Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Managing Director Yamaha, Lin Jarvis, mengungkapkan suka dukanya dalam mengelola dua pembalap hebat yang pernah dimiliki timnya.
Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo pernah menjadi dua pembalap papan atas di kelas utama MotoGP bersama tim Yamaha.
Bagaimana tidak, kedua pembalap itu acap kali mampu menunjukkan rivalitas sengit untuk merebutkan gelar juara dunia.
Tak hanya persaingan internal, Rossi dan Lorenzo saling bergantian menancapkan dominasinya atas para pembalap dari pabrikan lainnya di MotoGP.
Baca Juga: Dokter Ahli Sebut Michael Schumacher Tak Akan Lagi Sama akibat Cedera Parah
Sejak menjadi rekan satu tim pada musim 2008, duet Rossi-Lorenzo sudah mempersembahkan total lima gelar juara dunia untuk Yamaha.
Rivalitas yang paling diingat antara Rossi dan Lorenzo terjadi pada musim 2015, tatkala keduanya sama-sama bersaing ketat untuk merengkuh gelar juara.
Rossi-Lorenzo harus menentukan siapa yang menjadi raja pada musim tersebut hingga balapan terakhir yang berlansung di Sirkuit Ricardo Tormo, Valencia.
Setelah menerima sanksi dari FIM (Federasi Motorsport Internasional) akibat insiden 'Sepang Clash' yang melibatkan rider Repsol Honda, Marc Marquez, Rossi harus mengakui keunggulan Lorenzo untuk mengamankan mahkota ketiganya di kelas MotoGP.
Mempunyai dua pembalap yang sama-sama tampil kompetitif tak membuat bos Yamaha, Lin Jarvis, bisa berleha-leha dan bersantai.
Pasalnya, Lin Jarvis menilai bahwa rivalitas keduanya berjalan panas mengingat Rossi merupakan raja dan Lorenzo terbilang pendatang baru.
"Rivalitas keduanya berjalan panas, karena Rossi adalah raja pada saat itu, dan Lorenzo adalah pendatang baru," kata Lin Jarvis, dilansir BolaSport.com dari Tuttomotoriweb.
Baca Juga: Juara F1, Harapan Sebastian Vettel Jauhkan Lewis Hamilton dari Ferrari
Lebih jauh lagi, pria asal Inggris itu mengakui bahwa mempunyai dua rider hebat yang mempunyai kapasitas justru membuat timnya harus bekerja keras.
"Jadi hal itu yang membuat sulit untuk dikelola, seperti yang selalu terjadi ketika Anda memiliki dua pembalap top di tim yang sama," ucap Lin Jarvis menjelaskan.
"Tetapi ketika kami bisa melakukannya, kami berhasil menjadi juara selama tiga musim berturut-turut," tuturnya lagi.
Baca Juga: McGregor Incar Gelar BMF Milik Masvidal jika Gagal Rematch Lawan Khabib
Skuat Iwata harus pandai mengatur dan mengelola ego keduanya agar tidak merusak suasana tim yang berujung hadirnya persaingan yang tidak sehat.
"Memiliki dua pembalap yang kompetitif memang bisa mengangkat tim, karena mereka akan saling mendorong," imbuhnya.
"Kami hanya harus berharap bahwa mereka tidak akan menjadi penyebab utama yang akan merusak tim mereka sendiri," kata Lin Jarvis mengakhiri.
Jorge Lorenzo akhirnya memilih hengkang dari Yamaha pada akhir musim 2016, dan pindah ke Ducati untuk memulai petualangan barunya.
Setelah dua musim bersama pabrikan Italia itu, Lorenzo beralih ke Repsol Honda dan memutuskan untuk pensiun usai tampil jeblok sepanjang 2019.
Baca Juga: Kepala Kontingen Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020 Resmi Diumumkan