Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - MotoGP makin menggoda karena persaingan yang makin sengit. Namun, Casey Stoner tidak puas dengan situasi saat ini.
Sulit untuk dibantah bahwa persaingan di MotoGP makin sengit. Tak ada lagi pabrikan ataupun pembalap yang mendominasi perlombaan.
Penonton sudah disuguhkan dengan kompetisi yang ketat dengan rekor gap terkecil sepanjang sejarah untuk pembalap 10 besar pada balapan seri kedua MotoGP Doha.
Aleix Espargaro (Aprilia) yang finis di posisi ke-10 hanya terpaut 5,3 detik di belakang pemenang lomba, Fabio Quartararo (Petronas Yamaha SRT).
Baca Juga: Ducati Kirim Sinyal Waspada ke Lawan Saat Menangi Balapan di Jerez
Persaingan dalam perburuan waktu lap tercepat untuk posisi start juga ketat.
Pada latihan bebas ketiga MotoGP Spanyol 2020, selisih catatan waktu lap 10 pembalap teratas berada di rentang 0,203 detik. Edan!
Valentino Rossi yang gagal lolos langsung ke kualifikasi 2 karena gagal menembus 10 besar dalam hasil kombinasi cuma bisa tertawa.
"Secara teknis Anda harus merebut pole position (untuk berada di posisi 10 besar)," canda Rossi, dikutip dari GPOne.
Baca Juga: 'Marc Marquez dan Valentino Rossi Sudah Hilang Keyakinan di MotoGP'
Kompetisi yang makin ketat tidak terlepas dari penyeragaman berbagai komponen penting.
Dua komponen paling sering disebut adalah ban Michelin dan perangkat kendali eletronik (ECU) Magneti Marelli yang lebih sederhana.
Selain itu, ada aturan konsesi untuk membantu pabrikan gurem mengejar ketertinggalan melalui jatah tes yang tidak terbatas.
Teknologi motor yang makin maju juga mempermudah pembalap untuk melesat.
Baca Juga: Ducati Yakin Francesco Bagnaia Bisa Atasi Tekanan Pimpinan Klasemen MotoGP 2021
Akan tetapi, tidak semua pihak puas dengan situasi yang terjadi di MotoGP saat ini.
Sebuah kritik hadir dari legenda MotoGP, Casey Stoner.
Selain menyoroti motor yang makin seragam, Stoner kurang senang dengan kemudahan yang ditawarkan kepada pembalap saat ini.
Stoner berharap MotoGP kembali ke zaman 'purba' di mana tidak banyak perangkat yang membantu pembalap untuk melesat.
Baca Juga: Honda Sekarang Bukan Lagi Honda yang Dulu bagi Marc Marquez
"Saya tidak suka dengan arah yang diambil [MotoGP]," kata Casey Stoner kepada Road Racing World, dilansir BolaSport.com dari Motosprint.
"Saya ingin melihat kemurnian kembali, daripada elektronik mengendalikan motor pada kecepatan penuh dan winglet yang menahan ban depan."
"Semua motor pada dasarnya kloningan satu sama lain, itulah kenapa pembalap begitu dekat sekarang," tutur pemenang dua gelar MotoGP itu.
Cikal bakal ECU awalnya hadir di MotoGP dalam bentuk kontrol traksi saat era motor balap 2 tak 500cc berakhir pada 2002.
Baca Juga: Sudah Diminta Fan, Legenda MotoGP Tetap Tak Bisa Nasihati Valentino Rossi untuk Pensiun
Sejak saat itu teknologi ECU makin berkembang hingga fungsi-fungsi baru muncul seperti anti-wheelie, engine braking, hingga launch control untuk start.
Dorna Sport sudah berusaha menghentikan pengaruh besar ECU untuk mencegah MotoGP menjadi persaingan teknologi melalui penyeragaman pada 2016.
Adapun, tren winglet dipelopori Ducati pada 2015.
Pada dasarnya winglet bertujuan untuk menambah efek downforce agar motor tetap stabil pada kecepatan tinggi.
Sempat menjadi kontroversi karena alasan keselamatan, winglet menjadi pemandangan lumrah di MotoGP meski harus terintegrasi dengan bodi motor.
Baca Juga: Asalkan Cocok, Ducati Sanggup Pasok 2 Motor Pabrikan ke Tim Valentino Rossi