Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Sejak didatangkan dari Benfica, penampilan Joao Felix di Atletico Madrid masih belum menunjukkan kinerja yang memuaskan.
Ketika Antoine Griezmann pergi dari Atletico Madrid pada tahun 2019 untuk bermain di Barcelona, Los Rojiblancos tak terlalu menangisi kepergiannya.
Sebab, ketika itu Atletico Madrid sudah berhasil mengamankan tanda tangan Joao Felix dari Benfica.
Joao Felix datang ke Atletico dengan harga 126 juta euro atau sekitar 2 triliun rupiah.
Ketika datang ke Atletico Madrid, Enrique Cerezo, Presiden Los Rojiblancos, memuji Joao Felix sebagai pemain yang dilahirkan dengan bakat sepak bola.
''Beberapa orang dilahirkan dengan bakat bawaan yang mereka tunjukkan sejak usia muda. Penulis, pelukis, pematung, olahragawan."
"Kata yang paling tepat menggambarkan João adalah ‘bakat’.''
''Pada usia 19, dia memiliki karier yang hebat di depannya dan kami bangga dia memilih warna Merah dan Putih. João, selamat datang di Atlético de Madrid,” ujar Enrique Cerezo, dilansir BolaSport.com dari The Analyst.
Baca Juga: Main 33 Menit Cetak 1 Gol, Titisan Cristiano Ronaldo Dipuji Diego Simeone
Dua tahun berselang sejak kedatangannya, Felix masih belum menemukan performa terbaiknya di Atletico Madrid.
Ekspektasi tinggi akibat harganya yang mahal, lingkungan yang baru, dan masalah cedera yang sering membekapnya merupakan faktor penyebab Felix belum mampu tampil prima.
Faktor lainnya adalah ketidakcocokan antara Joao Felix dan sistem permainan yang diterapkan Diego Simeone.
Pertama, dalam skema permainan Simeone, Felix biasanya ditempatkan sebagai salah satu dari dua pemain depan Atletico Madrid.
Posisi tersebut bukanlah pos natural untuk Felix.
Felix biasanya ditempatkan di antara penyerang dan gelandang, atau dengan kata lain sebagai playmaker.
Melalui posisinya sebagai playmaker, Felix bisa bergerak bebas, mengkreasikan peluang, dan menjadi pusat permainan.
Baca Juga: Setelah 948 Menit Mandul, Titisan Cristiano Ronaldo Akhiri Kutukan bareng Atletico Madrid
Sayangnya, posisi yang diinginkan oleh Felix tak sesuai dengan apa yang dikehendaki Simeone.
Simeone adalah pelatih yang mengutamakan kolektivitas.
Ketika bertahan, mereka bertahan bersama, dan ketika menyerang pun, mereka melakukan hal yang sama.
Akibatnya, kolektivitas yang diterapkan oleh Simeone tak mampu membuat Joao Felix mengeluarkan kualitas individunya.
Kedua, Atletico Madrid yang tidak terlalu mementingkan penguasaan bola, membuat Felix sering kedodoran.
Tanpa penguasaan bola, Felix sering kali tidak dapat terlibat dalam permainan.
Tanpa penguasaan bola juga, Felix kesulitan memenuhi standar Simeone, sehingga tarik ulur antara tuntutan Simeone dan ruang untuk mengeksplorasi bakat Felix tidak menemui titik temu.
Baca Juga: Atletico Madrid Keok dari Barcelona, Diego Simeone Ogah Cari Alasan