Penghormatan, Benarkah FA Lakukan Sikap Standar Ganda kepada Teror Christchurch

By Bagas Reza Murti - Senin, 18 Maret 2019 | 14:53 WIB
Masyarakat Selandia Baru menaruh bunga di sekitar lokasi aksi teror penembakan masjid di Christchurch. (Instagram / newzealandpolice)

BOLASPORT.COM - FA, Premier League, dan EFL Championship dituduh melakukan sikap standar ganda karena tidak melakukan penghormatan kepada korban tewas dalam serangan teroris di Selandia Baru.

Selain Premier League, pertandingan Piala FA dan pertandingan di EFL Championship
(kasta kedua) juga tak melakukan 'tribute' untuk korban teror Selandia Baru.

Padahal, pertandingan dilakukan pada Sabtu- Minggu pasca serangan teror yang terjadi di Christchurch, Jumat (16/3/2019).

Pada Jumat, tersangka Brenton Tarrant secara membabi buta melakukan aksi penembakan di masjid di Christchurch saat masuk waktu solat Jumat dan menewaskan 50 orang.

Mantan Ketua Dewan Kesetaraan Ras FA, Yunus Lunat melabeli sikap ini sebagai kemunafikan asosiasi sepak bola Inggris.

Baca Juga : 3 Pesepak Bola Jadi Korban Tewas Teror Christchurch, Termasuk Kiper Timnas Futsal Selandia Baru

"Tidak ada alasan, kapanpun sesauatu terjadi, bahkan pada skala yang sama, sepak bola harus menghormati dan memberikan 'tribute' kepada korban," ujarnya dilansir BolaSport.com dari BBC.

"Ini adalah sikap standar ganda dan kemunafikan. Untuk menghormati para korban dengan 'a minute of silence' adalah hal yang benar. Ketika hal itu terjadi, harus untuk semua serangan yang terjadi," tambahnya.

Premier League dan FA diduga melakukan sikap standar ganda lantaran seperti tidak menganggap teror Selandia Baru sebagai aksi teror yang menimbulkan banyak korban.

Tentu saja kita masih ingat saat Teror kota Paris 13 November 2015 yang menewaskan 130 orang. Saat itu, pertandingan antara Prancis Vs Jerman diserang oleh 3 aksi bom bunuh diri di luar stadion.

Pada laga sleanjutnya antara Inggris dan Prancis dilakukan penghormatan untuk korban.

Juga pada serangan di Nice, Prancis pada 2016, 86 orang tewas akibat serangan bus yang menabrak orang-orang di keramaian. Stadion Wembley membentuk tiga warna bendera Prancis dan mencuit "Kami menunjukkan solidaritas untuk orang-orang Prancis."

Selain itu, yang masih ada dalam ingatan kita tentu adalah tragsedi Emiliano Sala dan tewasnya Vichai Srivaddhanaprabha yang meninggal dunia akibta kecelakaan pesawat.

Baca Juga : Malaysia Tahan Imbang Australia Jelang Kualifikasi Piala Asia U-23

Premier League dan FA selalu melakukan penghormatan dengan aksi 'a minute of silence' atau 'a minute of applause' sebelum pertandingan berlangsung.

Lunat menyatakan hal ini terjadi karena kurangnya petinggi yang mengerti hal-hal seperti ini.

"Alasan ini terjadi adalah karena kurangnya model senior di tubuh FA dan tidak banyaknya keragaman yang bisa mengidentifikasi masalah seperti ini," ujar Lunat.

"Kurang adanya pemimpin muslim di bidang olahraga, khususnya sepak bola, meski mereka cukup kompeten di bidang pekerjaannya," tambahnya.

Pada laga Premier League antara Fulham Vs Liverpool memang ada aksi 'a minute of applause', namun itu ditujukan kepada seorang staf Fulham yang meninggal dunia pada bulan lalu.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P