Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM - Kegagalan timnas Italia lolos ke Piala Dunia 2022 di Qatar ditengarai akibat mengcopy-paste taktik dari pelatih Manchester City, Pep Guardiola.
Sepak bola Italia tengah berduka seiring kegagalan tim nasional mereka lolos ke Piala Dunia 2022 di Qatar.
Timnas Italia harus mengubur harapan dan impian mereka tampil di Piala Dunia 2022 pada Desember mendatang.
Itu menyusul kekalahan timnas Italia dari timnas Makedonia Utara di semifinal play-off Kualifikasi Piala Dunia 2022 zona Eropa.
Diunggulkan untuk melaju ke final play-off, timnas Italia diluar dugaan dibekuk oleh timnas Makedonia Utara dengan skor tipis 0-1.
Baca Juga: Banyak Tingkah di Lapangan, Man United Disarankan Buang Bruno Fernandes
Kekalahan tersebut membuat timnas Italia harus absen kedua kalinya untuk bermain di Piala Dunia.
Pasalnya, dalam hajatan empat tahunan tersebut sebelumnya Italia sudah gagal berlaga di Piala Dunia 2018 di Rusia.
Kegagalan tersebut juga tak lepas dari kekalahan Gli Azzurri di fase play-off yang saat itu juga takluk dengan skor 0-1.
Bedanya, laju Italia dihentikan oleh negara Skandinavia, Swedia.
Baca Juga: Tinggalkan Timnas Italia, Roberto Mancini Sudah Ditunggu 2 Klub Top Eropa
Ketidakmampuan Gli Azzurri untuk lolos ke Piala Dunia 2022 menjadi pukulan telak bagi Roberto Mancini.
Bagaimana tidak, Roberto Mancini adalah sosok penting di balik performa gemilang Italia yang tampil di EURO 2020.
Di EURO 2020 tersebut, Italia menjadi kampiunnya usai menundukkan tim kuat, Inggris melalui adu penalti.
Sementara itu, terakhir kali Italia bermain di Piala Dunia pada edisi 2014, itu pun mereka gagal lolos di fase grup.
Baca Juga: Desak Petinggi Real Madrid, Mbappe Sampai Jual Cerita soal Barcelona
Terhentinya langkah Italia di semifinal play-off Kualifikasi Piala Dunia, turut mendapat beragam reaksi dari pengamat.
Salah satu yang turut berkomentar adalah mantan pelatih Inggris, Fabio Capello.
Fabio Capello, yang pernah menukangi tim-tim elite Liga Italia seperti AC Milan, Juventus, dan AS Roma, menilai Italia yang sekarang meniru gaya bermain dari juru taktik Manchester City, Pep Guardiola.
Taktik yang diperagakan Pep Guardiola yang lantas diintroduksikan ke Marco Verratti cs dinilai merugikan tim.
Baca Juga: Impian Gila David Beckham, Boyong Lionel Messi dan Hidupkan Barcelona Lama di MLS
Menurut Capello, Gli Azzurri asuhan Mancini tidak memiliki kualitas yang mumpuni untuk bermain dengan skema Pep Guardiola.
Pep Guardiola sendiri dikenal sebagai peracik ulung taktik model tiki-taka yang mengedepankan umpan-umpan pendek.
"Penjelasannya sangat sederhana, saya sudah mengatakan sejak lama bahwa kami meniru sepa bola Guardiola dari 15 tahun lalu tanpa memiliki kualitas yang memadai," kata Capello, dikutip BolaSport.com dari Sky Sport Italia.
"Secara fisik, Makedonia Utara lebih unggul dari kami dalam hal dinamisme, kekuatan, dan determinasi."
"Semuanya jelas, meskipun kami memahami bahwa model yang ditiru adalah model Jerman, kami tidak akan berkembang jika kami seperti Spanyol, yang memiliki teknik superior, kami tidak akan pernah bisa," tutur Capello menambahkan.
Baca Juga: Respek, Jagoan Chelsea Ogah Becandain Italia yang Gagal ke Piala Dunia
Pernyataan yang disampaikan Capello seolah menjadi kegelisahannya mengingat Italia di bawah Mancini telah mengalami perubahan.
Italia selama ini dikenal sebagi tim dengan strategi catenaccio alias pertahanan grendel.
Catenaccio sendiri menitikberatkan pada kekuatan pertahanan yang membuat tim lawan kesulitan mencetak gol dan melancarkan serangan balik cepat.
Kerja sama seluruh tim begitu dibutuhkan, bukan hanya mengandalkan satu-dua kekuatan pemain.
Baca Juga: Anthony Elanga Bongkar Sikap Cristiano Ronaldo terhadap Para Pemain Muda Man United
Gaya permainan khas Gli Azzurri tersebut masih terlihat ketika Italia diasuh oleh Antonio Conte, Gian Piero Ventura, dan Cesare Prandelli.
Bahkan ketiga pelatih tersebut mengenakan skema permainan yang sama, yakni memakai pola 3-5-2.
Sementara itu, di bawah arahan Mancini, Gli Azzurri mulai menerapkan formasi 4-3-3 dengan pola permainan yang lebih dinamis dan mengandalkan serangan dari lebar lapangan.
Bukti dari revolusi ala allenatore berusia 57 tahun tersebut adalah kesuksesan meraih trofi kedua Piala Eropa dan status tak terkalahkan Italia dalam 37 pertandingan di lintas kompetisi.