Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Legenda tinju dunia, Muhammad Ali, mengubah namanya dari semula Cassius Clay.
Muhammad Ali dikenal sebagai salah satu ikon terbesar dalam sejarah olahraga tinju.
Kebesaran namanya bahkan mengandung definisi tentang tinju, sehingga dijuluki The Greatest.
Sebagai petinju terbaik, Ali memiliki karier gemilang ketika masih aktif berlaga.
Dia bahkan menjadi undisputed champion atau juara tak terbantahkan dalam tiga kesempatan berbeda.
Baca Juga: Conor McGregor Bisa Batalkan Pensiun karena Faktor Uang
Nama-nama petinju ternama ketika itu seperti George Foreman, Joe Frazier, dan Ken Norton, pernah dikalahkan pria kelahiran Kentucky itu.
Tak ayal, julukan The Greatest itu pantas melekat ke pundak sosok bernama Muhammad Ali itu.
Ketika masih aktif bertarung, Ali tak lepas dari berbagai macam sorotan.
Salah satu sorotan dan kontroversial selama kariernya adalah keputusan mengubah namanya dari Cassius Clay menjadi Muhammad Ali.
Keputusan Ali mengubah namanya tersebut terjadi setelah mengalahkan Sonny Liston pada 1964.
Baca Juga: Khabib Nurmagomedov Resmi Perkenalkan Justin Gaethje Jadi Lawan Selanjutnya
Seusai menjadi juara tak terbantahkan, Ali bergabung menjadi anggota Nation of Islam.
Ketetapan bergabung ke dalam organisasi itu turut membuat dia mengubah namanya dari Cassius Clay.
Sepanjang riwayat hidupnya, Ali selalu berjuang untuk mengampanyekan kesetaraan ras.
Sebagai orang kulit hitam, peraih medali emas Olimpiade Rome 1960 ini selalu menjadi pionir untuk kesetaraan ras di Amerika Serikat.
Baca Juga: Valentino Rossi Jadi Pembalap Brutal pada MotoGP karena Berpengalaman
Dia merasa nama Cassius Clay itu mengandung arti budak, sehingga melalui alasan itu, Ali mengubah namanya sesuai keinginannya.
"Cassius Clay itu nama budak. Saya tidak memilih nama itu saya juga tidak menginginkannya," ucap Ali seperti dikutip BolaSport.com dari The Guardian pada 1964.
"Saya Muhammad Ali, sebuah nama yang bebas. Arti nama ini adalah kekasih Tuhan."
"Sehingga saya meminta kepada semuanya untuk memanggil saya menggunakan nama itu juga ketika berbicara tentang saya," katanya melanjutkan.
Baca Juga: Jika Berduel, Tyson Fury dan Anthony Joshua Nyaris Hasilkan Rp 1 Triliun
Masih di tahun yang sama, Ali terang-terangan pindah agama dari Kristen menjadi Islam.
Selain menjadi Islam, dia juga mendeklarasikan kemerdekaan atas dirinya sendiri.
"Saya percaya pada Allah dan kedamaian," ucap Ali dari Washington Post.
"Saya saya tidak mencoba pindah ke lingkungan kulit putih. Saya tidak ingin menikahi wanita kulit putih."
"Saya dibaptis ketika berusia 12 tahun, tetapi saya tidak tahu apa yang saya lakukan."
"Saya bukan orang Kristen lagi. Saya tahu apa yang sebaiknya dilakukan dan saya tahu kebenarannya serta saya tidak ingin menjadi seperti yang engkau minta. Saya bebas menjadi apa yang saya inginkan," ucapnya melanjutkan.
Baca Juga: Praveen Jordan Sudah Belajar dari Kegagalan pada Olimpiade 2016
Awalnya semua orang belum terbiasa memanggil Ali dan masih sering dipanggil Clay.
Contohnya dalam penulisan nama poster ketika Ali dan Sonny Liston sepakat untuk tanding ulang pada 25 Mei 1965.
Dalam poster pertarungan tersebut, nama Ali masih ditulis Clay.
Namun, seiring berjalannya waktu, semua mulai terbiasa memanggilnya dengan Ali.
Baca Juga: Dituding Jalani Laga Palsu, Floyd Mayweather Jr Hasilkan Rp 126 Miliar
Selain kontroversi perihal nama, Ali juga pernah terlibat cekcok dengan negaranya sendiri.
Pada tahun 1996, dia menolak ikut wajib militer untuk Pasukan Militer Amerika Serikat.
Selain tidak mau mengikuti wajib militer, Ali juga menentang keterlibatan AS dalam perang Vietnam.
Buntut perbuatannya itu, Ali kemudian diskors dan status undisputed champion-nya dicopot oleh Komisi Tinju.
Dia tidak tinggal diam setelah dizalimi oleh Komisi Tinju.
Ali melakukan perlawanan dan mengajukan banding ke Mahkamah Agung Amerika Serikat.
Untungnya dia berhasil mengajukan banding dan hukumannya dibebaskan pada 1971.
Baca Juga: Jadi Vegetarian, Ini Makanan Indonesia Favorit Gelandang Persija Jakarta