Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - "Ini bola, ambil dengan dua tangan, letakkan di belakang kepala Anda, dan lempar."
Komentar di atas dilayangkan eks pesepak bola Skotlandia yang kini menjadi pandit di televisi, Andy Gray, soal penunjukan Thomas Gronnemark oleh Liverpool pada 2018.
Ternyata, lemparan ke dalam tidak seremeh itu di mata arsitek Liverpool, Juergen Klopp, sampai dia mempekerjakan Gronnemark, pelatih throw-in profesional (mungkin) yang pertama di dunia.
Maklum terdengar asing, Gronnemark memang seolah luput dari radar sebagai anggota staf khusus Juergen Klopp di Melwood.
Tugas pria Denmark berusia 44 tahun itu "cuma" throw-in coach. Ya, Anda tidak salah, pelatih lemparan ke dalam.
Baca Juga: MOMEN JUARA, Bocah Ajaib Michael Owen Menyihir Dunia di Usia 18 Tahun
Baca Juga: VIDEO - Gol Sadis Dejan Stankovic dari Jarak 51 Meter Bikin Malu Manuel Neuer
Memang sepenting apa lemparan ke dalam sampai The Reds menunjuk Gronnemark?
"Saya tahu itu benar-benar pekerjaan teraneh di dunia. Beberapa pemain yang bekerja dengan saya juga terkejut dan sedikit menertawakannya," ujarnya, dikutip BolaSport.com dari BBC.
Reaksi awal Klopp pun demikian. Namun, semua itu berubah ketika dia menemui Gronnemark langsung.
"Sejujurnya, saya belum pernah dengar tentang pelatih lemparan ke dalam. Saat mendengar tentang Thomas, jelas saya ingin menemuinya. Setelah bertemu, saya seratus persen ingin mengangkatnya," lanjut Klopp.
Sesuai pengamatan Klopp, ternyata Gronnemark bukan sosok sembarangan.
Mantan sprinter dan atlet kereta luncur salju itu diketahui merupakan pelatih pertama yang mengambil spesialisasi pakar lemparan ke dalam.
Gronnemark membukukan rekor dunia lemparan terjauh berjarak 51,33 meter pada 2010 dan itu dilakukannya dengan front flip alias jungkir balik ke depan!
Rekor itu baru dipecahkan Michael Lewis dari Amerika Serikat dengan jarak 59 meter tahun lalu.
Sebagai karyawan paruh waktu di bawah manajemen Klopp, Gronnemark bekerja juga di klub negara asalnya, Midtjylland dan AC Horsens.
Sebelumnya, dia pernah pula bertugas untuk RB Leipzig di Bundesliga.
Gronnemark dihubungi Klopp setelah sang arsitek membaca artikel mengenai perkembangan lemparan Andreas Poulsen, bek sayap Denmark yang direkrut Moenchengladbach dari Midtjylland.
Di bawah tempaan Gronnemark, Poulsen berhasil meningkatkan jarak rataan lemparan, dari 25 meter ke 39,7 meter.
Baca Juga: Cyber-Training, Metode WFH Mutakhir ala Bayern Muenchen di Karantina
Namun, fokusnya bukan cuma meningkatkan jarak lempar layaknya legenda throw-in Liga Inggris, Rory Delap.
Di mata Gronnemark, throw-in tak sekadar upaya memberikan bola kepada rekan setim, tapi juga cara efektif memulihkan penguasaan bola dan keluar dari tekanan lawan, inisiator serangan balik, hingga sumber penciptaan gol layaknya situasi set-piece lainnya.
Dia mengklasifikasikan 3 jenis throw-in sebagai fokus, yaitu lemparan jauh, lemparan cepat (yang bisa menginisiasi serangan balik), dan lemparan cerdas untuk tujuan mempertahankan penguasaan bola dari tekanan lawan.
"Bukan cuma jauh, tapi lemparan harus datar dan tajam. Bukan cuma teknik melempar, tapi juga bagaimana menerimanya, bagaimana berlari, menempatkan posisi, menciptakan ruang..."
"Fokus terhadap lemparan ke dalam bisa menyelamatkan nyawa klub kecil sebagai salah satu teknik untuk sintas di kompetisi. Untuk klub besar, itu bisa membantu menciptakan gaya bermain yang lebih mengalir," katanya.
Dasar orang Jerman, Klopp pasti suka dengan detail-detail yang ditawarkan Gronnemark.
Baca Juga: Selamat Ultah Clarence Seedorf, Si Manusia Rekor Liga Champions yang Otaknya Encer
Baca Juga: MOMEN JUARA, Diego Maradona Balas Pembantaian Malvinas di Piala Dunia 1986
Pada 2017-2018, Midtjylland dan Horsens mencetak 10 gol dari pergerakan yang diawali lemparan ke dalam.
Menurut Gronnemark, pemanfaatan klub-klub Inggris dalam situasi throw-in sangat payah.
Menurut data yang diungkap per September 2019, Premier League mencatat angka rataan terburuk dalam hal memulihkan penguasaan bola di bawah tekanan lawan melalui throw-in, dengan rasio kesuksesan 48,6 persen.
Jumlah itu paling jelek di antara 5 liga terelite Eropa.
Setelah kedatangan Gronnemark, ia bisa mengklaim Liverpool memiliki rapor terbaik kedua di Eropa dengan rasio kesuksesan 68,4%, hanya kalah dari Midtjylland (70,2%).
Bukan kebetulan dua klub itu terbaik soal lemparan ke dalam karena diasah orang yang sama: Gronnemark.
Timnas Inggris ikut menuai profit dari skill lemparan ke dalam bek mereka yang memperkuat Liverpool, Joe Gomez.
Throw-in jauh Gomez berujung gol Jesse Lingard ke gawang Kroasia yang membantu meloloskan Inggris ke semifinal UEFA Nations League 2018-2019.
Dalam agendanya, Gronnemark menganalisis pergerakan dan teknik pemain saat situasi lemparan ke dalam atau set-piece lain dalam video.
Hasil analisis itu dikaji Gronnemark, diberikan kepada Klopp dan staf, lalu diaplikasikan dalam sesi latihan.
Dalam mekanismenya, waktu optimal untuk mengambil lemparan ialah sekitar 5 detik setelah bola keluar garis karena semakin cepat dan tepat throw-in dilakukan, itu semakin cepat mencegah lawan mengambil posisi.
Baca Juga: Andil Seorang Denmark untuk Kelolosan Inggris ke Semifinal UEFA Nations League
Jika lemparan kurang dari 15 meter, peluang untuk mempertahankan kembali penguasaan bola adalah 66,9 persen.
Apabila berlalu 10 detik saja, persentase kesuksesan ini menurun jadi hanya 49,6 persen.
Namun, melempar kilat tanpa estimasi yang tepat juga malah bisa menyebabkan tim kehilangan bola karena si penerima belum tentu siap.
Intinya harus efisien dan kesepahaman antarpemain ini bisa dicapai dengan latihan khusus.
"Klopp ingin lemparan yang cepat dan cerdas," kata Gronnemark.
Secara detail, ini berpengaruh terhadap gaya bermain Liverpool yang tajam menyerang dari sisi lapangan, juga jago mengendalikan possession dan mempertahankan bola dari tekanan musuh.
Tentu saja materi latihan Gronnemark bukan cuma soal melempar, tapi juga melatih pemain bagaimana cara bertahan, merebut, atau menutup ruang saat lawan melakukan throw-in.
Gronnemark, yang bekerja di Liverpool tiga hari beruntun dalam satu bulan, bisa menerapkan 40-50 jenis variasi latihan dalam materinya, jadi ternyata tidak semonoton yang Anda kira, kan?
Baca Juga: Juergen Klopp Ingin Tonton Video Sadio Mane Permalukan Manuel Neuer 1.000 Kali
Lantas, masihkah menyangkal pentingnya lemparan ke dalam?
"Musim ini Liverpool mencetak 13 gol yang berawal dari situasi lemparan ke dalam, termasuk saat menghadapi Tottenham dan Wolverhampton. Sungguh bikin bangga," ucap Gronnemark dalam wawancara kepada Kicker.
Disadari atau tidak, detail-detail seperti itu turut membantu Klopp melengkapi puzzle kekuatan demi membangun tim super yang digdaya di Premier League.