Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Dari masa ke masa, skuad bulu tangkis ganda putra Indonesia selalu berhasil melahirkan pasangan-pasangan terbaik di dunia.
Saat ini, misalnya. Tim ganda putra Merah Putih memiliki tiga pasangan yang menghuni posisi 10 besar dunia.
Di urutan teratas alias nomor 1 dunia, ada pasangan Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo, sementara duet senior Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan menempati peringkat kedua.
Adapun pasangan Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto berada di posisi keenam dunia.
Situasi seperti ini bukanlah hal baru bagi skuad ganda putra Tanah Air
Baca Juga: Aksi Gigit Kuping Mike Tyson Sudah Diprediksi Sebelum Duel Lawan Holyfield
Jauh sebelum Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo berkuasa, Indonesia sudah menancapkan tradisi juara pada nomor ganda putra sejak era pasangan-pasangan legendaris yakni Tjun Tjun/Johan Wahjudi dan Christian Hadinata/Ade Chandra pada tahun 1970-an.
Sejak saat itulah, tim ganda putra Merah Putih terbiasa memiliki pasangan nomor satu dunia.
Siapa saja mereka?
Berikut lima pasangan ganda putra terbaik Indonesia yang mampu menempati posisi nomor satu dunia sebelum Marcus/Kevin.
Baca Juga: Saking Jagonya, Capirossi Nilai Marquez Cuma Perlu 2 Hari untuk Jinakkan Motor 2-Tak
Sejarah mencatat, dominasi ganda putra Indonesia sudah terjadi sejak era Tjun Tjun/Johan Wahjudi dan Christian Hadinata/Ade Chandra pada tahun 70-an.
Kala itu, duet Tjun/Johan sukses menjuarai enam dari tujuh edisi All England Open pada rentang tahun 1973-1980.
Satu-satunya tahun Tjun/Johan gagal naik ke podium kampiun ialah pada tahun 1976.
Gelar juara ganda putra pada tahun tersebut menjadi milik pasangan Swedia, Bengt Froman/Thomas Kihlstrom.
Baca Juga: Cemaskan Ayah Petarung Kebanggaan Rusia, Vladimir Putin Rajin Telepon Khabib Nurmagomedov
Sementara itu, Christian/Ade adalah jawara All England Open 1971 dan 1972.
Mereka juga berhasil menembus final turnamen bulu tangkis tertua di dunia ini pada tahun 1973, 1974, 1975, 1977, dan 1978.
Kesuksesan Tjun Tjun/Johan Wahjudi pada era tersebut pun menghasilkan peringkat kesatu dunia.
Tak cuma itu, Tjun/Wahjudi juga berhasil menjadi juara dunia 1977 di Malmo, Swedia, kampiun Asia 1976 di Hyderabad, India, meraih medali emas Asian Games 1974 di Teheran, Iran, serta mempersembahkan 3 Piala Thomas secara beruntun yakni pada tahun 1973, 1976, dan 1979
Usai era Tjun Tjun/Johan Wahjudi dan Christian Hadinata/Ade Chandra, kekuatan nomor ganda putra Indonesia sempat mengalami penurunan.
Namun, memasuki awal tahun 90-an, tim ganda putra Merah Putih kembali memiliki andalan baru dalam diri pasangan Ricky Subagja/Rexy Mainaky.
Dimulai dengan menjuarai China Open 1992, perjalanan karier Ricky/Rexy langsung melesat dan menjelma sebagai duet maut yang sulit ditaklukkan.
Tak cuma rajin menjuarai turnamen elite tahunan termasuk Indonesia Open dan All England Open, Ricky/Rexy juga meraih dua medali emas Asian Games (1994 dan 1998), menyabet gelar juara dunia 1995, mempersembahkan medali emas Olimpiade Atlanta 1996, serta empat kali secara beruntun membawa pulang Piala Thomas ke Tanah Air yakni pada tahun 1994, 1996, 1998, dan 2000.
Deretan prestasi mentereng inilah yang kemudian menempatkan Ricky/Rexy sebagai pasangan ganda putra nomor satu dunia.
Baca Juga: Richard Mainaky Ungkap 2 Faktor yang Mendorong Tontowi Ahmad Pensiun
3. Candra Wijaya/Sigit Budiarto
Setelah Ricky/Rexy, tongkat estafet untuk menempati urutan teratas dunia pada nomor ganda putra diteruskan kepada pasangan Candra Wijaya/Sigit Budiarto.
Kehebatan Candra/Sigit diakui secara global setelah mereka berhasil menjadi juara dunia pada tahun 1997 di Glasgow, Skotlandia.
Setahun berselang, mereka menjadi bagian dari cerita sukses tim putra Indonesia dalam memenangi tiga Piala Thomas secara berturut-turut (1998, 2000, dan 2002).
Meski tidak dibarengi dengan raihan medali emas Asian Games dan Olimpiade, duet Candra/Sigit tetap mampu menembus peringkat kesatu dunia.
Hal ini tentu tidak lepas dari 17 gelar juara turnamen internasional tahunan, termasuk Indonesia Open dan All England Open.
Baca Juga: Resmi Pensiun, Inilah 5 Laga Terbaik Tontowi Ahmad Versi BolaSport.com
4. Markis Kido/Hendra Setiawan
Usai masa jaya Candra/Sigit, Indonesia menggantungkan harapan nomor ganda putra kepada pasangan Markis Kido/Hendra Setiawan.
Tanda-tanda kebesaran Kido/Hendra sudah mulai terlihat saat mereka meraih medali emas SEA Games 2003 Ho Chi Minh.
Dua tahun berselang, Kido/Hendra sukses menjadi juara Asia 2005 di Hyderabad, India.
Setelah itu, titel kampiun seakan selalu menjadi milik mereka.
Tercatat, Kido/Hendra menjadi juara dunia 2007, meraih medali emas Olimpiade Beijing 2008, dan menyabet medali emas Asian Games 2010.
Baca Juga: Bob Arum Isyaratkan Duel Ke-3 Fury Vs Wilder Tidak di AS atau UK
Satu-satunya kegagalan Kido/Hendra sepanjang karier mereka adalah mempersembahkan Piala Thomas untuk Indonesia.
Selama tiga kali memperkuat skuad Merah Putih pada kejuaraan beregu putra tertinggi di dunia itu, Kido/Hendra cuma bisa meraih dua medali perunggu (2006 dan 2008) serta satu medali perak (2010).
Namun, hasil minor ini tidak membuat Kido/Hendra tak bisa menempati urutan teratas peringkat dunia.
Per September 2007, Kido/Hendra tercatat sebagai pasangan ganda putra nomor satu dunia.
5. Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan
Indonesia sempat kembali tak menguasai nomor ganda putra setelah Kido/Hendra memutuskan keluar dari pemusatan latihan nasional (pelatnas) dan beberapa tahun kemudian berpisah jalan.
Kembalinya Hendra Setiawan ke pelatnas seakan memberi angin segar bagi tim ganda putra Tanah Air
Apalagi, pasangan andalan saat itu, Mohammad Ahsan/Bona Septano, hanya bisa mencapai peringkat terbaik dunia di urutan kelima.
Keputusan pelatih kepala ganda putra Indonesia, Herry Iman Pierngadi, untuk memasangkan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan pun berbuah manis.
Baca Juga: Di Mata Susy Susanti, Tontowi Ahmad adalah Salah Satu Pemain Terbaik
Pada Malaysia Open 2013, duet Ahsan/Hendra berhasil meraih gelar juara pertama mereka.
Setelah itu, titel demi titel kampiun terus disabet Ahsan/Hendra termasuk Kejuaraan Dunia 2013 di Guangzhou, China.
Alhasil, per 21 November 2013, Ahsan/Hendra sudah berhasil menempati peringkat kesatu dunia.
Prestasi Ahsan/Hendra kemudian dilanjutkan dengan meraih medali emas Asian Games Incheon 2014 serta gelar juara dunia 2015 di Jakarta.
Namun, performa mereka ambruk saat tampil pada Olimpiade Rio 2016.
Baca Juga: 5 Fakta Menarik Michael Jordan yang Diketahui dari 'The Last Dance'D
Memasuki kalender kompetisi 2017, Ahsan/Hendra resmi berpisah jalan dan melanjutkan karier masing-masing dengan pasangan baru.
Strategi ini urung membuahkan hasil optimal bagi Ahsan dan Hendra.
Mereka pun kembali mencoba bertandem lagi pada awal tahun 2018 dan perlahan mulai menembus jajaran elite dunia.
Tahun lalu, duet berjulukan The Daddies ini berhasil menjadi juara dunia dan kampiun All England Open.
Kini, Ahsan/Hendra menempati peringkat kedua dunia, di bawah rekan senegara, Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukamuljo.