Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-76, Selasa (17/8/2021), juga bertepatan dengan ulang tahun majalah Intisari yang ke-58.
Majalah Intisari pertama kali diterbitkan pada 17 Agustus 1963.
Dengan misi memberikan akses informasi yang mencerahkan warga, PK Ojong dan Jakob Oetama menerbitkan Intisari.
Dua tahun kemudian, PK Ojong dan Jakob Oetama mendirikan harian Kompas.
Unit-unit media Kompas termasuk Bolasport.com kini berada di bawah satu payung, yaitu KG Media.
Tepat 58 tahun silam, majalah Intisari pertama kali terbit monokrom, tanpa sampul, dan memiliki tebal 128 halaman.
Dibanderol dengan harga Rp60 ketika itu, edisi pertama Intisari dicetak 10 ribu eksemplar dan ludes terjual.
Untuk beberapa edisi awal, harga itu sudah termasuk sumbangan untuk pembangunan Tugu Monumen Nasional.
Sekarang Intisari 58 tahun masih terus menjadi sumber literasi yang berharga bagi masyarakat.
Bak menembus lorong waktu dalam usianya yang sudah berjalan 6 dekade, sejak April tahun ini, Intisari mengajak pembaca untuk melihat kembali histori, biografi, dan tradisi yang dikemas populer dengan sudut pandang minat insani.
Misinya, menemukan kembali keasyikan sebagai manusia Indonesia melalui kisah berlatar sejarah dan budaya.
Kisah itu akan hadir melalui berbagai platform, baik majalah, web, maupun media sosial.
Histori — Kisah bergenre sejarah populer tentang peristiwa atau kejadian masa silam tetapi selalu dikaitkan dengan situasi kininya.
Biografi — Tokoh segala bidang yang menginspirasi Indonesia atau pemikiran dam karyanya memengaruhi masa depan Indonesia yang lebih baik.
Tradisi — Penjelajahan budaya dari gastronomi sampai candi, sebagai kecerlangan Nusantara. Pelestarian kesenian atau tradisi yang nyaris punah dan seni sebagai bagian keseharian masyarakat.
Boleh dibilang, kini setiap bulan majalah Intisari menyajikan edisi khusus.
Setiap bulan sajian kisah-kisahnya bertumpu pada cerita di balik sampul.
Intisari tidak sekadar menyajikan cerita fakta, tetapi juga bertumpu pada narasi manusianya sehingga setiap edisinya menjadi layak untuk dikoleksi.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi hari ini tidak terlepas dari peristiwa dan pelakunya pada masa silam.
Kebenaran terendah adalah kebenaran kata-kata, sedangkan kebenaran tertinggi adalah moral cerita.
Intisari memilih setiap cerita yang bisa mewakili pelajaran dan teladan untuk kehidupan sekarang.
Sepanjang tahun ini Intisari mengajak para pembacanya untuk tetap bersemangat dalam tagar #KitaDigdaya.
Aktivitas di media sosial ini mengungkap kembali kejeniusan sejarah dan budaya Indonesia.
Tujuannya, membangun kepercayaan diri dan kebesaran jiwa untuk bangkit dari permasalahan yang sedang dihadapi.
Harapannya semua sajian ini mampu membangkitkan kembali daya literasi Indonesia.
Intisari dan KG Media berharap terdapat perubahan pemahaman tentang kebhinekaan dari budaya, manusia, dan bentang alam, sehingga orang lebih mengenali riwayat yang membentuk Indonesia.
Kini Intisari menjadi salah satu media nasional tertua di Indonesia.
Lebih dari tiga dekade silam, Jakob Oetama pernah menerawang tentang media-media yang mampu bertahan hidup dalam perspektif pers Indonesia.
“Kata kunci di sini adalah bahwa media cetak bertahan hidup bahkan akan tetap berkembang sekalipun menghadapi saingan media elektronik,” ungkapnya.
“Asalkan tanggap akan perubahan dan mampu menyesuaikan serta menguasai perubahan. Inovasi dan adaptasi!”
Selamat ulang tahun ke-58 untuk Intisari dan KG Media!
Artikel ini telah tayang di Intisari-online.com dengan judul Perayaan 58 Tahun INTISARI, Wajah Baru Si Penembus Lorong Waktu