Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Pendiri PSSI, Soeratin Sosrosoegondo, rela mengorbankan kariernya di perusahaan Belanda dan hidup miskin demi cintanya pada sepak bola Indonesia.
Soeratin Sosrosoegondo telah memulai perjuangannya memajukan sepak bola Indonesia dengan mendirikan PSSI bersama sejumlah tokoh sepak bola nasional pada 19 April 1930.
Dilansir Bolasport.com dari laman resmi PSSI, seiring dengan berjalannya waktu dan banyaknya kompetisi yang digulirkan oleh PSSI pada 1931, Soeratin dihadapkan satu pilihan sulit dalam hidupnya.
Karena kecintaannya pada sepak bola, Soeratin lantas memutuskan untuk mengundurkan diri dari perusahaan konstruksi Belanda tempatnya bekerja.
Baca Juga: Rayakan Ulang Tahun PSSI Ke-90 di Tengah COVID-19, Ini Harapan Ketua Umum
Keputusan itu menjadi salah satu pengorbanan yang patut diperhitungkan, sebab gajinya di perusahaan itu lumayan besar dan bisa memantapkan posisinya sebagai priayi.
Soeratin pun terpaksa mempertaruhkan antara nasionalisme dan materi dalam kehidupannya. Pilihannya untuk memajukan sepak bola Indonesia ternyata berbuah baik. Timnas Indonesia pun mampu ikut serta di Piala Dunia 1938 meskipun masih menggunakan nama Hindia Belanda.
Pada 1940, Soeratin pulang ke kampung halamannya di Bandung dan menyerahkan kepemimpinan PSSI kepada Artono Martosoewignyo.
Baca Juga: Tak Hanya Marc Marquez, Valentino Rossi Juga Jadi Target Utama Maverick Vinales Musim Ini
Setelah momen itu, masa-masa penderitaan Soeratin itu dimulai. Rumahnya sempat diobrak-abrik tentara Belanda karena keaktifannya dalam Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang menjadi musuh Belanda.
Meski sempat menyanggupi permintaan Ir Djoeanda untuk memimpin Djawatan Kereta Api (DKA) pada 1949, tubuh renta dan penyakitnya membuat pekerjaannya semakin berat.
Soeratin pun harus melanjutkan hidupnya sambil menanggung sakit dan kesulitan ekonomi hingga akhir hayatnya.
Baca Juga: Pemain Persebaya Mahmoud Eid Akui Bosan Jalani Karantina Mandiri di Swedia
Soeratin Sosrosoegondo akhirnya meninggal dunia dalam usia 60 tahun pada 1 Desember 1959. Ia meninggal dunia dalam kemiskinan.
Tak ada harta benda yang ditinggalkan olehnya kecuali nafas panjang untuk PSSI yang terus berusaha menghasilkan prestasi untuk Indonesia.
Lewat langkah kecil Soeratin, PSSI hadir sebagai organisasi sepak bola Tanah Air yang terus berupaya mengharumkan nama bangsa dan negara.