Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Kapten timnas Aljazair, Riyad Mahrez dikritik oleh sejumlah pihak karena ia tak mau menyalami Perdana Menteri Mesir, Moustafa Madbouly saat penyerahan trofi Piala Afrika 2019.
Timnas Aljazair sukses merengkuh gelar juara Piala Afrika 2019 setelah menekuk timnas Senegal 1-0 pada partai final, Sabtu (20/7/2019) dini hari.
Tendangan striker Baghdad Bounedjah (2') yang membentur bek timnas Senegal, Salif Sane, jadi satu-satunya gol yang memenangkan timnas Aljazair di Cairo International Stadium.
Sukacita menghampiri para pemain timnas Aljazair yang mampu merengkuh torfi Piala Afrika kedua mereka sepanjang sejarah.
Dalam sukacita pemain Aljazair, terdapat satu momen yang cukup menyita perhatian, terutama untuk fans Mesir yang menjadi tuan rumah.
Baca Juga: Kisah Fans Indonesia Jatuh dari Ketinggian 6 Meter untuk Selfie Bersama Cristiano
Saat prosesi penyerahan trofi, dalam sebuah video berikut ini, Riyad Mahrez seolah sengaja untuk menolak jabat tangan dengan predana menteri Mesir, Moustafa Madbouly.
#رياض_محرز كابتن منتخب #الجزائر يتجاهل رئيس وزراء #السيسي على منصة التتويج #محاربي_الصحراء #منتخب_الساجدين pic.twitter.com/1GWoFMSuE2
— أحمد البقري (@AhmedElbaqry) July 20, 2019
Riyad Mahrez hanya menjabat tangan Presiden FIFA, Gianni Infantino, kemudian ia tidak melanjutkan menjabat tangan dua orang yang ada di sebelah Infantino, yakni Perdana Menteri Mesir, Moustafa Madbouly dan Menpora Mesir Ashraf Sobhy.
Ia kemudian langsung 'melengos' untuk menerima trofi Piala Afrika 2019 dari Presiden Federasi Sepak Bola Afrika (CAF), Ahmad Ahmad.
Baca Juga: BERITA FOTO: ICC 2019 Singapura Ditutup dengan Kemenangan Tottenham Hotspur atas Juventus
Aksi ini menuai protes dan kritik dari fans Mesir.
Salah satu laporan dari koran Mesir seperti dikutip BolaSport.com dari Al Araby, menyebutkan jika seorang pengacara Sami Sabri ingin memasukkan Mahrez ke dalam orang-orang yang dilarang memasuki wilayah Mesir lagi akibat sikapnya.
Sabri menyatakan Mahrez telah menghina perdana menteri Mesir saat Aljazair meraih juara di tempatnya.
Di sosial media, banyak fans yang menyayangkan aksi Mahrez , namun ada pula yang membela winger Manchester City itu, bahwa ia tak sengaja menghiraukan perdana menteri Mesir.
It's unsportsmanlike and kills the spirit of #AFCON2019 . Riyad Mahrez should not have ignored Egyptian Prime Minister Moustafa Madbouly. Sports is supposed to unite us not further divide us.
— David Alatule Aladago (@alatule) July 20, 2019
Penyebab Mahrez tak mau menyalami Perdana Menteri disinyalir karena rivalitas tinggi kedua negara.
Tepat sepuluh tahun silam pada 2009, terjadi tensi tinggi saat Kualifikasi Piala Dunia 2010 yang melibatkan Mesir versus Aljazair
Pada laga di Mesir, tim Aljazair dilempari dengan batu oleh suporter Mesir saat baru tiba, sehingga menyebabkan 3 pemain cedera.
Dalam sebuah play-off memperebutkan satu tiket ke Piala Dunia 2010, Mesir dan Aljazair harus bertemu di temopat netral.
FIFA menunjuk Sudan, dan dalam laga tersebut Aljazair menang tipis 1-0.
Pada laga itu, Mesir memprotes karena pemain, ofisial dan suporternya berada dalam ancaman senjata dari suporter Aljazair.
Riyad Mahrez sendiri menyatakan rasa bangganya memimpin skuat Aljazair untuk meraih trofi Piala Afrika 2019.
"Saya bangga menjadi kapten tim ini dan jutaan warga Aljazair yang mendukung kami sepanjang turnamen. Juara Afrika!," kata Mahrez di twitter.
Beberapa Fakta Menarik Piala Afrika 2019
Keberhasilan timnas Aljazair memenangi Piala Afrika 2019 memunculkan sederet fakta menarik yang patut untuk diketahui, di antaranya:
1. Koleksi trofi timnas Aljazair
Kemenangan Aljazair atas Senegal membuat mereka kini sudah mengoleksi dua trofi juara Piala Afrika.
Menariknya, dua trofi juara itu dapat ditorehkan tim beralias The Desert Warriors hanya melalui tiga partai final.
Sebelum laga kali ini, mereka menempuh partai puncak pada 1980 (kalah 0-3 dari Nigeria), dan 1990 saat menang 1-0 atas Nigeria.
2. Gol Baghdad Bounedjah
Baca Juga: ICC 2019 - Ronaldo Ajak Pitch Invader Cilik Duduk di Bench Juventus
Al Sadd striker Bagdad Bounedjah turns the hero as Algeria beat Senegal to win Africa Cup of Nations
— Doha Stadium Plus (@Dohastadiumplus) July 19, 2019
@AlsaddSC @QSL @CAF_Online pic.twitter.com/tcP39BH9zR
Proses gol Baghdad Bounedjah diawali ketika ia menerima umpan terobos dari Ismael Bennacer.
Lalu, tembakan Bounedjah coba diblok oleh bek lawan, Salif Sane. Namun, upaya sang defender malah berujung malapetaka buat Senegal.
Soalnya, si kulit bulat malah melambung dan masuk ke gawang tepat pada menit pertama lebih 21 detik.
Website resmi Piala Afrika mengesahkan gol itu pada menit kedua laga.
Ternyata, lesakan striker 27 tahun tersebut dicatat Opta sebagai gol tercepat sepanjang perhelatan Piala Afrika 2019.
3. Dominasi timnas Aljazair atas timnas Senegal
Laga final Piala Afrika kali ini mempertegas kedigdayaan timnas Aljazair saat bersua timnas Senegal.
Dalam pertemuan mereka sepanjang sejarah, Aljazair kini sudah mengoleksi 14 kemenangan dan lima kali seri.
Adapun tim beralias The Lions of Teranga baru bisa mencuri empat kemenangan dari timnas Aljazair.