Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Mengevaluasi hasil tersebut, Quartararo lalu mengambil kesimpulan bahwa dia perlu mengurangi sisi emosinya.
Baca Juga: Sosok di Balik Kehebatan Tai Tzu Ying, Berawal dari Sparring Partner
"Saya ingin memperbaiki bagian emosional, saat berada di atas motor, di dalam garasi dan di luar garasi, saya ingin mengurangi emosi," tutur Quartararo, dikutip dari Crash.
"Saya pikir hal itu akan sangat penting untuk tahun depan. Demikian pula untuk memberi komentar yang lebih baik kepada para kepala kru dan insinyur saya."
"Sebab, saat Anda memiliki emosi tinggi, Anda hanya akan mengatakan bahwa motornya tak berfungsi dan Anda tidak tahu persis di mana permasalahannya."
"Jadi, saya pikir hal itu akan sangat penting, untuk saat ini, saya merasa perlu memperbaiki hal tersebut," kata dia lagi.
Baca Juga: Cal Crutchlow Buka-bukaan, Honda Sempat Tawari Peran Baru Sebelum ke Yamaha
Usai gagal meraih gelar juara dunia MotoGP 2020, Fabio Quartararo sempat mengalami stres berat hingga menemui psikolog untuk membantunya.
Pembalap berusia 21 tahun itu mengatakan, berkat bantuan psikolog, dia kini jadi lebih tenang.
"Namun, tentu saja, saya berencana untuk menemui psikolog. Saya sudah melakukannya beberapa kali, tetapi saya akan melakukannya lebih sering lagi karena saya pikir perubahan kecil bisa memberi perbedaan besar," tutur Quartararo.
"Jadi, saya akan kembali menemui psikolog dan memperbaiki sisi itu karena buat saya, bersentuhan dengan detil kecil bersama tim saya akan menjadi hal sangat penting," kata dia menjelaskan.
Musim depan, Fabio Quartararo akan "naik kelas" ke tim pabrikan Yamaha.
Dia bertukar posisi dengan pembalap senior MotoGP asal Italia, Valentino Rossi.