Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Chelsea belum meraih kemenangan dalam tiga partai kompetitif bersama Frank Lampard sebagai pelatih. Kerutan-kerutan di wajah mulai tampak di antara pendukung The Blues di Stamford Bridge.
Frank Lampard menjalani tiga partai perdana sebagai pelatih klub lamanya, Chelsea, tanpa kemenangan di pentas kompetitif.
Pertama, The Blues membuka tirai Liga Inggris 2019-2020 dengan kekalahan 0-4 di markas Manchester United.
Selanjutnya, Tim London Biru kalah adu penalti dari Liverpool pada ajang Piala Super Eropa.
Hasil teranyar, bayangan tripoin perdana Lampard musim ini buyar dalam homecoming party untuknya di Stamford Bridge, Minggu (18/8/2019).
Baca Juga: Start Terburuk di Chelsea sejak 2012, Frank Lampard Mulai Cari Alibi
Chelsea ditahan Leicester City 1-1 setelah gol kilat Mason Mount ditebus Wilfried Ndidi pada babak kedua.
Memang baru tiga partai, tetapi Lampard sudah mencatatkan start terburuk bagi pelatih Chelsea sejak 2012-2013.
Dikutip BolaSport.com dari Opta, pelatih terakhir yang gagal membawa Chelsea menang dalam tiga partai perdananya ialah Rafa Benitez.
Kala itu 7 tahun silam, Rafa menjalani trilaga perdana di kursi pelatih Chelsea dengan catatan nirkemenangan menghadapi Man City (0-0), Fulham (0-0), dan West Ham (1-3).
Terkait start lamban Lampard, mungkin ada baiknya alarm sudah dinyalakan Chelsea jika mengulas para legenda yang gagal ketika menukangi klub yang membesarkan mereka.
Berkut contoh 4 legenda yang dimaksud.
1. Alan Shearer (Newcastle United)
Alan Shearer sah dipanggil legenda di tiga klub yang pernah dibelanya, Southampton, Blackburn Rovers, dan Newcastle United.
Bersama klub yang disebut terakhir, dia pun punya pengalaman sebagai pelatih, tetapi tidak berakhir baik.
Baca Juga: Hasil dan Klasemen Liga Inggris - Imbang, Chelsea Huni Urutan Ke-15
Tiga tahun selepas pensiun, Shearer dapat panggilan mengejutkan untuk menukangi Newcastle di sisa musim 2008-2009.
The Magpies berlomba keluar dari jerat degradasi dengan hanya 8 partai tersisa.
Dalam periode singkat, Shearer gagal dalam misi penyelamatan tersebut dan Newcastle akhirnya terdegradasi.
2. Filippo Inzaghi (AC Milan)
AC Milan punya riwayat cemerlang ketika mempekerjakan dua mantan pemain mereka yang sukses besar sebagai pelatih, yaitu Fabio Capello dan Carlo Ancelotti.
Namun, resep serupa tidak berlaku buat Filippo Inzaghi.
Striker legendaris Italia yang berseragam Rossoneri pada 2001-2012 ini diangkat sebagai pelatih pada Juni 2014 dengan modal pengalaman membesut tim junior AC Milan selama dua tahun.
Baca Juga: Link Live Streaming Wolves Vs Man United - Tamu Coba Jaga Momentum
Ia menggantikan posisi Clarence Seedorf, eks jagoan lain Milan yang dipecat setelah hanya 4 bulan bertugas.
Di balik kemudi, Inzaghi tak secemerlang kariernya sebagai pemain.
Dia hanya meraih 14 kemenangan dalam 40 partai dan finis di peringkat 10 klasemen Serie A, terburuk bagi Milan dalam 17 tahun.
3. Thierry Henry (AS Monaco)
Satu contoh teraktual bahwa predikat legenda saja tak cukup memompa prestasi tim dialami Thierry Henry di AS Monaco musim 2018-2019.
Monaco, klub profesional pertama Henry, mengajaknya mudik guna menjadi pelatih pada Oktober 2018 setelah menukangi tim junior Arsenal dan menjadi asisten di timnas Belgia.
Toh, romansa Henry dengan Monaco cuma berlangsung 3 bulan.
Baca Juga: Kalahkan Persib, PSM Makassar Pertahankan Rekor Sempurna di Kandang
Ia dipecat pada Januari lalu saat Monaco terpuruk di peringkat ke-19 klasemen Liga Prancis.
Sisa pekerjaan buruk Henry diteruskan pelatih yang dia gantikan, Leonardo Jardim, dan Monaco pun selamat dari degradasi di pekan-pekan terakhir.
4. Juan Jose Lopez
Sebagai pemain, Juan Jose Lopez tak terpisahkan dari sejarah River Plate berbekal catatan hampir 500 pertandingan yang dia jalani di masa lalu.
Ceritanya berbeda ketika Lopez memegang kendali kepelatihan River.
Baca Juga: Klasemen Liga 1 2019, Persib Masih di Luar 10 Besar, PSM Naik 2 Tangga
Pada 2010, dia disambut meriah saat diangkat sebagai pelatih klub raksasa Argentina tersebut.
Tahun berikutnya, terjadilah bencana. Lopez malah membawa River Plate terdegradasi ke divisi dua untuk kali pertama sepanjang sejarah klub.
Peristiwa ini sampai memicu kerusuhan yang diakibatkan kemarahan suporter River.