Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Gara-gara rusuh di partai final dan kasus perundungan, Anton Ferdinand merasa Inggris harus dilarang jadi tuan rumah turnamen besar.
Timnas Inggris harus mengubur impiannya untuk menjadi juara EURO 2020.
Pada final EURO 2020 di Stadion Wembley, Minggu (11/7/2021) wkatu setempat atau Senin dini hari WIB, Inggris dikalahkan Italia lewat babak adu penalti setelah skor kuat 1-1 bertahan hingga babak tambahan.
Adapun dari kubu Italia, Andrea Belloti dan Jorginho gagal menjalankan tugasnya sebagai eksekutor penalti.
Sementara di timnas Inggris, secara beruntun sepakan penalti Marcus Rashford, Jadon Sancho, dan Bukayo Saka gagal masuk ke gawang Italia.
Seusai kegagalan tersebut, Rashford, Sancho dan Saka mendapatkan perundungan.
Akun media sosial ketiga pemain The Three Lions itu menjadi sasaran komentar rasialis yang menyinggung warna kulit mereka.
Federasi Sepak Bola Inggris (FA) dan Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson pun mengecam tindakan tidak terpuji tersebut.
Baca Juga: Gagal di EURO 2020, Inggris Harus Ganti Southgate dengan Arsene Wenger
Akan tetapi aksi tak terpuji penggemar Inggris tidak cuma itu saja.
Sebelum laga final EURO 2020 dimulai, sejumlah penggemar tanpa tiket mencoba menerobos masuk ke dalam Stadion Wembley.
Sikap dari sebagian pengemar tersebut mendapat perhatian khusus dari eks bek Queens Park Rangers, Anton Ferdinand.
Menurut Anton Ferdinand, Inggris harus dilarang untuk menjadi tuan rumah di turnamen besar hingga kasus perundungan bisa diatasi.
— Marcus Rashford MBE (@MarcusRashford) July 12, 2021
"Ya, harus ada konsekuensinya (untuk ditolak menjadi tuan rumah). Pasti ada konsekuensinya," tutur Anton Ferdinand seperti dilansir BolaSport.com dari Daily Mail.
"Begitulah cara orang belajar, tapi Anda juga harus mau belajar, itulah masalahnya."
Baca Juga: Alasan Konyol Gianluigi Donnarumma Tunjukkan Ekspresi Datar saat Tepis Penalti Bukayo Saka
"Anda harus bersedia memahami dan berpikiran terbuka tentang apa itu, terutama ketika berbicara tentang sisi diskriminasi."
"Banyak orang yang meneriakkan kata-kata kotor dan hal-hal semacam itu, mereka tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya dilecehkan secara rasial, diprofilkas secara rasial, tapi apak yang dapat mereka lakukan adalah mencoba memahaminya."
"Sekarang kami berada di generasi yang berbeda, apa yang kami lihat adalah sikap multi-budaya. Bukan lagi hanya etnis minoritas yang membicarakan hal ini."
"Jadi inilah saatnya bagi orang-orang bodoh yang tidak berpendidikan ini untuk menyesuaikan dirinya dengan masyarakat saat ini," tutur Anton Ferdiand melanjutkan.