Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Petenis tunggal putri nomor satu dunia dari Jepang, Naomi Osaka, terpaksa mengubur impiannya untuk meraih gelar Grand Slam ketiga pada French Open 2019.
Hal ini dipastikan terjadi setelah Naomi Osaka gagal melewati babak ketiga French Open 2019.
Osaka angkat kaki seusai dikalahkan wakil Republik Ceska, Katerina Siniakova, 4-6, 2-6, di lapangan Suzanne Lenglen, Roland Garros, Paris, Prancis, Sabtu (1/6/2019) waktu setempat.
Baca Juga: Hasil French Open 2019 - Djokovic Tembus Babak Ke-4 Usai Tumbangkan Wakil Italia
Kekalahan tersebut cukup mengejutkan lantaran sang lawan merupakan pemain yang hanya berperingkat ke-42 dunia.
Artinya, ada selisih 41 posisi peringkat dunia di antara Osaka dan Siniakova.
Namun, hal tersebut tidak berlaku di atas lapangan.
Dilansir BolaSport.com dari Asahi Shimbun, Naomi Osaka mengaku merasa lelah dan sakit kepala saat bertanding di babak ketiga tersebut.
Alhasil, Osaka banyak melakukan kesalahan sendiri alias unforced error.
Tercatat, Osaka membuat 38 kali unforced error, sementara Siniakova hanya melakukan 13 kali unforced error.
"Saya merasa ada beban berat yang saya pikul, seperti itu yang saya rasakan," ucap Naomi Osaka seusai pertandingan.
"Ini aneh. Namun, saya pikir kekalahan saya ini adalah hal terbaik. Saya terlalu memikirkan kalendar turnamen (Grand) Slam. Saya rasa saya harus punya pemikiran bahwa jika turnamen itu mudah, maka semua pemain bisa memenangkannya," kata dia.
Baca Juga: Inasgoc Dapat Penilaian Positif soal Pelaporan Anggaran Asian Games 2018
"Saya hanya perlu terus berlatih keras dan mengembalikan performa terbaik saya," ucap Osaka melanjutkan.
Sejak menjalani laga babak pertama pada turnamen Grand Slam yang juga dikenal dengan nama Roland Garros itu, Naomi Osaka memang terseok-seok.
Dia harus bersusah payah melewati babak pertama dan kedua melalui drama pertarungan tiga set.
Baca Juga: French Open 2019 - Kejutan, 2 Unggulan Tunggal Putri Gugur di 32 Besar
Sementara itu, penampilan Osaka pada turnamen lapangan tanah liat (clay court) sejauh ini juga belum terlalu menggembirakan.
Kekuatan pukulan yang menjadi andalannya untuk menyerang tampaknya lebih cocok diterapkan di lapangan jenis hard, seperti saat dia memenangi gelar juara US Open 2018 dan Australia Open 2019.