Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Atlet ONE Championship, Sunoto, kini dikenal sebagai salah satu petarung senior di Indonesia.
Meski awalnya mengenal seni bela diri dari acara televisi, Sunoto sekarang merupakan salah satu petarung mahir di dalam divisi bantamweight.
Sejak terjun di ajang ONE Championship pada tahun 2015, pria dengan julukan "The Terminator" ini telah mengemas sembilan kemenangan dari 14 laga dalam kariernya.
Dalam pertandingan terakhir melawan rekan senegaranya, Paul Lumihi, di ajang ONE: For Honor, Jumat (3/5/2019), "The Terminator" tampil dominan.
Baca Juga : Sorotan Utama ONE: For Honor di Indonesia, Mama Nonton Sampai Tuhan Bekerja
Semua juri pun memberikan angka mutlak untuk kemenangan Sunoto.
Hasil tersebut mengantarkan Sunoto selangkah lebih dekat menjadi penantang gelar juara dunia.
Namun, tidak banyak yang mengira bahwa perjalanan Sunoto menjadi atlet kebanggaan Tanah Air dilalui dengan mengatasi berbagai rintangan.
Lahir dari keluarga tidak mampu, orang tua Sunoto bahkan tidak dapat menyekolahkan anaknya hingga bangku Sekolah Menengah Pertama.
Sunoto harus menempuh kelas tambahan untuk mendapatkan ijazah SMP dan SMA.
Baca Juga : ONE: Warriors of Light Tampilkan 2 Perebutan Gelar Juara Dunia
"Bisa dibilang saya datang dari keluarga miskin," kata Sunoto seperti dilansir BolaSport.com dari ONE Championship.
"Rumah kami tidak karuan dan dindingnya terbuat dari gelam atau kulit kayu."
"Orang di desa kami minimal pakai kayu jati, tetapi kami bersyukur karena bagaimanapun, (kualitas) gelam tidak separah jika kita gunakan dinding dari bambu," tutur anak pertama dari dua bersaudara ini.
Sunoto masih ingat bagaimana sulitnya akses informasi ketika ia masih kecil.
Untuk menonton televisi, Sunoto harus menumpang ke rumah tetangga.
Sementara itu, orang tuanya sendiri kesulitan memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Keterbatasan yang Sunoto alami menjadi tantangan tersendiri bagi dirinya dalam mengembangkan potensi bela diri.
Baca Juga : Wanita Jagoan Indonesia Menang, Gelar Juara Dunia Terebut di ONE: For Honor
"Saya suka bela diri sedari kecil, tetapi bagaimana mau latihan kalau tidak ada tempat belajar," ujar Sunoto.
"Untuk memenuhi kebutuhan saja susah. Dulu tidak seperti sekarang, gym dulu tidak ada."
"Ketika bersekolah, saya selalu memakai pakaian seadanya."
"Bahkan, sering pakai sepatu boots rusak milik ayah saya untuk sekolah," tutur ayah satu anak ini.
Menginjak usia remaja, Sunoto harus mulai hidup mandiri agar dapat membantu perekonomian keluarga.
Ia merantau ke Surabaya untuk mencari penghasilan.
Demi menyambung hidup di kota yang asing, Sunoto bekerja di tempat usaha laundry milik seorang saudara jauh.
Kerjanya termasuk mengantarkan hasil cucian ke berbagai pelosok daerah di Kota Pahlawan tersebut.
Baca Juga : ONE Championship Umumkan Divisi Baru: ONE Studios
Ia juga sempat bekerja di tempat penjualan kambing.
Pengalamannya berkeliling kota akhirnya membuka jalan baginya untuk menempuh jalur bela diri.
Pada suatu waktu dia menemukan tempat belajar Taekwondo.
Sunoto mulai menyisihkan penghasilan serta waktunya untuk menggeluti olahraga tersebut.
"Disitu saya mulai belajar bela diri, mungkin sekitar tahun 2003," kata Sunoto.
"Karena waktunya fleksibel dan kebanyakan di malam hari, jadi tidak mengganggu waktu kerja," ucap Sunoto lagi.
Lambat laun, Sunoto pun mulai mempelajari bidang olahraga lain, seperti Brazilian Jiu-jitsu (BJJ).
Ia mulai mencoba terjun ke berbagai kompetisi regional sampai akhirnya bakat terpendamnya tercium.
Baca Juga : Persamaan 5 Superhero Avengers dengan Juara Dunia ONE Championship
"Setelah mendapatkan berbagai medali, termasuk di kejuaraan tingkat Asia, saya mulai dilirik," ujar Sunoto.
"Ketika itu ada kejuaraan di Bandung dan saya mewakili Jawa Timur," tutur Sunoto melanjutkan.
Perjuangannya mengumpulkan pundi-pundi rupiah untuk bertahan hidup dan mempelajari bela diri secara mendalam pun mendapat ganjaran.
Pada tahun 2013, Sunoto mulai dilirik oleh ONE Championship, properti media olahraga global terbesar sepanjang sejarah di Asia.
Sunoto menjalani pertandingan debutnya di Manila, Filipina, pada tahun 2015, tetapi ia harus mengakui keunggulan atlet asal China, Wang Ya Wei.
Hal tersebut tidak menghambat dirinya untuk berkembang.
Sunoto kini tengah menikmati hasil kerja kerasnya dan berhasil membantu orang tuanya untuk merenovasi rumah mereka di kampung halaman.
Baca Juga : Pergelaran ONE Warrior Series Menjaring Bakat MMA Baru Dunia
Ia pun kini tinggal di Jakarta bersama anak istri dan menjadi pelatih bela diri di ibu kota.
"Selanjutnya, harapan saya adalah bisa meraih sabuk juara, seperti yang diharapkan warga Indonesia," kata Sunoto.