Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Manajer Arema FC, Ruddy Widodo, mengatakan bahwa klub berkomitmen akan membayar gaji pemain sesuai keputusan dari Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).
Hal itu diambil oleh pihak manajemen Arema FC didasari oleh surap putusan dari PSSI yang dikirimkan ke klub pada 27 Maret 2020.
Surat tersebut menangguhkan kompetisi Shopee Liga 1 hingga keadaan darurat nasional yang ditetapkan pemerintah pada 29 Mei 2020.
PSSI juga meminta klub untuk membayar gaji pemain maksimal 25 persen selama force majeur.
Ruddy Widodo mengatakan Arema FC mendukung penuh pemberhentian kompetisi hingga akhir Mei 2020 itu.
Menurutnya, itu dinilai sebagai keputusan terbaik untuk semua.
Baca Juga: Tuntutan Aji Santoso Kepada Pemain Persebaya saat Kompetisi Diberhentikan
Apalagi virus corona (Covid-19) ini sudah menjadi pandemi dan tak hanya terjadi di Indonesia.
“Arema FC loyal akan keputusan PSSI, apalagi ini bukan hanya masalah di Indonesia, ini sudah menjadi masalah di dunia, kami yakin badai ini pasti berlalu,” kata Ruddy Widodo saat dihubungi BolaSport.com, Sabtu (28/3/2020).
Dengan adanya pemberhentian kompetisi Shopee Liga 1 2020 hingga Mei mendatang, tentu Arema FC memiliki beberapa pertimbangan lainnya.
Tak lain yakni keputusan gaji yang sudah ditetapkan oleh PSSI dalam surat keputusan tersebut.
Sesuai aturan yang dari PSSI, pemain dan ofisial semua tim Liga 1 2020 hanya akan menerima 25 persen gaji dari nilai yang sudah disepakati dalam kontrak pada bulan Maret-Juni.
Baca Juga: Pemain Indonesia yang Sempat Dibidik Arsenal Doakan Wander Luiz
Namun, menurut Ruddy Widodo terkait pembayaran kewajiban gaji pemain, Arema FC siap menjalankan keputusan yang diambil PSSI tersebut.
“Dalam situasi sekarang ini semua rugi. Klub, pemain, pelatih dan semua stake holder sepak bola Indonesia juga mengalami hal itu,” ujar Ruddy Widodo.
“Tapi walaupun pemain, pelatih dan official tidak bekerja selama masa force majeur tersebut, kami tetap berkomitmen membayar gaji mereka,” ucapnya.
“Tentunya dengan nilai maksimal 25 persen, padahal selama itu pula klub tidak dapat pemasukan,” tutur Ruddy Widodo.