Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
"Menurut saya, ini balik lagi ke masalah pribadi masing-masing. Yang pernah saya baca dan Koh Didi (Eng Hian, pelatih ganda putri Indonesia) sering share bahwa tidak banyak pemain putri Indonesia yang berkualitas," ucap Greysia.
"Jadi, bagaimana caranya sudah dapat yang berkualitas belum tentu juga punya pemain yang berkualitas juga. Ini sudah menurut saya mencakup pribadi seorang atlet. Pemain putri yang siap berkomitmen hingga 1000 persen, pasti berhasil," ujar Greysia.
"Contohnya, Susy Susanti dan Liliyana Natsir yang merupakan legenda dan senior kami. Susahnya mencari atlet putri karena terkait dengan budaya. Ketika sudah memasuki usia 20 tahun, sudah mulai berpikir masa depan (menikah)."
"Tetapi, itu lagi makanya saya bilang pemain yang mempunyai komitmen 1000 persen tidak banyak sehingga gap-nya terlihat agak jauh," aku Greysia.
Baca Juga: Anthony Tetap Tak Remehkan Lawan meski Momota Absen pada All England 2020
Menurut Greysia, hal tersebut berbeda dengan atlet putra yang tetap fokus berlatih meski sudah berkeluarga.
"Bukan benar atau nggaknya. Kami semua latihannya sama. Semua memberi yang terbaik saat latihan. Yang membedakan adalah kualitas dan cara berpikir," kata pemain asal klub Jaya Raya Jakarta ini.
"Hal itu yang saya lihat sepanjang karier. Saya belajar dari senior yang hilang begitu saja saat berusia 26 atau 27 tahun. "
"Waktu saya mengalami umur yang sama, saya baru tahu oh begini rasanya. Maksudnya, saya tidak heran kalau pada saat itu jadi seorang perempuan itu memikirkan berkeluarga sehingga tak banyak atlet putri yang memiliki banyak rekor prestasi," kata Greysia.
Greysia kini sedang menyiapkan diri menghadapi All England 2020. Pada babak pertama, Greysia/Apriyani akan menjumpai Chang Ye-na/Kim Hye-rin (Korea Selatan).