Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Ahli jantung terkemuka, dr Sanjay Sharma, meyakini pemain timnas Denmark, Christian Eriksen, bakal gantung sepatu usai kolaps saat melawan Finlandia di EURO 2020.
Christian Eriksen mengalami insiden horor saat memperkuat timnas Denmark dalam laga pembuka Grup B EURO 2020 melawan timnas Finlandia, Sabtu (12/6/2021) pukul 23.00 WIB.
Dalam pertandingan yang digelar di Stadion Parken, Kopenhagen, Christian Eriksen tiba-tiba kolaps pada menit ke-43 ketika hendak menerima bola lemparan ke dalam.
Wasit Anthony Taylor langsung bertindak cepat dengan meniup peluit untuk menghentikan laga.
Eriksen kemudian mendapatkan perawatan medis yang cukup lama di sisi lapangan.
Rekan-rekan setimnya membentuk lingkaran dan menutupi Eriksen agar tak disorot kamera.
Usai menerima pertolongan tim medis, Eriksen akhirnya dilarikan ke Rumah Sakit Rigshospitalet, Kopenhagen.
Laga Denmark versus Finlandia sempat ditunda sebelum akhirnya dilanjutkan di hari yang sama pada pukul 19.30 waktu setempat.
Pertandingan tersebut akhirnya dimenangi oleh Finlandia dengan skor 1-0 berkat gol sundulan Joel Pohjanpalo di menit ke-59.
UEFA juga mengonfirmasi jika Eriksen telah sadar dan berada dalam kondisi stabil.
Kendati demikian, ahli jantung terkemuka dari St. George's University of London, dr Sanjay Sharma, meyakini Eriksen bakal mengakhiri kariernya sebagai pesepak bola profesional usai insiden itu.
Penyebab Eriksen tiba-tiba ambruk di lapangan memang belum diketahui pasti.
Akan tetapi, banyak yang berasumsi bahwa pemain Inter Milan itu terkena serangan jantung.
Meskipun begitu, dr Sanjay Sharma, yang melakukan serangkaian tes tahunan antara 2013 dan 2020 untuk Eriksen di Spurs, mengatakan bahwa sang pemain tidak memiliki riwayat masalah jantung.
"Jelas ada yang tidak beres. Tetapi, mereka berhasil membangunkannya lagi. Pertanyaannya adalah apa yang terjadi? Mengapa itu terjadi?," kata Sharma, dikutip BolaSport.com dari Daily Mail.
"Eriksen menjalani tes normal hingga 2019, jadi bagaimana Anda menjelaskan serangan jantung ini?," tuturnya lagi.
Baca Juga: Kronologi Christian Eriksen Kolaps Saat Laga Kontra Finlandia, Denmark Kalah tetapi Hidup Menang
Sharma juga mengatakan mungkin saja Eriksen mengalami masalah jantung diam-diam sejak meninggalkan Tottenham pada Januari 2020.
Kepala kelompok konsensus ahli jantung FA ini pun membeberkan bahwa ada beberapa alasan serangan jantung bisa terjadi, seperti suhu tinggi atau kondisi yang tidak teridentifikasi.
Namun, dia mengatakan laporan bahwa Eriksen sudah tersadar di rumah sakit adalah pertanda yang sangat baik.
Kendati demikian, dia yakin bahwa gelandang 29 tahun itu tak akan bermain sepak bola profesional lagi.
"Beberapa pesepak bola mungkin memiliki infeksi COVID subklinis, yang mungkin mengakibatkan jaringan parut pada jantung," ucap Sharma.
"Saya sangat senang dengan fakta dia sudah stabil dan sadar, pandangannya akan sangat bagus."
"Namun, saya tidak tahu apakah dia akan bermain sepak bola lagi."
"Tanpa mengatakannya terlalu blakblakan, dia meninggal hari ini, meskipun selama beberapa menit, akankah profesional medis mengizinkannya meninggal lagi?"
"Jawabannya adalah tidak."
"Serangan jantungnya telah mengguncang seluruh bangsa hari ini dan itulah yang terjadi. Bukan hanya mereka yang terpengaruh, itu adalah jiwa banyak orang."
"Kabar baiknya adalah dia akan hidup, kabar buruknya adalah dia akan berada di akhir kariernya."
"Di Inggris dia tidak akan bermain. Kami akan sangat ketat tentang hal itu," ucap konsultan untuk gerakan amal Cardiac Risk in the Young (CRY) ini.
Dr Sam Mohiddin, salah satu dokter yang merawat eks pemain Bolton Wanderers, Fabrice Muamba, juga mengatakan bahwa hanya ada asumsi tentang masa depan Eriksen.
Muamba mengalami serangan jantung pada perempat final Piala FA pada tahun 2012 tetapi telah pulih sepenuhnya dan akhirnya pensiun.
"Henti jantung adalah momen yang sangat berbahaya. Jika Anda tidak mengeluarkan seseorang dari serangan jantung, semuanya sudah berakhir," tutur Mohiddin, dilansir BolaSport.com dari BBC.
"Risiko berkelanjutan pada seseorang sampai batas tertentu tergantung pada penyebab pasti dari serangan jantung itu," ujarnya mengakhiri.