Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Honda dikritik karena terlalu mengandalkan Marc Marquez. Pada MotoGP 2021 situasi serupa terjadi di Yamaha.
Mendapatkan gelar juara adalah tujuan utama dalam sebuah kompetisi. Wajar jika berbagai cara dilakukan, tentunya dengan menunjung nilai sportivitas.
Pun demikian halnya di MotoGP. Setiap tim memiliki strategi masing-masing untuk menjadi yang terbaik ketika musim kejuaraan berakhir.
Merekrut pembalap terbaik, cek. Mengorbitkan talenta muda, cek. Mengembangkan motor terbaik di lintasan, cek.
Baca Juga: Deretan Sirkuit Kiri yang Terancam Dikuasai Marquez Setelah Sachsenring
Bicara soal pengembangan motor, pendekatan yang diambil Honda untuk menjadi juara pada MotoGP terbilang unik.
Honda mengembangkan motor dengan menyesuaikan karakter pembalap terbaik mereka. Makin besar potensi yang dimiliki pembalap, makin besar pula pengaruhnya.
Manajer Teknis Honda, Takeo Yokoyama, dalam wawancara dengan The-Race tahun lalu tidak menampik bahwa pendekatan inilah yang diambil Honda.
Hasilnya memang terbukti nyata. Honda menjadi pabrikan MotoGP tersukses di MotoGP dalam satu dekade terakhir dengan empat gelar diraih secara beruntun pada 2016-2019.
Baca Juga: Meski Kalah dari Marquez, Quartararo Senang Unggul Atas Ducati
Namun, tidak ada gading yang tidak retak. Filosofi Honda dalam pengembangan motor membawa mereka ke dalam krisis ketika sang ujung tombak tak berlomba.
Absennya Marc Marquez akibat cedera panjang pada musim lalu sontak membuat Honda mengalami paceklik kemenangan selama 581 hari.
Indikasi ketergantungan Honda terhadap Marquez sudah berada di level akut pada musim 2019.
Honda merebut triple crown (juara dunia pembalap, tim, dan konstruktur) dengan sumbangsih besar dari Si Semut dari Cervera.
Baca Juga: Demi Menang Balapan MotoGP 2021, Pol Espargaro Ingin Tiru Marc Marquez
Dari 19 seri balap yang berlangsung musim itu, cuma ada satu seri ketika Marquez gagal mempersembahkan poin bagi Repsol Honda dan Honda.
Selisih poin? Jangan ditanya. Total 420 poin yang diraih Marquez hampir dua kali lipat dari akumulasi poin tiga penunggang RC213V lainnya (235 poin).
Catatan 18 podium dengan 12 kemenangan yang dibukukan Marquez pun 'cuma' ditandingi dengan hasil tiga podium dari Cal Crutchlow (LCR Honda).
Musim ini situasi serupa terjadi, tetapi bukan Honda yang mengalaminya melainkan rival mereka yaitu Yamaha.
Baca Juga: Sudah Selesai Marah-marahnya, Rossi Optimistis Hadapi MotoGP Belanda 2021
Prestasi Yamaha menjelang akhir paruh musim pertama ini begitu ditopang oleh Fabio Quartararo yang kebetulan pernah dijuluki titisan Marquez.
Quartararo mencatat enam hasil podium dengan tiga kemenangan dari delapan balapan yang sudah berlangsung musim ini.
Konsistensi Quartararo terbilang impresif dengan hampir selalu bersaing di posisi terdepan baik saat balapan maupun kualifikasi.
Kecuali ketika finis kelima pada seri pembuka di Qatar, kegagalan Quartararo mencetak podium lebih dikarenakan faktor ketidakberuntungan.
Baca Juga: Meski Rival, Fabio Quartararo Ingin Belajar dari Marc Marquez
Namun, ketika Quartararo mampu dengan leluasa bersaing di depan, situasi berbeda dialami pembalap Yamaha lainnya.
Tak perlu jauh-jauh mengungkit Franco Morbidelli dengan motor berusia dua tahunnya, pembalap motor pabrikan selain Quartararo kesulitan untuk mengimbanginya.
Sinar Maverick Vinales hanya muncul ketika memenangi balapan pembuka. Sejak saat itu Top Gun hanya dua kali finis di posisi lima.
Valentino Rossi yang kini memperkuat tim satelit lebih menyedihkan. Pemenang sembilan gelar juara tersebut lebih sering terlihat di posisi belakang.
Baca Juga: Di Tengah Isu Pisah dengan Rossi, Petronas Yamaha SRT Incar Pembalap Moto2
Menuju akhir paruh musim pertama, kesenjangan prestasi pembalap Yamaha sudah terlihat.
Total 131 poin yang membawa Quartararo ke puncak klasemen cuma beda satu dari akumulasi poin Vinales, Rossi, dan Morbidelli (132 poin).
Vinales yang menjadi rekan setim Quartararo tidak bisa menjelaskan masalahnya.
Rasa frustrasi diluapkan Vinales dengan setelah finis terakhir pada MotoGP Jerman. Dia mengaku tidak puas dengan respons Yamaha.
Baca Juga: MotoGP Jerman 2021 - Babak Belur di Sachsenring, Vinales Marahi Yamaha
"Anda ingin tahu apa yang terjadi? Saya juga bertanya dengan Yamaha tetapi tidak ada yang bisa menjawab," ujar Vinales, dilansir dari GPOne.
Vinales mengaku ban belakangnya selip begitu dia membuka gas. Masalah ini dialaminya sejak seri ketiga MotoGP Portugal pada awal April lalu.
Akan tetapi, tidak ada solusi yang muncul. Vinales pun mengaku saat ini dia merasa hanya tampil untuk mengumpulkan data layaknya pembalap penguji.
Yamaha sebenarnya tidak bisa dibilang lepas tangan atas masalah yang dialami Vinales.
Baca Juga: Moto3 Jerman 2021 - Andi Gilang Tak Puas, Merasa Tak Pantas Dapat Poin
Ketika mengganti kepala kru Vinales menjelang MotoGP Catalunya, pabrikan garpu tala itu masih melihat juara dunia satu kali itu sebagai amunisi berharga.
"Kami melakukan diskusi internal dan sepakat bahwa kami harus mengganti kepala krunya," kata Direktur Tim Monster Energy Yamaha, Massimo Meregalli.
"Itu karena kami semua tahu dia memiliki potensi besar. Ini hanya soal menemukan cara terbaik untuk mengeluarkannya," imbuhnya.
Posisi Pembalap Yamaha pada Klasemen MotoGP 2021
Pos. | Pembalap | Poin | Posisi Finis | |||||||
QAT | DOH | POR | SPA | FRA | ITA | CAT | GER | |||
1 | Quartararo | 131 | 5 | 1 | 1 | 13 | 3 | 1 | 6* | 3 |
6 | Vinales | 75 | 1 | 5 | 11 | 7 | 10 | 8 | 5 | 19 |
11 | Morbidelli | 40 | 18 | 12 | 4 | 3 | 16 | 16 | 9 | 18 |
19 | Rossi | 17 | 12 | 16 | DNF | 16 | 11 | 10 | DNF | 14 |
*Quartararo mendapat penalti waktu sehingga turun tiga posisi
Baca Juga: Jawaban Bagnaia soal Kans Juara Marquez dan Oliveira pada MotoGP 2021