Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Valentino Rossi mengaku tidak sanggup untuk membentuk tim di MotoGP. Berapa bujet yang diperlukan untuk melakukannya?
Valentino Rossi sempat dikabarkan bakal tampil bersama tim besutan sendiri di MotoGP 2021 setelah tergusur dari kursi tim pabrikan Yamaha.
Peluang Rossi membentuk tim baru memang realistis karena ada dua slot pembalap yang tidak terpakai di MotoGP selepas mundurnya tim Marc VDS per musim 2019.
Secara kebetulan, membentuk tim baru juga membuat gagasan soal duet rekan satu tim antara Rossi dan adik tirinya, Luca Marini, bisa terwujud.
Rossi sendiri memiliki bekal penting lantaran ikut bertanggung jawab menangani tim SKY Racing Team VR46 di kelas Moto2 dan Moto3 dalam beberapa tahun terakhir.
Akan tetapi Rossi menepis ide tersebut.
"[Membuat] tim VR46 bersama Yamaha? Saya tertawa karena saya menyukai idenya tetapi kami tidak memiliki uang," ujar Rossi, dilansir BolaSport.com dari Crash.
Menjalankan sebuah tim independen di ajang MotoGP memang membutuhkan biaya yang terbilang besar. Menyediakan motor tentu menjadi salah satu perhatian besar.
Baca Juga: Soal Test Rider, Valentino Rossi Akui Paksa Yamaha Gaet Jorge Lorenzo
Dilansir BolaSport.com dari Motomatters, sejak 2017 MSMA (Asosiasi Pabrikan Motor Balap) setuju untuk memasok motor ke tim satelit dengan biaya maksimal 2,2 juta euro.
Tim satelit seperti LCR Honda dan Pramac Racing (Ducati) mengeluarkan biaya sekitar 2 juta euro per tahun untuk mendapat dua motor bagi satu pembalapnya.
Apabila dirupiahkan, biaya tersebut mencapai 33 milar rupiah. Nominal itu bisa naik menjadi dua kali lipat jika tim memiliki dua orang pembalap.
Tim konsumer juga harus menyiapkan anggaran untuk biaya suku cadang dan perbaikan motor apabila pembalap mengalami insiden dalan sebuah sesi.
Baca Juga: Bakar Uang di MotoGP, Sekali Jatuh Siap-siap Ratusan Juta Melayang
"Jika pembalap tak membuat masalah besar, kami harus menyediakan bujet 600 ribu sampai 1 juta dolar setahun bagi dia," tutur bos LCR Honda, Lucio Cecchinello, kepada GPOne.
Biaya akomodasi perjalanan ke berbagai negara, gaji pegawai, hospitality, hingga penyediaan inventaris membuat anggaran tim semakin membengkak.
Bujet untuk operasional tim selama satu tahun bisa bervariasi.
LCR bisa menghabiskan 10 juta euro (Rp150 milar). Mereka sedikit diuntungkan karena gaji kedua pembalapnya ditanggung oleh Honda.
Baca Juga: Terpesona Keindahan Lombok, Dorna Dorong MotoGP Digelar di Indonesia
Tim tentu saja tidak akan menanggung seluruh biaya sendirian. Pengeluaran mereka bergantung dari bantuan sponsor serta subsidi dari Dorna selaku penyelenggara MotoGP.
Setiap tim independen yang berkiprah juga sokongan dana sebesar 2 juta euro (Rp30 miliar) untuk setiap pembalap dari Dorna.
Adapun jika berhasil mendatangkan banyak sponsor, anggaran yang harus ditanggung bisa semakin mengecil.
"Kami hidup dari sponsor," kata bos Pramac Racing—tim satelit Ducati—Francesco Guidotti, dilansir BolaSport.com dari BikeSportNews.
"Mereka bisa datang secara langsung, seperti Pramac dalam kasus kami, atau tidak langsung. Mereka biasanya menutup 65 persen dari bujet total," imbuhnya.
Baca Juga: Meski Ada Kans, Sejak Dulu Valentino Rossi Malas Bikin Tim di MotoGP
Kembali bicara soal tim baru Valentino Rossi, menambah skuad untuk kelas MotoGP tak melulu berdampak soal pengeluaran saja.
Pasalnya, mendaftarkan tim baru bisa memengaruhi proyek Sky Racing Team VR46 merupakan nadi dari ambisi The Doctor untuk mencetak talenta baru dari negaranya.
Rossi memilih jalan lain. Bagi dia, akan lebih berfaedah mencari tempat yang sudah tersedia apabila masih berhasrat terus membalap di MotoGP.
"Ini sebuah masalah besar. Lebih baik [musim depan saya bergabung] dengan Petronas," ucap pemenang sembilan gelar juara dunia itu menegaskan.
Baca Juga: Marc Marquez dan Alex Marquez Punya Tekad Berbeda pada MotoGP 2020
Baca Juga: Motul Siap Dukung MotoGP Indonesia Saat Digelar di Mandalika