Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Pebola voli putra nasional, I Putu Randu Wahyu Pradana, mengungkapkan perjuangan Indonesia pada SEA Games 2019 yang digelar di Filipina, Desember.
Di balik kesuksesan meraih kilau medali emas SEA Games 2019, I Putu Randu Wahyu Pradana, mengenang awal latihan timnas yang saat itu belum ditangani oleh Li Qiujiang (China).
"Sebelum kedatangan pelatih asing, latihannya biasa saja. Setelah kedatangan pelatih asing yang disebut macan voli, latihan kami intensitasnya cukup tinggi," kata pebola voli putra Indonesia, I Putu Wahyu Randu Pradana, kepada BolaSport.com di Padepokan Voli, Sentul, Bogor, Jawa Barat.
"Pelatih lokal memilih pemain berdasarkan kasih sayang. Kalau pelatih asing, mana pemain yang bagus dia dipilih. Tetapi, pelatih asing membuat kami berpikir ulang kalau ingin begadang. Dia juga lebih disiplin," ucap Randu (sapaan akrab I Putu Randu Wahyu Pradana).
Pada penyisihan Pul B, Indonesia mengantongi kemenangan atas Vietnam dan Filipina, 3-0, lalu kembali menang 3-0 atas Myanmar pada babak semifinal.
"Kami dibebani di grup. Tetapi, kami tidak mikir kesana. Kata pelatih, siapa pun musuh, ya kami lawan saja. Yang penting, kami memberikan yang terbaik," ujar Randu.
Baca Juga: Timnas Voli Putra Indonesia Sempat 'Sakit Berjamaah' Sebelum Rebut Emas SEA Games 2019
"Kunci kemenangan itu selalu koordinasi sesama teman karena di timnas itu tidak ada senior-junior. Jika ada yang melakukan kesalahan, kami saling support dan melengkapi. Tidak ada main yang bagus karena kami saling mendukung sehingga hasil kami di Filipina berbuah manis."
Randu sudah memperkuat timnas voli putra Indonesia untuk SEA Games pada 2011, 2013, dan 2015.
Pada SEA Games 2011 dan 2013 Indonesia mendapat medali perak, lalu medali perunggu pada SEA Games 2015.
Tim voli putra Indonesia kembali mendapat medali perak pada SEA Games 2017.
"Feeling saya setelah empat kali SEA Games, memang targetnya tahun ini. Semua teman juga menargetkan yang sama, tetapi feeling kami pada final SEA Games kemarin, kami melawan thailand," ujar pemain berusia 25 tahun ini.
Baca Juga: I Putu Randu Akui Jakarta BNI 46 Masih Mencari Chemistry di Lapangan
"Ternyata, strategi tim kami salah. Kami final melawan Filipina. Mungkin ini jalannya kami selama 10 tahun menanti. Filipina adalah lawan tidak terlalu berat, tetapi lebih mudah melawan Filipina daripada Thailand," aku Randu.
Filipina membuat kejutan setelah menyingkirkan juara bertahan SEA Games sejak 2011, Thailand pada semifinal, dengan 3-2.
Sementara itu, Indonesia memenangi 15 set dan tanpa kehilangan satu set pun dalam lima pertandingan yang mereka lakoni sejak fase grup hingga final.