Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Olimpiade Melbourne 1956, Saat Timnas Indonesia Dipuji Presiden FIFA karena Imbangi Uni Soviet

By Hugo Hardianto Wijaya - Sabtu, 7 Agustus 2021 | 16:05 WIB
Aksi Ramang dan timnas Indonesia melawan Uni Soviet di Olimpiade 1956. (FIFA)

BOLASPORT.COM - Penampilan timnas Indonesia di Olimpiade 1956 edisi Melbourne pernah mendapat pujian dari Presiden FIFA periode 1961-1974, Sir Stanley Rous.

Sabtu (7/8/2021) pukul 18.30 WIB akan menjadi tonggak sejarah baru dalam cabang olahraga sepakbola di ajang Olimpiade.

Timnas U-23 Brasil akan menghadapi Spanyol guna memperebutkan medali emas di final Olimpiade Tokyo 2020.

Di satu sisi, kiprah Indonesia di cabang olahraga sepakbola dalam ajang Olimpiade memang tidak secemerlang bulu tangkis atau angkat beban.

Baca Juga: Sah, Liga Vietnam 2021 Kembali Bergulir Februari 2022

Bahkan, bisa dibilang timnas Indonesia belum memiliki kontribusi apa pun atas capaian bangsa ini di ajang Olimpiade.

Sejak pertama kali Indonesia ikut Olimpiade pada 1952 di Helsinki, Finlandia, skuad Garuda baru satu kali mencatatkan keikutsertaannya pada cabor sepakbola.

Hal itu terjadi pada Olimpiade 1956 di Melbourne, Australia.

Itu pun bisa dibilang timnas Indonesia mendapat sedikit keberuntungan.

Baca Juga: Liga 1 Bergulir 20 Agustus, Menpora Minta Jangan Berhenti di Tengah Jalan

Dikutip dari Kompas, timnas Indonesia berhasil lolos setelah Taiwan yang seharusnya menjadi lawan di babak kualifikasi dianggap mengundurkan diri karena terlambat menyerahkan daftar pemain.

Indonesia, bersama India, Yugoslavia, dan Amerika Serikat, kemudian mendapat hadiah bye dan lolos ke perempat final.

Meski diawali dengan keberuntungan, skuad Garuda secara mengejutkan berhasil tampil sebagai salah satu tim kuat.

Menghadapi Uni Soviet yang saat itu merupakan tim unggulan, timnas asuhan Tony Pogacnik berhasil memberikan perlawanan berarti.

Baca Juga: Tinggal Pengumuman, Vinales Disebut Setuju Gabung Aprilia pada MotoGP 2022

Memang, pada laga itu sang pelatih asal Yugoslavia tersebut menerapkan strategi bertahan tingkat tinggi.

Dikutip dari laman resmi FIFA, timnas Indonesia menaruh 10 pemain di dalam kotak penalti dan meninggalkan satu striker di bagian depan ketika para pemain Uni Soviet memegang bola.

Skema bertahan tingkat tinggi itu membuat laga berakhir dengan skor 0-0.

Salah satu legenda timnas Indonesia, Ramang, menjadi salah satu pemain yang mencuri perhatian dunia.

Baca Juga: Liga 1 Bergulir 20 Agustus, Menpora Minta Jangan Berhenti di Tengah Jalan

FIFA pada 26 September 2012 bahkan mengeluarkan artikel khusus berjudul "Indonesian Who Inspired '50s Meridian" untuk mengenang 25 tahun wafatnya Ramang.

Dalam artikel itu, Ramang dijelaskan sebagai sosok yang membuat para pemain Uni Soviet ketakutan.

"Bek-bek uni Soviet yang bertubuh raksasa langsung terbangun saat Ramang, penyerang lubang bertubuh kecil, melewati dua dari mereka dan memaksa (kiper Lev) Yashin melakukan penyelamatan dengan tepisan," demikian tulis FIFA dalam artikelnya, seperti dinukil dari Kompas.

"Dan meski tim Gavril Kachalin memegang kendali penguasaan bola setelahnya, mereka dibuat frustrasi oleh kegagalan mereka menjebol gawang tim underdog dan oleh skill Ramang dalam serangan balik."

Baca Juga: Sah, Liga Vietnam 2021 Kembali Bergulir Februari 2022

FIFA
Legenda timnas Indonesia, Ramang.

"Pemain berusia 32 tahun (Ramang) hampir saja membuat Indonesia unggul, yang bakal menjadi puncak kejutan, pada menit ke-84 andai saja tendangannya tidak ditahan pria yang dikenal luas sebagai kiper terhebat dalam sejarah sepak bola," lanjut FIFA.

Karena saat itu belum mengenal adu penalti, laga Indonesia versus Uni Soviet harus diulang.

Pada laga kedua, timnas Indonesia kalah telak 0-4.

"Jika Uni Soviet belum tahu siapa Ramang sebelum laga tersebut, mereka tentu saja memberi perhatian padanya menjelang laga ulangan," tulis FIFA.

Baca Juga: Kandidat Kapten Barcelona Pengganti Lionel Messi, Tak Ada Nama Baru

"Begitu besar perhatian mereka (kepada Ramang) (pada laga ulangan itu) Kachalin memerintahkan (Igor) Netto, playmaker tim (Uni Soviet), agar tampil dengan peran lebih defensif untuk menetralisir dampak pemain Indonesia bernomor 11 (Ramang). (Taktik) itu ada hasilnya. Uni Soviet menang 4-0."

Meski kalah telak, penampilan timnas Indonesia ternyata mengundang decak kagum, salah satunya dari Presiden FIFA periode 1961-1974, Sir Stanley Rous.

Dalam pernyataan yang dimuat di Tabloid Bola edisi 27 Juli 1984, Si Stanley Rous menilai sistem pertahanan Indonesia pada laga kontra Uni Soviet sebagai sistem yang luar biasa dan sulit ditembus lawan.

"Baru kali ini saya melihat permainan bertahan yang sempurna," kata Sir Stanley Rous.

Kekalahan 0-4 dari Uni Soviet menjadi catatan terakhir penampilan tim Merah Putih di ajang Olimpiade.

Sejak saat itu pula, lambang Garuda di dada belum pernah lagi mentas di lapangan hijau dalam ajang Olimpiade.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by BolaSport.com (@bolasportcom)

 

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P