Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Profil Lucas Moura, Pahlawan Tottenham dari Kampung Kriminal

By Ahmad Tsalis - Kamis, 9 Mei 2019 | 09:30 WIB
Winger Tottenham Hotspur, Lucas Moura, bersorak seusai mengantarkan timnya menyingkirkan Ajax Amsterdam pada leg II semifinal Liga Champions di Johan Cruijff Arena, 8 Mei 2019. (TWITTER.COM/OPTAJOE)

BOLASPORT.COM - Lucas Moura menjadi pahlawan yang mengantarkan Tottenham Hotspsur melaju ke partai final Liga Champions musim 2018-2019.

Tottenham Hotspur merenggut satu tiket ke laga final Liga Champions musim ini setelah menekuk Ajax Amsterdam dengan skor 3-2 pada laga leg kedua semifinal, Rabu (8/5/2019).

Skor yang tercipta membuat kedudukan imbang 3-3, tetapi Tottenham Hotspur yang pantas melaju ke pertandingan pamungkas karena unggul agresivitas gol tandang.

Alhasil, Tottenham Hotspur mencetak rekor untuk kali pertama sepanjang sejarah klub mampu ke final Liga Champions.

Spurs juga menjadi tim kedelapan asal Inggris yang sanggup ke partai paripurna Piala/Liga Champions setelah Arsenal, Aston Villa, Chelsea, Leeds United, Liverpool, Manchester United, dan Nottingham Forest.

Baca Juga : Usai Liga Champions, Liga Europa Juga Tampilkan All-English Final?

Selain itu, mereka juga jadi klub ke-19 dari seluruh tim di Eropa yang sukses menyegel partai puncak sejak era Liga Champions bergulir.

Jikalau ditanya siapa nama yang layak disebut sebagai pahlawan keberhasilan ini, tak salah untuk menyebut Lucas Moura.

Kontribusi tiga golnnya buat Tottenham pada menit ke-55 59', dan 90'+6 dalam laga ini menjadi bukti.

Terlebih, musim ini adalah musim pertama Moura bermain semusim penuh. Ia baru didatangkan Spurs dari Paris Saint-Germain (PSG) pada Januari 2018.

Fakta-fakta tersebut adalah sekelumit raihan yang membuat sang pemain 26 tahun menjadi bintang dalam semalam.

Namun, seperti apa latar belakang sang pemain, patut BolaSporter simak rangkuman profil Moura sebagai berikut.

Baca Juga : Rekor Lengkap Pertemuan Liverpool dengan Tottenham Hotspur

Ia bernama lengkap Lucas Rodrigues Moura da Silva, yang lahir di Kota Sao Paulo, bagian tenggara Brasil pada 13 Agustus 1992.

Kota dengan kepadatan tertinggi di Brasil dengan total penduduk 21.391.624 juta per 2017 menurut Institut Geografi dan Statistik Brasil, IBGE.

Badan Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi, OECD, bahkan menempatkan Sao Paulo sebagai kota terpadat ke-12 di dunia.

Hanya, di kota yang relatif besar tersebut, Moura tidak menikmati masa kecilnya dengan rasa aman.

Pada akhir tahun 90 an dan awal 2000 an, ia merasakan bahwa kota tempat tinggalnya dipenuhi dengan kriminalitas yang membahayakan.

"Waktu itu sangat sulit, saat saya masih kecil ada banyak masalah seperti kekerasan, sekawanan berandal, senjata api, dan narkotika. Sebuah kehidupan kriminal," ujar Lucas Moura pada Oktober 2018, dikutip BolaSport.com dari laman London Evening Standard.

"Saya punya teman yang memilih kehidupan kriminal. Beberapa mendekam jeruji penjara, ada pula yang telah mati. Mereka dekat dengan jalan yang buruk," ucap ayah satu orang anak ini.

Situasi yang demikian tentu mengganggu Moura yang tengah menimba ilmu sepak bola di Club Atletico Juventus antara 1999-2002 dan Corinthians pada 2002-2005.

Tetapi tekad yang bulat di dunia sepak bola menjadi tameng bagi Moura untuk tak terjerumus dan ikut-ikutan ke dunia kelam.

"Saya sering bermain sepak bola di jalanan. Mimpi saya adalah menjadi pesepak bola, itulah mengapa saya tak pergi ke kehidupan jalanan yang buruk," ucap Moura.

"Saya selalu percaya saya bisa mewujudkan impian saya dan memberikan kehidupan lain untuk keluarga saya. Orang tua saya menunjukkan jalan yang baik."

"Pendidikan yang saya miliki dari mereka, dan impian saya untuk menjadi pemain sepakbola tidak pernah membiarkan saya keluar dari jalan."

"Tidak mungkin membayangkan melakukan hal lain karena saya selalu berpikir bahwa saya akan menjadi pemain bola," tutur pilar timnas Brasil tersebut.

Baca Juga : Hal yang Wajib Anda Tahu dari Laga Final Liga Champions 2018-2019

Pada 2005, saat usianya 13 tahun, ia pindah ke klub kebanggan kota kelahiran, Sao Paulo.

Di sana ia menghabiskan lima tahun di tim junior hingga mendapat kesempatan promosi ke tim utama pada 2010.

Mulai saat itu permainan Moura mengalami peningkatan. Bahkan, pada musim keduanya di tim utama Sao Paulo, ia mampu menorehkan sembilan gol empat assist dan 28 partai di Liga Brasil.

Atributnya sebagai penyerang sayap yang bertenaga, kreatif, memiliki akselerasi eksplosif, punya kecepatan dalam berlari, dan terampil saat menggiring membuat sejumlah klub top Eropa terpincut kepadanya.

Apalagi, ia juga termasuk pemain yang serbaguna dengan mampu berperan sebagai, sayap, penyerang, gelandang tengah, dan gelandang serang.

Manchester United dan Inter Milan terang-terangan ingin mengontrak Moura pada musim panas 2012. Kala itu usianya masih 19 tahun.

Namun, Paris Saint-Germain (PSG) yang kala itu diasuh Carlo Ancelotti, adalah tim yang memenangi berburuan sang pemain.

Moura pun menjejakkan kaki ke Parc des Princes pada Januari 2013 dengan 45 juga euro sebagai ongkosnya.

Enam tahun di PSG, Moura mempersembahkan 16 trofi domestik, termasuk empat gelar juara Liga Prancis secara beruntun mulai musim 2012-2013 hingga 2015-2016.

Hanya, porsi main yang kurang sejak kedatangan pelatih Unai Emery pada medio 2016, membuat Moura berpikir-pikir untuk bertahan. Utamanya pada musim kedua sang pelatih berkuasa.

"Momen saat itu teramat sulit, tujuh bulan terburuk sepanjang hidup saya," kata Moura pada November 2018, dilansir BolaSport.com dari ESPN.

"Saya baru saja tiba dari musim yang sangat mengesankan. Saya adalah top skor kedua tim di bawah Edinson Cavani.

"Pada musim kedua saya tak pernah dipanggil. Meski terus berlatih, saya tak pernah ada di pertandingan. Itu sangat sulit," tutur pemain berposur 172 sentimeter ini.

Baca Juga : Hat-trick di Semifinal, Moura Sudah seperti Ronaldo dan Del Piero

Bak gayung bersambut, keinginannya untuk pindah diendus pelatih Tottenham Hotspur Mauricio Pochettino.

Ia resmi hengkang ke Spurs per Januari 2018 dengan biaya 25 juta euro. Mengikuti Serge Aurier yang telah bergabung dengan skuat asuhan Pochettino enam bulan sebelumnya.

Sejauh membela Tottenham, pemain berpostur 172 ini sudah mengemas 84 penampilan di semua kompetisi berikut 74 gol.

Satu catatan apiknya meski belum lama di Spurs adalah hat-trick pada laga pekan ke-34 Liga Inggris, (13/4/2019) melawan Huddersfield Town.

Moura mengabadikan namanya sebagai pencetak trigol pertama di markas anyar Spurs, Tottenham Hotspur Stadium.

Adapun di level tim nasional, Moura sudah tampil 35 kali untuk timnas Brasil sejak memulai debut pada Maret 2011.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

Lucas Moura berhasil mencetak hattrick ke gawang Ajax di penghujung laga dan mengantarkan Tottenham ke final walaupun sempat tertinggal 2 gol di babak pertama. . Tottenham akan menghadapi Liverpool di final Liga Champions 2018-2019. . Bagaimana pendapat kalian tentang momen comeback di semifinal yang dilakukan oleh kedua klub Inggris ini? . #tottenham #ajax #liverpool #barcelona #lucasmoura #ucl #championsleague #ligachampions

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P