Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Kapten Inggris, Harry Kane, ikut mengutuk kelakukan suporter yang melakukan perundungan siber bernada rasialis kepada tiga pemain The Three Lions usai final EURO 2020.
Timnas Inggris kalah 2-3 dari timnas Italia via adu penalti pada final EURO 2020 di Stadion Wembley, London, Minggu (11/7/2021) waktu setempat atau Senin dini hari WIB.
Tiga pemain Inggris, Marcus Rashford, Jadon Sancho, dan Bukayo Saka gagal mengecoh kiper Italia, Gianluigi Donnarumma, pada drama tos-tosan tersebut.
Kegagalan ketiga pemain berkulit hitam tersebut seperti dimanfaatkan sejumlah besar oknum warganet anonim untuk melakukan cyber bullying.
Akun media sosial Rashford, Sancho, dan Saka menjadi sasaran komentar-komentar rasialis yang menyinggung warna kulit mereka.
Tindakan tidak patut tersebut membuahkan kecaman dari berbagai pihak, termasuk dari Federasi Sepak Bola Inggris (FA) hingga Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson.
Ujung tombak sekaligus kapten Inggris, Harry Kane, juga angkat bicara soal kejadian yang dialami tiga kompatriotnya.
“Tiga pemain yang sudah tampil sangat bagus selama EURO 2020 memberanikan diri maju pada babak adu penalti yang taruhannya sangat tinggi,” tulis Kane lewat akun Twitter-nya.
Baca Juga: Penyerang Persija Petik Pelajaran Berharga dari EURO 2020
“Mereka semua pantas mendapat dukungan, bukan perundungan jahat yang sudah mereka terima sejak semalam," ucap Kane lagi.
Penyerang Tottenham Hotspur tersebut secara terbuka mengusir suporter yang ikut serta dalam perundungan ke Rashford, Sancho, dan Saka di dunia maya.
“Kalau kalian merundung siapa pun di media sosial, kalian bukan suporter Inggris. Para pemain tak mengharapkan kehadiran Anda,” ujar Kane.
Three lads who were brilliant all summer had the courage to step up & take a pen when the stakes were high. They deserve support & backing not the vile racist abuse they’ve had since last night. If you abuse anyone on social media you’re not an @England fan and we don’t want you. pic.twitter.com/PgskPAXgxV
— Harry Kane (@HKane) July 12, 2021
Kane bukan satu-satunya pemain yang ikut membela para rekan setimnya.
Bek Inggris, Tyrone Mings, tidak kalah galak. Ia menyindir Menteri Dalam Negeri Inggris, Priti Patel, yang turut angkat bicara soal urusan perundungan siber ini.
Patel mencuitkan keprihatinan terhadap perundungan yang diterima tiga pemain Inggris.
Baca Juga: Ucapkan Kata Sial, Giorgio Chiellini Bikin Bukayo Saka Gagal Penalti di Final EURO 2020
Mings menyentil ucapan Patel tersebut.
“Anda tidak bisa melabeli tindakan anti rasialisme yang tim Inggris tunjukkan sebagai tindakan politis, lalu pura-pura terkejut saat hal yang sedang kami lawan akhirnya benar-benar terjadi,” tulis Mings.
Kalimat Mings mengacu kepada respons Patel terhadap sikap pemain Inggris yang berlutut tiap jelang pertandingan.
You don’t get to stoke the fire at the beginning of the tournament by labelling our anti-racism message as ‘Gesture Politics’ & then pretend to be disgusted when the very thing we’re campaigning against, happens. https://t.co/fdTKHsxTB2
— Tyrone Mings (@OfficialTM_3) July 12, 2021
Gesture tersebut merupakan tanda solidaritas pemain Inggris dan perlawanan terhadap perundungan bermotif rasialisme.
Sebab, tindakan serupa kerap menimpa pemain-pemain minoritas di Negeri Ratu Elizabeth II yang bermain di Liga Inggris.
Masalahnya, tidak semua suporter Inggris mendukung sikap The Three Lions tersebut. Sejumlah suporter tak segan mencemooh para pemain saat berlutut.
Baca Juga: Dicari-cari Saat Inggris Kalah Adu Penalti di Final EURO 2020, Ini Jawaban Jack Grealish
Patel, yang merupakan politisi partai Konservatif, salah satu pihak yang tak setuju dengan sikap tim Inggris. Ia pernah mengatakan bahwa gestur tersebut adalah gestur politis.
Patel juga membebaskan suporter jika ingin mencemooh para pemain seandainya tak setuju dengan gestur yang ditunjukkan anak-anak buah Gareth Southgate.
Kendati demikian, dukungan untuk Rashford dkk masih mengalir seiring dengan perundungan yang mereka terima.
Sejumlah besar warganet ramai-ramai membanjiri media sosial mereka dengan dukungan dan kata-kata positif untuk menenggelamkan pesan-pesan jahat yang sebelumnya muncul.