Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Pada musim panas 1996, Juventus melaju ke final Liga Champions untuk menghadapi Ajax Amsterdam di Stadion Olimpico, Roma. Di partai pamungkas ini tercipta salah satu gol tercantik di kompetisi tersebut.
Penulis: Firzie A. Idris
Striker Juventus, Fabrizio Ravanelli, memantapkan namanya di buku sejarah dengan mencetak gol pertama partai panas pada 22 Mei 1996 tersebut.
Catatan itu adalah puncak musim sempurna Ravanelli di mana ia mencetak 12 gol liga yang menjadikannya top scorer Juventus.
Gol Ravanelli punya segalanya: kecerdasan melihat kesempatan, kelihaian memanfaatkan ruang, dan ketajaman menceploskan si kulit bundar.
Semua berawal secara tak terduga, Juventus mengambil lemparan ke dalam hampir di tengah lapangan. Bola lalu dilambungkan ke ujung kotak penalti Ajax.
Baca Juga: Resep Tendangan Bebas ala Cristiano Ronaldo, Awalnya dari Main Pingpong
Baca Juga: Selamat Ultah Clarence Seedorf, Si Manusia Rekor Liga Champions yang Otaknya Encer
Bek muda Ajax, Frank De Boer, pun tampak berada dalam posisi prima untuk menghalau bola.
Posisi badannya tepat, posturnya juga siap. Hanya, ia salah mengantisipasi arah jatuh bola.
De Boer mengambil dua langkah mundur sebelum terjebak memilih antara menghalau bola atau mengontrol si kulit bundar dengan kepalanya.
Akhirnya, ia melakukan kedua tindakan itu bersamaan dan bola melambung ke arah belakang.
Saat hendak menjangkau bola, De Boer melihat kipernya keluar dari sarang.
Edwin van der Sar tampak akan mencaplok bola dari udara menggunakan fisiknya nan jangkung.
Hanya, seperti De Boer, Van der Sar terjebak dalam keraguan. Saat De Boer membiarkan Van der Sar menangkap bola, di sela-sela mereka meluncur Ravanelli.
The White Feather mengontrol bola, mengambil dua langkah, dan langsung melepas tembakan kaki kanan ke arah gawang dari sudut sempit yang tampak mustahil.
Bola pun bergulir pelan menuju arah gawang, menggelinding masuk dari sudut yang terlihat tidak mungkin.
Bek lawan, Sonny Silooy, mencoba menghalaunya tapi tak berhasil. Juventus memimpin 1-0 di Olimpico.
Baca Juga: Liga-liga yang Kebal dari Pandemi Virus Korona, Korban Lionel Messi Kalah Menyakitkan
Perayaannya merupakan luapan emosi tak terkontrol. Ia berlari melintasi satu lapangan ke ujung gawang di mana fans Juve berkumpul.
Sepakan itu merupakan gol kelimanya sepanjang Liga Champions 1995-1996, tetapi merupakan torehan pertama sang pemain sejak fase grup.
Juve sempat kebobolan lalu menyelesaikan laga 120 menit dengan skor 1-1 dan mereka merengkuh kemenangan dengan menceploskan kelima tendangan di adu penalti yang menyusul.
1996 @ChampionsLeague Final: @AFCAjax 1-1 @juventusfc @UEFAcom The game ended a draw after extra-time with goals for Jari Litmanen & Fabrizio Ravanelli. #Juve won on penalties at the Stadio Olimpico in #Rome #ucl @SkySports @gazzettaitalia pic.twitter.com/bFy3yREiWX
— Iain McDougall (@Iain_McDougall) May 22, 2018
Ravanelli ditarik keluar pada menit ke-77 laga tersebut dan digantikan Michele Padovano.
Partai tersebut menjadi akhir karier dari sang striker di Juventus.
Setelah empat tahun di Turin, ia dicomot Middlesbrough dengan banderol 7 juta pounds.
Baca Juga: DUEL KLASIK, 29 Maret 2011 - Cap dan Gol Terakhir Ruud van Nistelrooy buat Belanda
Perjalanannya tak selalu mulus, setelah musim kedua di Inggris, ia hijrah ke Marseille.
Sinarnya kembali terang kala ia kembali ke Serie A untuk bergabung dengan Lazio setelah itu.
Bersama Biancocelesti, Ravanelli memenangi gelar Coppa Italia 1999 dan Serie A 2000.