Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Ketika Olimpiade berlangsung, Anthony selalu mengatakan ingin menikmati semua momen yang terjadi walaupun tahu beban yang dipikul cukup berat.
Dia lalu menceritakan bagaimana mengelola beban tersebut.
"Yang pertama, bagaimana mengatur ekspektasi saja. Maksudnya saya belajar dari pertandingan yang sudah berlalu. Jangan terlalu menggebu-gebu, jangan terlalu excited, tetapi tidak terlalu pesimis atau santai juga," tutur Anthony.
"Ya di tengah-tengah sehingga bisa sangat fokus menyiapkan diri sendiri. Bisa lebih kontrol diri sendiri baik di dalam maupun luar lapangan. Kemarin juga di sana memang tidak memikirkan hasil, fokusnya satu demi satu pertandingan dari hari pertama."
"Setelah masuk Athlete's Village itu saya tidak mau berpikir terlalu jauh. Hari ini ya hari, besok ya besok," ujar pebulu tangkis berusia 24 tahun itu.
Anthony mengakui bahwa pada hari pertama bertanding pada Olimpiade Tokyo 2020 merasakan tekanan yang tidak terlalu berat meskipun tetap merasa gugup.
"Setelah lewat pertandingan pertama, kedua, 16 besar bahkan sampai delapan besar itu saya merasa aman saja. Ketegangan malah sangat terasa pada babak semifinal dan perebutan medali perunggu, terasa sekali tekanannya."
"Baru saya percaya yang senior-senior saya bilang bahwa Olimpiade memang sebuah turnamen yang berbeda. Padahal, saya mencoba tidak memikirkan itu tapi tidak tahu kenapa perasaan itu membayangi terus," kata atlet kelahiran Cimahi, Jawa Barat itu.
"Paling terlihat di luar lapangannya sih, seperti malam itu saya tidak bisa tidur, gelisah, khawatir sampai pas bangun paginya juga perasaannya masih tidak enak," ujar Anthony.
Saat menang melawan Anders Antonsen (Denmark) pada babak delapan besar, Anthony melakukan selebrasi yang emosional. Namun, itu tak sekadar ungkapan melepas ketegangan.
Baca Juga: BWF Belum Terima Keluhan BKA soal Ucapan Tak Pantas Ganda Putri China pada Olimpiade Tokyo 2020