Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM – Pencak silat menjadi salah satu pencuri perhatian dalam Festival Budaya Indonesia bertajuk “Nusantara Festival 2019” yang digelar di Wuhan, China, Minggu (21/4/2019).
Bela diri asli Indonesia ini menjadi salah satu bintang utama di Nusantara Festival 2019.
Tak hanya menghipnosis diaspora Indonesia, pencak silat juga memukau warga lokal dan luar negeri yang menjadi pengunjung Nusantara Festival 2019.
Padepokan Pencak Silat Huangshi yang didirikan oleh para pelajar di Hubei Polytechnic University ini menjadi aktor utama yang membuat pengunjung Nusantara Festival tertegun.
Sebanyak 20 pendekar yang juga pelajar strata satu (S1) ini menampilkan jurus-jurus pencak silat yang atraktif.
Baca Juga : Menpora Bakal Terus Berusaha Agar Pencak Silat Masuk Olimpiade
Riuh pengunjung di Nusantara Festival 2019 pun tak berhenti dalam tujuh menit pertujukkan.
Aksi-aksi tangan kosong, bela diri tongkat, dan juga golok pun selalu diselingi teriakan takjub dan yel-yel “Indonesia... Indonesia...” dari penonton.
Muhammad Habiburrahman (ketua Padepokan Pencak Silat Huangshi) menyebut Nusantara Festival 2019 sebagai ajang besar bagi padepokan pencak silat satu-satunya di Provinsi Hubei ini.
Bagi mereka, tampil di hadapan warga lokal China dan luar negeri menjadi momen besar untuk memperkenalkan pencak silat kepada dunia.
"Jelas berkesan, karena kami memperkenalkan bahwa Indonesia memiliki martial arts yang otentik, asli Indonesia," ucap Habib usai penampilan.
"Kebanyakan dari kami belajar dari dasar, bagaimana kuda-kuda, pukulan, dan belajar memakai senjata."
"Hampir dua bulan kami latihan rutin, setiap dua hingga tiga minggu sekali. Ini semua demi Indonesia,” ujar mahasiswa studi kedokteran di Hubei Poytechnic University ini.
Baca Juga : VIDEO - Lalu Muhammad Zohri Melesat dan Pecahkan Rekor Nasional
Diwarnai Adegan Menyayat Leher
Salah satu adegan penampilan yang mengundang decak kagum adalah atraksi satu lawan satu.
Pada adegan ini, dua pendekar membawa senjata andalan masing masing, satu membawa golok dan satu membawa tongkat.
Adegan berjalan dengan tensi tinggi, diikuti dengan koreografi yang membuat mata pengunjung takjub.
Hingga, bagian dari pertunjukkan ini diakhiri dengan aksi “mengunci” pendekar yang membawa golok terhadap lawannya.
Ternyata, koreografi kuncian dan menyayat leher ini terbesit di benak pengunjung lokal dan pengunjung luar negeri.
Jimi Nathaniel Day-Winter, mahasiswa Master Jurnalistik dan Komunikasi Wuhan University, mengaku tak bisa berkata-kata saat melihat adegan tersebut.
"Saya seperti terdiam, saya pikir ia (pendekar) benar-benar membunuh lawannya. Benar-benar bela diri yang luar biasa," ucapnya.
Baca Juga : Rekap Hasil Hari Pertama Kejuaraan Asia 2019 - 3 Wakil Indonesia ke Babak Ke-2
Hal senada juga diucapkan mahasiswa internasional asal Bangladesh, Rana Parvez.
"Pencak silat benar-benar menakjubkan. Ini seperti gabungan kung fu, muay thai, dan karate. Saya ngeri melihat aksi terakhir tadi,” ucap pria yang hobi berlatih tinju ini.
Viviann Wu, warga Kota Wuhan, bahkan tertarik untuk mempelajari Pencak Silat setelah ia melihat pertunjukkan tersebut.
"Saya belajar Taijiquan sejak kecil untuk melindungi diri saya, lalu saya melihat betapa hebatnya pencak silat. Akan sangat menarik jika saya bisa mempelajarinya,” ucapnya.
Baca Juga : Melihat Peluang Kelolosan Persija Jakarta di Piala AFC 2019
Mengangkat tema "Colorful in Harmony", Nusantara Festival 2019 memiliki misi besar untuk mempromosikan keberagaman Indonesia kepada masyarakat China secara luas.
Festival tahunan Perhimpunan Pelajar Indonesia Tiongkok (PPIT) Wuhan ini dikemas sebagai ajang rekreasi sekaligus promosi kebudayaan Indonesia.
Tak hanya pertunjukkan pencak silat, acara puncak Nusantara Festival 2019 juga menampilkan berbagai seni pertunjukkan dari berbagai perwakilan daerah di Indonesia.
Selain itu, ada kegiatan lain seperti stan yang menjajakan makanan khas Indonesia serta memperkenalkan permainan tradisional seperti egrang, congklak, dan gundu kepada para pengunjung.
Artikel ini merupakan tulisan Aditya Fahmi Nurwahid, mahasiswa Indonesia yang tengah menempuh pendidikan di Wuhan University, China