Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Jalur yang ditempuh atlet asal India, Gurdarshan "Saint Lion" Mangat, menuju ONE Championship dilalui dengan melewati berbagai rintangan.
Gurdarshan Mangat harus melewati bermacam pencobaan dan ujian pada awal karier dan kehidupannya.
Akan tetapi, Gurdarshan menuai hasil baik berkat keberanian, kerja keras, dan dedikasi yang ia tunjukkan.
Baca Juga: Analisis Pertandingan Petchmorakot Lawan Giorgio di ONE: Masters of Destiny
Saat ini, Gurdarshan menjadi bintang di panggung global setelah dikenal sebagai atlet mixed martial arts (MMA) terbaik dalam kategori pound-for-pound, serta menjadi harapan negaranya untuk menjadi juara dunia pertama.
Sebelum penampilan keduanya di ONE melawan atlet kebanggaan Indonesia, Abro "The Black Komodo" Fernandes, di ajang ONE: Masters of Destiny, mari kita melihat bagaimana "Saint Lion" mampu bangkit dari kesulitannya menjadi salah satu atlet divisi flyweight unggulan.
Dikutip BolaSport.com dari ONE Championship, berikut ini tiga kisah terkait perjalanan Gurdarshan Mangat:
Masa Kecil yang Berat
Gurdarshan Mangat lahir di kota kecil bernama Williams Lake di British Columbia, di mana ia adalah anak dari generasi pertama imigran asal India.
Orang tua Gurdarshan berharap untuk sebuah kehidupan yang lebih baik.
Beban untuk menyesuaikan diri ke dalam dunia yang baru jatuh ke tangan Gurdarshan.
Baca Juga: Adrian Mattheis Hadapi Tantangan Terberat pada ONE: Masters of Destiny
"Ketika sampai di Kanada, mereka tidak dapat berbahasa inggris. Oleh karena itu, saya juga tidak dapat berbahasa Inggris," kata Gurdarshan Mangat.
"Sampai kelas dua atau tiga sekolah dasar, saya belajar Bahasa Inggris di sekolah dan mengajari orang tua saya di rumah."
"Saat saya berumur enam tahun, saya menjadi guru di rumah saya," ucap Gurdarshan menambahkan.
Gurdarshan tumbuh besar di sebuah komunitas kecil, di mana ia menemukan teman-teman yang berada di sekitarnya sampai ia beranjak dewasa.
Semua anak-anak asal India bermain bersama, tetapi ia menjadi salah satu yang sering dikerjai dan tidak memiliki keyakinan diri besar.
"Saya yang terpendek di antara teman-teman saya," ujar Gurdarshan Mangat.
"Saya selalu diganggu dan selalu kalah dibandingkan dengan teman saya yang sudah tumbuh besar di SMA."
"Saya selalu menjadi target bagi para pengganggu."
"Saya gagal masuk tim basket, di mana saya selalu menjadi penanggung jawab peralatan basket."
"Saya menjadi anak yang selalu ingin menyenangkan orang lain, tetapi saya hampir selalu tidak percaya diri," tutur Gurdarshan melanjutkan.
Terinspirasi untuk Berkembang
Gurdarshan Mangat menemukan titik balik saat pindah ke Vancouver pada umur 18 tahun.
Gurdarshan pindah demi menjadi seorang akuntan, tetapi akhirnya ia berubah fokus ke semangat baru di dalam hidupnya, berkat seorang figur yang menjadi panutannya.
Sosok tersebut adalah Vice President ONE Championship, Rich Franklin.
Baca Juga: Atlet ONE Championship Indonesia Dukung Inisiasi MMA Menuju Olimpiade
"Saat itu, mixed martial arts-lah yang menemukan saya. Bagian terbesar dari itu adalah karena Rich Franklin saat itu bertanding," kata Gurdarshan Mangat.
"Saya selalu percaya bahwa atlet mixed martial arts dibesarkan menjadi para pejuang."
"Saya tidak mengetahui bahwa ia adalah guru honorer di SMA dan bertanding demi gelar juara dunia," ucap Gurdarshan lagi.
Pada waktu yang sama saat melihat Rich bertanding, Gurdarshan Mangat mengetahui rekan senegaranya dari Kanada, Kalib Starnes, juga ikut bertanding.
Gurdarshan mencari alamat sasana tempat Kalib berlatih, yaitu Revolution Fight Team, tetapi awalnya tidak dapat menemukan lokasinya.
"Saya benar-benar akan menyerah, tetapi saya selalu memikirkan momen tersebut," ujar Gurdarshan Mangat.
"Jika saya menyerah, saya mungkin tidak pernah kembali untuk mencarinya lagi, dan mungkin hidup saya tidak akan menjadi seperti ini. Sepuluh tahun kemudian, saya ada di sini," tutur Gurdarshan menambahkan.
Mencapai Titik Terang
Selagi berjuang naik ke puncak divisinya, "Saint Lion" harus melawan depresi setelah beberapa tragedi yang terjadi di keluarganya.
Akan tetapi, Gurdarshan Mangat belajar untuk tetap maju berkat orang-orang terdekat dan kemauannya yang besar.
Walaupun mengakui belum dapat sepenuhnya mengatasi isu kesehatan mentalnya, ia berjuang melawannya setiap hari, di mana ia saat ini menjadi seseorang yang berbeda dan lebih kuat.
Petarung berusia 32 tahun ini baru saja meraih TKO melawan Toni Tauru pada bulan Maret lalu dalam pertandingan debutnya di ONE.
Baca Juga: Juara Dunia Wanita yang Tak Terkalahkan Bergabung ke ONE Championship
Saat ini, Gurdarshan Mangat siap untuk terus maju di dalam panggung kelas dunia.
"Anehnya, saya tidak pernah melihat ke belakang. Saya hanya mencoba untuk terus maju," kata Gurdarshan Mangat.
"Saya tidak pernah berpikir akan berakhir di sini, terutama semasa saya depresi."
"Saya berharap dapat kembali dan mengatakan pada diri saya yang lebih muda bahwa, 'Tunggu saja, kamu akan ada di ONE. Bersabar dan atasi semua kesulitan dan masa-masa gelapmu,'" ucap Gurdarshan melanjutkan.
Gurdarshan mengutarakan ingin menikmati waktunya di dalam ring.
"Saya hanya ingin bersenang-senang. Mixed martial arts itu sulit karena kita ragu akan terpeleset dan mundur dua langkah ke belakang, serta gagal meraih puncak," ujar Gurdarshan Mangat.
"Saya akhirnya berada di tempat di mana saya dapat melihat kontrak saya dan mengatakan saya dapat melakukan apa yang ingin saya lakukan."
"Saya dapat bermain all-out. Saya tidak harus bermain aman."
"Hadapkan saya dengan siapa pun dan saya tidak akan pernah khawatir."
"Saya berhasil sampai ke titik yang saya inginkan dan ini saatnya saya maju serta menantang diri saya sendiri," tutur Gurdarshan lagi.