Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Berkat Duet Ini, Persija Jakarta Sukses Juara Liga Indonesia 2001

By Hugo Hardianto Wijaya - Rabu, 20 Mei 2020 | 21:15 WIB
Duet Bambang Pamungkas dan Budi Sudarsono di Persija Jakarta. (persija.id)

BOLASPORT.COM - Duet Bambang Pamungkas dan Budi Suharsono yang mampu mencetak 32 gol mengantarkan Persija Jakarta meraih juara Divisi Utama Liga Indonesia 2001.

Persija Jakarta terkenal sebagai klub yang selalu memiliki penyerang mematikan di lini depan.

Di tiga musim terakhir, lini serang Macan Kemayoran didominasi oleh aksi-aksi khas nan cantik dari striker asal Kroasia, Marko Simic.

Ketajaman Simic di lini depan juga sempat membuat Persija meraih juara Liga 1 2018 dan Piala Indonesia pada musim yang sama.

Baca Juga: Tontowi Ahmad Bersyukur Dipertemukan dengan Orang-orang Hebat

Jauh sebelum Simic, Persija juga punya sederet penyerang mematikan.

Di era formasi yang mengandalkan dua penyerang, Persija juga punya duet-duet andal seperti Bambang Pamungkas-Aliyudin dan Batoum Roger-Adolfo Fatecha.

Namun, duet mematikan milik Persija yang tak boleh dilupakan adalah pasangan Bambang Pamungkas dan Budi Sudarsono.

Kombinasi pasangan beda karakter ini terjadi ketika Macan Kemayoran mengarungi Divisi Utama Liga Indonesia musim 2001.

Baca Juga: Demi Zlatan Ibrahimovic, Teman Cristiano Ronaldo Siap Balik ke AC Milan

MEDIA PERSIJA
Duel udara antara striker Persija, Bambang Pamungkas dan bek PSM Makassar, Hasim Kipuw pada lanjutan Liga 1 2019 di SUGBK, Senayan, Jakarta Pusat, 28 Agustus 2019.

Saat itu, Bepe masih berusia 21 tahun sementara Sang Ular Piton, julukan Budi, berusia satu tahun lebih tua.

Meski masih belia, keduanya menjelma jadi duet paling mematikan di Indonesia.

Bahkan, kehebatan mereka mampu mengantarkan Persija Jakarta meraih gelar juara liga pada musim tersebut.

Kedua pemain itu mengemas 32 gol, dengan rincian 17 gol milik Bepe dan 15 gol milik Budi.

Baca Juga: Penghapusan Wild Card Disebut Cuma Akal-akalan Honda untuk Cegah Jorge Lorenzo Balapan

Kehadiran duo maut ini perlahan menggeser posisi penyerang jempolan lain di Persija seperti Widodo C Putro dan Gendut Dony.

Salah satu momen pembuktian kehebatan Budi Sudarsono terjadi ketika Persija Jakarta menghadapi PSDS Deli Serdang di pekan keempat.

Saat itu, Budi berhasil memborong empat gol dan menjawab tantangan setelah tak mendapat banyak jam bermain di Persebaya Surabaya pada musim sebelumnya.

Penampilan apiknya juga membuat pelatih timnas Indonesia saat itu, Benny Dollo, memanggil Budi untuk bergabung dengan skuad Garuda.

Baca Juga: Alasan Gede Widiade Berikan Sembako ke Fans Persija The Jak Mania

ramadityadomas
Budi Sudarsono saat berbaju timnas Indonesia.

Di sisi lain, Bepe terus meningkatkan ketajamannya.

Pemain yang memutuskan pensiun pada akhir musim 2019 itu meneruskan penampilan apiknya dan sukses menjadi pemain terbaik pada musim 2001.

Tak bisa dipungkiri, duet Bepe-Budi menjadi tulang punggung Macan Kemayoran saat menjadi juara.

Sumbangan 32 golnya membuat Persija dinobatkan sebagai tim dengan jumlah gol terbanyak di grup barat yakni dengan 47 gol.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 

"Secara teori mereka adalah tim yang sangat kuat. Kamu juga ingat kita lawan Malaysia kurang beruntung di semifinal. Padahal kita sudah bermain bagus. Kurang gol saja," ujar Luis Milla. Luis Milla pun menilai bahwa di ajang SEA Games 2017, timnya sudah bermain baik. "Kita sudah membuktikan kalau kita bisa main seimbang lawan Thailand, Vietnam, dan Malaysia. Objektifnya waktu itu tercapai. Walau akhirnya gagal di semifinal. Kita akhirnya melawan Myanmar dan bermain sangat bagus. Menurut saya kita saat itu datang dengan segala kekurangan. Namun kembali dengan kelebihan (pengalaman)," ujar Luis Milla. Selain ketiga negara itu, Luis Milla menyebut Uni Emirat Arab (UEA). Timnas U-23 Indonesia bertemu UEA di Asian Games 2018. "Harus dibuang perasaan bahwa ada negara yang lebih hebat dari kamu. Dengan mental yang baik. Indonesia bisa mengimbangi permain UEA. Kita bisa juga bertarung dengan mereka," ujarnya. Saat itu timnas U-23 Indonesia kalah dari UEA melalui adu panalti. "Hal lain itu soal menang. Karena tidak semua orang bisa selalu menang. Susah ya. Saya merasa tim kita waktu itu mampu berkompetisi dengan tim di atas kertas lebih besar di Asia," ujarnya. #milla #timnasday #timnasindonesia #gridnetwork

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom) on

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P