Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Legenda MotoGP, Kevin Schwantz, ikut angkat bicara mengenai keputusan Maverick Vinales meninggalkan Yamaha pada musim depan.
Keluarnya Maverick Vinales dari tim Monster Energy Yamaha menjadi salah satu berita panas pada pengujung paruh musim pertama MotoGP 2021.
Maverick Vinales dan Yamaha sepakat untuk memotong kontrak dari seharusnya berdurasi dua tahun hingga 2022 menjadi satu tahun alias berakhir pada musim ini.
Vinales mengaku tidak puas dengan dukungan teknis yang diberikan Yamaha selama beberapa tahun terakhir.
Baca Juga: Kalau Pendiri Honda Masih Hidup, Pol Espargaro Dipecat karena Bicara Ngawur
"Selama tiga tahun komentar saya selalu sama. Mereka membuat catatan dan isinya selalu sama dalam tiga tahun beruntun," kata Vinales, dikutip dari Crash.
Hasil buruk ketika finis terakhir pada balapan MotoGP Jerman memantik rencana Vinales untuk mencari tim baru pada musim depan.
"Saya tidak pernah finis di posisi paling belakang sebelumnya, bahkan ketika saya baru mulai berlomba," ujar pembalap berjuluk Top Gun.
"Hasil itu sungguh menyakitkan. Ini tidak menghormati diri saya sendiri sebagai pembalap. Ini sulit dilupakan, sejujurnya. Ini membuat saya berpikir keras."
Baca Juga: Seperti Marc Marquez, Fabio Quartararo Juga Pandai Kelola Ban
Situasi sulit yang tengah dialami Vinales mendapat komentar dari Schwantz.
Mantan pembalap yang dikenal karena determinasi tingginya tersebut melihat masalah Vinales dan Yamaha lebih dari sekadar motor.
Schwantz menunjuk perubahan drastis yang ditunjukkan Vinales dari balapan MotoGP Jerman ke balapan MotoGP Belanda yang berlangsung pada pekan berikutnya.
Terseok-seok di Sachsenring, Vinales mampu tampil trengginas di Assen dengan memuncaki latihan bebas dan merebut pole position.
Baca Juga: 'Sebagian Pihak Berharap Valentino Rossi Sebenarnya Orang Berengsek'
"Dua pembalap pabrikan Yamaha jauh lebih cepat daripada pembalap lain. Namun, hati-hati," kata Schwantz, dilansir BolaSport.com dari Speedweek.
"Sebuah motor tidak bisa berubah dari motor paling belakang menjadi motor pemenang dalam waktu pekan."
"Dia bisa meningkat dari posisi kelima atau keenam ke posisi pertama. Fabio Quartararo buktinya. Dia finis ketiga di Jerman dan menang di Assen."
"Memang gap antar-pembalap lebih kecil. Anda tertinggal 0,3-0,4 detik jika tampil buruk. Namun, bukan berarti turun 20 posisi," imbuhnya.
Baca Juga: 'Membuang' Andrea Dovizioso Jadi Keputusan Paling Tepat untuk Ducati
Schwantz lantas menyentil bahwa menjadi pembalap yang cakap tidak cukup di MotoGP.
Juara GP500 satu kali tersebut percaya bahwa mental yang kuat juga menentukan kesuksesan seorang pembalap pada MotoGP.
"Kalau rekan setim Anda terus menang dan memimpin kejuaraan, Anda bisa dengan mudah merasa sedih," sambung Schwantz.
"Akan tetapi, Anda harus tetap fokus dengan diri Anda sendiri, melakukan yang terbaik, dan membawa hasil sebaik mungkin hingga akhir musim."
Baca Juga: Max Verstappen Anggap Lewis Hamilton 'Tidak Sopan dan Tidak Sportif'
Schwantz juga kesulitan memahami rumor bahwa Vinales akan bergabung dengan Aprilia setelah meninggalkan Yamaha.
Dikaitkan dengan tim yang kalah kompetitif, Vinales disebut Schwantz memang tidak merasa bahagia berada di tim Monster Energy Yamaha.
"Dia pasti benar-benar tidak senang di Yamaha," kata pria asal AS tersebut.
"Aleix Espargaro selalu mengklaim Aprilia sangat dekat dengan tim papan atas dan kemudian dia finis di posisi kedelapan."
"Jadi Aprilia tidak sedekat itu untuk menjadi motor pemenang, untuk saat ini belum," tukasnya.
Baca Juga: BREAKING NEWS - Dani Pedrosa Bakal 'Comeback' pada MotoGP Styria 2021