Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Pelatih AS Roma, Jose Mourinho, memuji mantan anak asuhnya, Luke Shaw, usai melihat laga final EURO 2020 dan merasa dulu bersikap terlalu keras pada pemain timnas Inggris itu.
Luke Shaw tampil apik dalam laga final EURO 2020 antara timnas Inggris dan timnas Italia pada Minggu (11/7/2021) waktu setempat atau Senin pukul 02.00 dini hari WIB.
Bermain di Stadion Wembley, London, Luke Shaw mengagetkan Italia dengan golnya saat laga baru berjalan selama satu menit 57 detik.
Menurut catatan Opta yang dikutip BolaSport.com, gol Shaw itu merupakan gol tercepat sepanjang sejarah final EURO.
Baca Juga: EURO 2020 - Gianluigi Donnarumma, dari Musuh Milanisti Jadi Pahlawan Negara
Akan tetapi, kontribusi Shaw tak cukup untuk mengantarkan Inggris meraih kemenangan lantaran Italia mampu menyamakan kedudukan pada menit ke-67.
Laga pun berlanjut ke babak tambahan waktu sebelum diselesaikan ke babak adu penalti.
Pada babak tos-tosan, Shaw dkk. terpaksa mengakui keunggulan Italia dengan skor 2-3.
Kendati tak berhasil mempersembahkan gelar untuk The Three Lions, Shaw mendapatkan pujian dari mantan pelatihnya di Manchester United, Jose Mourinho.
Gol ke gawang Italia yang dicetak Shaw merupakan lesakan perdananya pada ajang EURO 2020.
Dalam perjalanan menuju final, bek berusia 26 tahun itu pun tampil luar biasa dengan mencetak tiga assist untuk Inggris.
Dia membuktikan diri sebagai salah satu pemain terbaik di posisinya setelah mengalami beberapa tahun yang sulit karena cedera mengerikan pada tahun 2015.
Shawa juga kerap mendapatkan kritikan, bahkan dari pelatihnya sendiri saat itu, Jose Mourinho.
Baca Juga: EURO 2020 -Nonton di Rumah sejak 28 Juni, Cristiano Ronaldo Jadi Top Scorer
Shaw bermain di bawah asuhan Jose Mourinho ketika sang juru taktik menangani Manchester United pada periode 1 Juli 2016 hingga 18 Desember 2018.
Namun, hubungan keduanya tak berlangsung harmonis dengan Mourinho masih sering melontarkan kritikan pada Shaw meski keduanya tak lagi bekerja sama.
Pada awal gelaran EURO 2020, Mourinho juga nyinyir atas penampilan Shaw bersama Inggris.
Akan tetapi, sikap berbeda ditampilkan juru taktik asal Portugal itu usai melihat penampilan Shaw di final.
Selain mendaratkan pujian pada Shaw, Mou juga mengakui bahwa dirinya merasa telah bersikap terlalu keras pada mantan beknya itu.
"Orang mengira saya tidak menyukai Luke Shaw, saya harus mengatakan, turnamen yang luar biasa. Final yang fantastis," kata Mourinho, dikutip BolaSport.com dari TalkSPORT.
"Tidak ada kesalahan defensif. Sangat solid. Selain itu, dia meningkat dan berkembang."
"Dia mencetak gol yang tidak berarti banyak tetapi untuknya, untuk karirnya, untuk cara dia tumbuh, sangat bagus. Luke Shaw yang sangat bagus," ujarnya menambahkan.
Mourinho pun melihat ke masa di mana dirinya masih menangani Shaw.
Dia mengakui bahwa dirinya merasa telah bersikap terlalu keras pada Shaw saat melatihnya di Manchester United.
"Saya selalu berusaha menemukan apa yang saya anggap sebagai kelemahan pemain dan terkadang saya berhasil, di lain waktu tidak," ucap Mourinho.
"Di lain waktu, saya bisa menciptakan empati dengan pemain dan mengeluarkan yang terbaik dari mereka.
"Di waktu lainnya, cara terbaik untuk mendapatkan yang terbaik dari mereka adalah tidak menciptakan empati dan mencoba menciptakan gesekan dan memberi tekanan pada pemain."
"Mungkin saya terlalu keras padanya dan dia tidak siap untuk itu."
"Cedera itu adalah cedera yang luar biasa, tetapi saya pikir pada saat ini di mana negara memandangnya, dan memperlakukannya dengan sepatutnya sebagai bek kiri untuk timnas."
Baca Juga: Inggris Kalah di Final EURO 2020, Jose Mourinho: Di Mana Luke Shaw?
"Dari pihak saya, saya hanya bisa mengucapkan selamat kepadanya karena dia melakukannya sendiri."
"Tentunya dengan bantuan dan dukungan para pelatihnya di klub dan di timnas."
"Saya masih berpikir bahwa dia memiliki lebih banyak untuk diberikan karena potensinya bagus dan sekarang dia bertahan dengan baik."
"Dia tahu bagaimana mempertahankan ruang di dalam yang merupakan kelemahannya."
"Transisi pertahanannya ketika dia maju dan tim kehilangan bola, pemulihannya kembali, dia menunjukkan intensitas yang jauh lebih baik.