Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Mantan pelatih timnas Indonesia, Simon McMenemy, bercerita tentang susahnya menjadi pelatih sepak bola di wilayah Asia Tenggara.
Simon McMenemy termasuk pelatih yang kenyang pengalaman di Asia Tenggara.
Pelatih asal Skotlandia itu sudah menjadi juru taktik di banyak tim di ASEAN selama kurang lebih 10 tahun.
Timnas Filipina menjadi tim ASEAN pertama yang ditangani oleh pelatih 42 tahun tersebut.
Baca Juga: Ditinggal Sang Nenek, Esteban Vizcarra Absen Latihan Bersama Persib
Simon mendapat panggilan melatih timnas Filipina pada 2010 setelah sebelumnya hanya menjadi asisten pelatih Worthing, klub yang bermain di liga amatir di Inggris.
Satu tahun berikutnya, Simon membuka kariernya di Liga Vietnam dengan menjadi nahkoda Dong Tam Long An.
Pada tahun yang sama Simon diangkat menjadi pelatih Mitra Kukar dan memulai petualangan di Indonesia hingga akhirnya menjadi pelatih timnas Indonesia pada 2019.
Kepada media asal Inggris, The Press and Journal, Simon bercerita tentang susahnya menjadi pelatih di wilayah Asia Tenggara.
Baca Juga: Valentino Rossi Sebut Potensi Franco Morbidelli Tertutup Fabio Quartararo
Menurutnya, kunci sukses menjadi pelatih di ASEAN adalah punya sikap ikut arus.
Sebab, tanpa prinsip itu, seorang pelatih akan sulit berdinamika dengan pihak-pihak yang punya kuasa dan uang.
"Kamu harus punya sikap ikut arus di sana. Jika kamu cerewet tentang hal-hal kecil, kamu akan dipecat dengan cepat karena orang-orang tidak mau bekerja denganmu," ucapnya dilansir Bolasport.com dari The Press and Journal.
"Pihak yang punya uang di belahan dunia yang ini punya ego yang tinggi, dan jika kamu jadi masalah buat mereka, mereka akan membuangmu."
Baca Juga: BREAKING NEWS - Persik Kediri Tunjuk Budi Sudarsono Jadi Pelatih
"Itu hanyalah satu kisah perjalanan dari seorang pelatih dan kamu sadar apa yang terjadi. Kamu harus memilih tantanganmu sendiri," tambah Simon pada awal Juli lalu.
Simon juga mengatakan bahwa banyak pelatih dari Eropa kesulitan memulai karier di ASEAN.
Kebanyakan dari mereka gagal memahami perbedaan budaya sehingga kerap gagal membangun karier yang baik.
"Persoalan budaya adalah sesuatu yang penting di Asia Tenggara dan itu adalah sesuatu yang sulit dipahami oleh kebanyakan pelatih dari Eropa," tandasnya.
Baca Juga: Piala Asia U-19 dan U-16 2020 Dipastikan Tetap Bergulir Sesuai Jadwal
Simon sendiri tidak bisa dikatakan sebagai pelatih yang punya karier cemerlang selama berada di Asia Tenggara.
Sepanjang kariernya sebagai pelatih timnas, baik di timnas Filipina dan timnas Indonesia, Simon belum pernah menyumbangkan gelar juara apapun.
Dia justru harus mendapat malu saat mengalami lima kekalahan di Kualifikasi Piala Dunia 2022 bersama tim Garuda, yang juga membuatnya dipecat oleh PSSi.
Capaian tertingginya selama berkarier di ASEAN adalah menjadi juara Liga 1 2017 bersama Bhayangkara FC.
Pada musim yang sama, Simon juga didaulat sebagai pelatih terbaik Liga 1.